
VIRUS MASIF JANGAN SAMPAI BIKIN PASIF
Entah sudah berapa ratus atau ribu tulisan yang mengulas tentang coronavirus. Mudah-mudahan kita tidak terhanyut dalam kebosanan yang serius. Sejak ancaman virus ini demikian nyata, kebanyakan orang pun seperti berubah profesi secara tiba-tiba.
Ada yang mendadak jadi dokter hanya berbekal info-info yang santer. Banyak yang tiba-tiba baper hanya karena melihat orang berkerumun tanpa pakai masker. Tidak sedikit juga yang menganggap remeh karena urusan perut tidak terbeli dengan uang receh.
Dimana pun kalian menentukan pilihan, setidaknya ada hal serupa yang bisa kita lakukan bersama, yaitu membaca. Ya! Membaca apapun yang tengah berseliweran di sekitar kita. Membaca informasi yang membuat ponsel kita ramai dengan kebijakan pemerintah, daerah terparah, penutupan akses sejumlah daerah, dan apapun itu yang bisa kita cerna sebagai bahan informasi yang positif.
Ingat, meskipun kita sedang berperang dengan makhluk tak kasat mata, namun kita tidak hidup di hutan belantara. Kita punya tenaga medis yang berdiri sekuat tenaga di garda depan. Kita juga berada di sebuah negara berdaulat yang diatur oleh kebijakan-kebijakan.
Dan sebagai Ahmadi, kita pun punya khalifah yang tak pernah luput dari doa dan nasihat untuk kebaikan kita bersama. Hal ini pun termasuk dalam seruan untuk membaca situasi dan lingkungan sekitar kita, agar kita baik dan sehat bersama.
Boleh saja kita panik dan takut karena tak ingin ikut terjangkit. Namun jangan sampai, kepanikan kita justru membuat jasmani dan rohani kita semakin sakit.
Sebelum virus ini berkembang masif, kita sudah paham atau minimal mendengar tentang afirmasi positif. Sebuah cara yang efektif untuk membangkitkan semangat hidup dengan membombardir otak kita hanya dengan pikiran-pikiran positif saja, agar tidak membiarkan sang amygdala merajalela.
Selain itu, seramai apapun kepala kita berdenging, semua akan terlupakan jika kita larut dalam kesibukan. Maka di tengah tingginya anjuran untuk tetap tinggal di rumah, jangan pula aktivitas kita menurun drastis yang justru membuat badan ini semakin payah.
Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil, namun rutin dilakukan setiap hari sepanjang tetap masih harus tinggal di rumah.
Coba ingat, kapan terakhir kali menata ulang susunan baju di lemari, melakukan ekspreimen masakan, membaca buku sampai memberikan resensi, menambah volume ibadah, atau olah raga tipis-tipis bersama sepeda statis.
Virus corona memang bahaya, tapi lebih bahaya kalau kita hanya diam saja, tanpa aktivitas yang berarti. Mencermati berita yang masih menayangkan jumlah pasien yang bertambah, tanpa sadar berat badan kita pun ikut bertambah. Meskipun ancaman corona cukup hebat, tetapi belum menggantikan serangan jantung dan diabetes sebagai penyakit pembunuh paling cepat.
Tetap beraktivitas! Tetap semangat! Jaga badan dan pikiran selalu sehat!
Visits: 38