
SAYA SEORANG ARAB DAN BEGINILAH KISAH SAYA MENERIMA NABI BUKAN ARAB
(Reem Shraiky, Waqifah Zindegi (Muslimah Ahmadi Pengabdi Seumur Hidup untuk Jemaat Ahmadiyah), Kantor Penerjemahan & Penelitian Bahasa Arab-Inggris Internasional, Inggris Raya)
Reem Shraiky ialah seorang Wanita Arab warga Suriah dari kalangan Muslim Ahlussunnah yang kemudian menjadi Muslim Ahmadiyah. Riwayat hidupnya dan pengalamannya masuk Jemaat Ahmadiyah bisa dibaca di link catatan kaki bawah ini.
Ketika saya bertemu Muslim non-Ahmadi, terutama yang berasal dari Pakistan, dan mereka mengetahui bahwa saya seorang Muslim Ahmadi dari dunia Arab, raut wajah mereka langsung menunjukkan keterkejutan dan keheranan, dan terkadang mereka mengungkapkan keheranan mereka dengan kata-kata. Saya khususnya teringat seorang perempuan Pakistan yang saya temui di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Lajna Imaillah Inggris beberapa tahun yang lalu. Setelah mengetahui bahwa saya seorang Ahmadi berbangsa Arab, ia sangat kecewa dan mulai melontarkan berbagai tuduhan usang terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as.
Tanggapan saya tenang, tetapi ketika ia mulai menggunakan bahasa kasar, saya dengan tegas mengatakan kepadanya “Saya tidak akan mentolerir mendengar bahasa yang menyinggung seperti itu terhadap orang yang saya cintai; bicaralah dengan hormat, atau tidak perlu membicarakan apa pun dengan saya.”
Mendengar hal ini, ia berkata, “Beliau [yaitu Hadhrat Masih Mau’ud as] adalah orang India Punjabi, oleh karena itu beliau bukan untuk kalian, orang-orang Arab.”
Saya bertanya kepadanya: “Rasulullah saw. adalah orang Arab, jadi menurut logikamu, dia bukan untukmu; mengapa kamu percaya padanya?”
Dia tercengang dan menarik diri dengan mengatakan, “Saya akan melanjutkan diskusi denganmu setelah acara selesai,” tetapi dia tidak pernah kembali.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ
“Allah lebih mengetahui di mana menempatkan risalah-Nya.”
– QS. al-An’am, 6: Ayat 125A
llah SWT telah menjawab dengan beberapa kata ini atas keberatan konyol ini bahwa “Al Masih Mau’ud dan Imam Mahdi tidak mungkin berasal dari non-Arab”; Allah berfirman kepada para pendukung gagasan semacam itu bahwa Dia lebih mengetahui kepada siapa Dia memberikan risalah-Nya dan mengutus seorang nabi.
Demikian pula, Allah SWT berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
– Surat al-Hujurat, Bab 49: Ayat 14
Lebih lanjut, dalam sebuah hadis terkenal, Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidaklah seorang Arab memiliki keunggulan atas seorang non-Arab kecuali dalam hal ketakwaan.” Tidak diragukan lagi, ketakwaan adalah kriteria keunggulan di mata Allah SWT.
Lebih lanjut, Allah telah memperingatkan kita bahwa jika kita berpaling dari agama dan tersesat, maka Dia akan mendatangkan orang lain menggantikan kita
هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ ۖ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ ۚ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.”
– Surat Muhammad, 47: Ayat 39
Dengan demikian, agama tidak ditujukan kepada golongan atau bangsa tertentu; tidak seorang pun dapat tetap menjadi penjaganya hingga Hari Kiamat; sebaliknya, jika mereka menyimpang dari ajaran agama dan terlena dalam kesenangan dan dosa dunia, Allah menyatakan bahwa Dia akan menggantikan mereka dan menyerahkan panji agama-Nya kepada orang lain yang akan melestarikannya dan berusaha menegakkan statusnya.
Saya katakan dengan penuh keyakinan dan keyakinan bahwa saya telah mempelajari dengan saksama klaim-klaim Hadhrat Masih Mau’ud as., bahkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 hari, sebelum saya menyatakan keinginan saya untuk berbaiat kepada beliau. Sebuah gagasan yang terlintas di benak saya saat itu adalah, “Seandainya beliau seorang Arab dan membuat klaim yang sama serta datang dengan bukti yang sama, saya mungkin akan meluangkan lebih banyak waktu untuk berbaiat kepadanya karena gagasan bahwa Imam Mahdi pasti datang dari Mekah selalu mengganggu pikiran saya.”
