Ketika Fitnah Datang, Ini Petunjuk Nabi Tentang Menghadapinya

Dalam masa dakwahnya, Rasulullah saw. dan keluarganya tidak luput dari fitnah. Salah satu fitnah yang lalu paling diingat dalam masa kenabian beliau saw. adalah fitnah keji yang digencarkan kepada istri beliau saw., Hadhrat Aisyah ra. Beliau ra. dituduh berselingkuh dengan Hadhrat Shafwan ra. karena mereka datang berdua paling belakang dari rombongan tentara Islam, sekembalimya dari gerakan militer terhadap Bani Mushthaliq pada tahun ke-5 Hijriah.

Tentu saja fitnah ini mendatangkan kesedihan bagi Rasulullah SAW., Aisyah ra., Shafwan ra., Abu Bakar ra. dan Ummu Ruman sebagai orangtua Aisyah ra. Mereka, kecuali Shafwan ra. berusaha untuk sabar dan menahan diri.

Sementara Hadhrat Shafwan ra. terlepas emosinya dan memukul Hasan bin Tsabit yang telah dengan lancang membuat syair tentang fitnah tersebut dan menyebarkannya kemana-mana. Tetapi Rasulullah SAW. hanya melerai dan menenangkan keduanya. Tak ada emosi sedikitpun yang ditunjukkan beliau saw.

Sikap mulia pun diperlihatkan pula oleh salah satu istri Rasulullah SAW., yaitu Hadhrat Zainab ra. Mendengar fitnah yang ditujukan kepada Hadhrat Aisyah ra., Hadhrat Zainab ra. menenangkan Rasulullah SAW. dengan mengatakan, “Terpeliharalah kiranya pendengaranku dan penglihatanku. Aku tidak melihat pada Aisyah kecuali yang baik-baik saja. Demi Allah, aku tak pernah mengajaknya bicara dan aku memang benar-benar mendiamkannya, tetapi aku hanya mengatakan yang benar.” (Al Muqrizi, Imta’ul Asma’ 1/208).

Walaupun terdapat kecemburuan yang tak terhindarkan dalam hati istri-istri Rasulullah SAW., mereka tetap menunjukkan sikap mulia dengan berpihak pada kebenaran. Hadhrat Zainab ra., tak ikut memanas-manasi suasana, tetapi justru ikut serta menyejukkan dengan hanya menyampaikan kebenaran.

Sementara kakak kandung Hadhrat Zainab ra., yaitu Hamnah, justru bersemangat ikut menyebarkan fitnah tersebut dari rumah ke rumah. Sebagai kakak, tindakannya itu lebih terdorong karena rasa ingin membela kepada adik. Tetapi apa yang dilakukannya tidaklah benar dan bertolak belakang dengan kebenaran.

Sikap Rasulullah SAW. dan keluarganya merupakan perwujudan sebuah amalan yang disampaikan sebuah hadits. “Jangan mendekati fitnah jika sedang membara dan jangan menghadapinya bila sedang timbul, bersabarlah bila fitnah datang menimpa.” (HR. Ath-Thabrani)

Ketika kita mendengar sebuah kabar yang belum dipastikan benar, sikap utama kita haruslah berdiam diri dan menjauh dari hiruk pikuk fitnah tersebut. Kita tidak boleh ikut menyebarkan kabar tersebut. Bagi yang mendengar kabar tersebut, juga bagi yang dikenai fitnah, keduanya harus menahan diri dan bersabar.

Kita semua harus berusaha menenangkan diri, berpikir lebih jernih, dan meneliti kebenaran sebuah berita. Jangan mengikuti hawa nafsu untuk menyebarkannya, terlepas dari apapun niat kita. Bila kabar itu tidak benar, maka kita sudah ikut menyebarkan fitnah di mana ganjarannya jelas adalah dosa.

Dalam peristiwa yang dialami Hadhrat Aisyah ra., yang dihadapi dengan ketenangan dan kesabaran oleh keluarga Rasulullah SAW., kasih sayang dan pertolongan Allah Ta’ala pun datang. Allah Ta’ala sendiri yang kemudian menyampaikan kebenaran bahwa semua itu hanyalah fitnah belaka, melalui QS. An-Nur: 12.

Semoga kita semua bisa mengamalkan sikap mulia ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. dan keluarga beliau saw. Aamiin.

Visits: 453

Lisa Aviatun Nahar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *