
AL-QUR’AN, BUKU TERBAIK SEPANJANG MASA
Pagi ini hawa dingin menusuk tulang. Terdengar suara tetesan air pertanda sisa hujan semalam. Wangi tanah perpaduan antara genangan air hujan dan tetesan embun terasa segarnya. Aroma kesejukan tercium saat menghela napas panjang dengan mata terpejam. Hujan memang alasan yang paling tepat untuk menjadi puitis. Ribuan diksi tertuang dalam berbagai karya karenanya.
“Oh, sudah Surah ke-13”, gumamku saat membuka kitab tebal dengan sampul berwarna hijau. Mataku tertuju pada Nama Surah yang dicetak tebal di bagian atas halaman. Surah 13, Al-Ra’d. Entah kenapa melihat namanya saja hati seperti bergejolak. Rasanya ingin ku tamatkan membaca Surah ini segera.
Aku membaca kalimat demi kalimat yang ada di halaman itu. Isinya semacam pengenalan mengenai Surah Al-Ra’d dan ikhtisarnya. Hmmm.. menarik ya. Rasanya seperti kita membaca pengantar sebuah buku. Ada rasa penasaran ingin membaca keseluruhan isinya. Kitab berwarna hijau yang aku pegang bukanlah Al-Qur’an biasa, namun Al-Qur’an dengan terjemah dan tafsirnya yang dijelaskan dengan rinci.
Menurutku, sebuah seni dalam membaca Al-Qur’an selain melantunkannya dengan indah, salah satunya juga ialah mempelajari tafsirnya. Sebuah seni yang bernilai tinggi. Ketika membacanya pikiran akan dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan jawaban, kalbu menjadi tempat untuk melakukan perenungan.
Membaca ikhtisar surah Al-Ra’d menimbulkan semacam perasaan lega. Setelah di beberapa surah sebelumnya aku membaca rentetan peristiwa sejarah yang cukup mengguncang perasaan, contohnya saja di dalam Surah Yunus disampaikan bahwa ketika Nabi diutus ke dunia, Allah memberikan tanda untuk menarik manusia, yaitu dengan menurunkan Azab dan Rahmat.
Dalam surah Hud ditekankan Azab Tuhan, dan dalam surah Yusuf ditekankan pada Rahmat Tuhan bagi yang layak menerimanya. Dan surah Al-Ra’d ini menegaskan, bagaimana janji-janji dan nubuatan tentang kebangkitan dan kemenangan Islam akan menjadi sempurna.
Al-Ra’d berarti guruh atau petir. Sama halnya seperti hujan yang seringkali disertai guruh dan kilat, kedatangan Nabi Allah selalu disertai berbagai macam penolakan dan dihadapkan dengan rintangan yang bertubi-tubi.
Akan tetapi, pada akhirnya hujan membasahi bumi, menyuburkan tanah, memberikan kehidupan bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. Begitupula janji Allah untuk kemenangan Islam menjadi sempurna setelahnya.
“Akhirnya..” gumamku lagi. Seperti menemukan oase di padang pasir. Setelah berminggu-minggu aku membaca klimaks terutama di Surah Hud yang penuh dengan kisah pembangkangan, kini aku membaca tentang kebesaran Allah Yang Maha Pencipta.
Bagian yang paling kusukai dalam membaca Al-Qur’an adalah ketika menghabiskan ayat terakhir dalam suatu surah dan mengingat kembali ikhtisar surah yang telah disebutkan di awal. Ibarat membaca sebuah buku yang telah kita baca sinopsisnya di awal. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan ketika menyelesaikannya.
Namun Al-Qur’an memberikan kesan yg lebih mendalam dan memiliki kedudukan serta prioritas yang lebih tinggi dibandingkan buku-buku karya manusia. Karena Al-Qur’an merupakan Kalam Ilahi yang di dalamnya berisi khazanah ilmu pengetahuan yang ketika membacanya membuat kita merenungkan tujuan sebenarnya kita hidup di dunia ini.
Al-Qur’an tidak hanya memberikan catatan sejarah yang detail dan nyata sesuai fakta, tapi juga memberikan spirit perjuangan para nabi yang bisa kita pelajari dan renungkan bersama.
Selain itu, Al-Qur’an memberikan tanda-tanda kebenaran akan Tauhid Ilahi. Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pemilik seluruh dunia ini beserta isinya.
Dari sini aku mulai menyadari betapa indahnya kalimat demi kalimat yang tertuang dalam Al-Qur’an melebihi karya sastra manapun di muka bumi ini.
Al-Qur’an adalah buku terbaik sepanjang masa..
Visits: 284