Saya sering berpikir, “Apakah hanya orang Arab dan penduduk Mekah yang mengetahui agama Islam bahwa Imam Mahdi akan berasal dari antara mereka!” Dan “Jika demikian, mengapa Al-Qur’an menyatakan bahwa Islam adalah agama universal?”
Sejujurnya, saya selalu merasa bahwa jika Imam Mahdi berasal dari antara orang Arab dan berbicara bahasa Arab, ini berarti hanya orang Arab yang dapat memahami Islam. Namun saya tahu bahwa ini tidak akan pernah terjadi karena sepenuhnya bertentangan dengan klaim universalitas yang diusung oleh Islam.
Selama bertahun-tahun, saya telah belajar, bekerja dengan, dan mengamati orang-orang Arab di sekitar saya, dan karena sifat profesi saya, saya telah menghabiskan waktu dan berinteraksi dengan orang-orang Arab dari berbagai bangsa. Ketika saya bekerja dan tinggal di antara mereka, kami secara teratur membahas masalah-masalah agama. Selama bertahun-tahun, saya mempelajari tulisan-tulisan para ulama dan pemikir besar Arab; saya mendengarkan banyak pidato mereka. Sungguh, tak seorang pun dari mereka yang dapat meninggalkan jejak dampak yang begitu mendalam di hati saya seperti yang ditinggalkan oleh seseorang yang adalah seorang hamba Allah, seorang nabi Allah, seorang hamba sempurna Nabi Muhammad saw., yang diberkahi dengan Ruhul Kudus dan dibimbing oleh Allah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as.
Sejak kecil, saya telah menantikan Imam Mahdi dan Allah telah menanamkan dalam hati saya bahwa beliau akan menjadi seorang nabi. Saya sering bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana mungkin beliau bukan seorang nabi, jika Allah SWT. berkenan menurunkan misi beliau dan mengutus beliau untuk mereformasi umat?”
Saudara-saudari Muslimku terkasih, singkirkanlah jubah kesombongan ini dan ingatlah bahwa orang-orang kafir Mekah menolak Nabi yang mulia (saw) karena alasan yang sama dan berkata,
لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ
“Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?”
“Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang tokoh besar dari kedua kota itu?”
-Surat al-Zukhruf, 43: Ayat 32
Mereka menginginkan Al-Qur’an diturunkan kepada seorang tokoh besar “di mata mereka” dari Mekah atau Thaif, tetapi Nabi kita tercinta Muhammad (saw) adalah yang terbesar di mata Allah SWT.
Pikirkan dan renungkan hadis yang diriwayatkan Bukhari tentang ayat Surat al-Jumuah: “Dan di antara mereka yang belum bergabung dengan mereka”, di mana Nabi (saw) ditanya tentang “orang-orang yang lain” ini tiga kali, kemudian beliau meletakkan tangan beliau yang penuh berkah pada Salman al-Farisi ra. dan berkata,
“Seandainya iman terbang mencapai bintang, pastilah seseorang dari antara mereka akan menemukannya.”
Maka, Rasulullah saw, yang وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ “tidak berbicara karena hawa nafsunya— إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ia tidak lain hanyalah wahyu murni yang diturunkan oleh Allah” (QS. an-Najm, 53: Ayat 4-5) telah menegaskan bahwa orang yang akan mengembalikan iman ke bumi adalah seorang bukan Arab. Jadi, renungkanlah apa yang saya tulis dan pikirkanlah jika Anda termasuk di antara para pemikir dan jika Anda bertanya-tanya mengapa India dijadikan negeri kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud dan Imam Mahdi?
Saya sampaikan apa yang Hadhrat Masih Mau’ud as sendiri katakan dalam salah satu syair Arab beliau:
جُعلت ديار الهند أرضَ نزولها نصرًا بما صارت محلَّ تنصُّرِ
ju’ilat diyaarul hindi ardha nuzuulihaa nashran bimaa shaarat mahalla tanashshuri
“Tanah India telah dipilih sebagai tempat pendaratan risalah ini agar [Islam] meraih kemenangan di negara yang telah menjadi negeri penyebaran dakwah umat Islam. (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Nur-ul-Haq)
Penerjemah : Mln. Dildaar Ahmad Dartono
Terjemah dari : https://www.alhakam.org/opinion-i-am-an-arab-and-here-is-why-i-accepted-a-non-arab-prophet/
Views: 61