Segera Meminta Pertolongan dan Ampunan Allah SWT

Manusia diciptakan Allah SWT. untuk beriman dan bertakwa kepada-Nya. Akan tetapi sebagai manusia yang lemah terkadang memiliki dorongan untuk melakukan sebuah kesalahan baik tanpa disengaja atau disengaja. Bila manusia memiliki iman yang kuat memiliki rasa takut untuk melakukan sebuah kesalahan, karena sadar sekecil apapun suatu kesalahan akan ada balasannya dari Allah SWT. Lain halnya dengan manusia yang sudah biasa melakukan kesalahan, mereka tanpa rasa takut terhadap Allah SWT. masih melakukan kesalahan yang sama walaupun itu termasuk sebuah dosa.

Dalam sebuah kisah, diceritakan tentang Abu Lubabah yang kesalahannya diampuni oleh Rasulullah saw. Abu Lubabah bin Abdul Munzir adalah salah satu sahabat Baginda Nabi Muhammad saw. yang terkenal karena kebijaksanaan dan kesucian hatinya. Ia ikut serta dalam Perang Badar dan Perang Uhud.

Selama Perang Bani Quraidzah, Abu Lubabah memberikan informasi tentang kelemahan pasukan Muslim kepada musuh yang membuat Baginda Nabi Muhammad saw. marah. Abu Lubabah kemudian sadar akan kesalahannya dan merasa sangat menyesal. Karena merasa telah berkhianat, Abu Lubabah langsung pergi ke Masjid Nabawi dan mengikat dirinya dengan rantai, Abu Lubabah berharap dapat menebus dosanya. Ia meminta maaf kepada Yang Mulia Rasulullah saw. dan memohon ampun.

Ketika Yang Mulia Rasulullah saw. melihat Abu Lubabah beliau bertanya apa yang terjadi? Abu Lubabah menjelaskan kesalahannya dan meminta maaf. Baginda Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan agar rantai itu dilepaskan dan memaafkan Abu Lubabah. [1]

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. menyeru kepada umat manusia untuk selalu melakukan kebaikan. Beliau dalam sebuah bukunya bersabda:

Apabila di dalam dirimu terdapat kegelapan walau sedikit saja maka kegelapan itu akan menghalau semua cahaya nuranimu. Jika di dalam dirimu terselip sedikit saja keangkuhan, ria, meninggikan diri ataupun kemalasan, maka kamu dianggap sebagai orang yang tidak layak diterima Tuhan.

Tuhan menghendaki agar di dalam wujudmu terjadi revolusi yang dahsyat dan menyeluruh. Dia menuntut dari dirimu suatu maut, yang sesudah maut itu kamu dihidupkan kembali. Segeralah berdamai antara satu sama lain, dan memaafkan kesalahan kesalahan saudaramu. Sebab, jahatlah orang yang tidak sudi berdamai dengan saudaranya. Ia akan diputuskan perhubungannya sebab ia menanam benih perpecahan. Walaupun seandainya kamu ada di pihak yang benar, bersikaplah merendah diri, seakan-akan kamu yang bersalah agar kamu di ampuni. [2]

Selanjutnya Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” [3]

Hal senada disabdakan oleh Yang Mulia Rasulullah saw., “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada dan ikutilah perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti Dia akan menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [4]

Allah Ta’ala selalu memaafkan hamba-hamba-Nya yang datang kepada-Nya untuk bertaubat dari semua kesalahan. Bahkan, Dia masih membuka pintu maaf-Nya walau berkali-kali manusia membuat kesalahan. Karena itu, selama ruh masih bersemayam di dalam raga, bersegeralah menempuh jalan pertaubatan. Semoga dengan itu, kita menjadi hamba-hamba yang layak menerima pengampunan Tuhan.

 

Referensi:

[1] Sirah Nabawiyah, Ibn Hisham 

[2] Bahtera Nuh, hal. 22-23

[3] QS. Ali Imran 3: 77

[4] HR. Tirmizi

Visits: 161

Ekawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *