
MEMANFAATKAN DUNIA UNTUK MENGEJAR AKHIRAT
Dunia ini hanya persinggahan sementara. Tempat kita mengumpulkan amal untuk bekal menapaki kehidupan akhirat yang lebih kekal abadi.
Jika kita memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak. Adapun jika kita menyibukkannya dengan syahwat, maka kita akan merugi, baik di dunia, apalagi di akhirat.
Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT., “Dia rugi di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 12)
Meruginya kita di dunia bila hanya terpaku pada urusan menyenangkan hawa nafsu semata. Bagaimana halnya di akhirat kelak, apa yang telah kita persiapkan sebagai bekal?
Terlebih di zaman modern saat ini dimana dengan sangat mudah kita nikmati segala suguhan dunia yang begitu banyak melenakan kita. Siang malam dihabiskan hanya untuk mengumpulkan harta dan berlomba-lomba memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Karena begitu mudahnya mengakses segala hal yang memudahkan kelangsungan hidup membuat kita lalai terhadap tujuan sebenarnya kita diciptakan.
Gambaran ini yang diungkapkan oleh seorang Imam Al-Ghazali dalam nasehat penuh hikmah beliau, “Lidah yang lepas dan hati yang tertutup dan penuh dengan kelalaian itu alamat kemalangan besar.”
Bagaimana tidak? Dikatakan oleh beliau sebagai kemalangan yang besar karena begitu dominannya godaan-godaan duniawi membuat kita lalai dari mengingat Allah Ta’ala.
Coba kita perhatikan saja kecanggihan teknologi ada di genggaman tangan kita. Dengan mudahnya kita berkomunikasi dengan siapapun. Media sosial dengan berbagai rupa memudahkan kita terhubung dengan siapapun, semua bebas saling mengakses bahkan saling memamerkan diri. Dari sanalah akan muncul awal dari kelalaian kita mengingat siapa kita sebenarnya di hadapan Allah SWT.
Kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang lebih senang dengan kekufuran. Dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai.
Bukan berarti kita tidak boleh memanfaatkan dunia ini dan kemajuan teknologi di dalamnya. Akan tetapi hendaknya semua itu kita manfaatkan untuk membantu kita lebih meningkatkan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah memberikan sebuah nasehat. Beliau bersabda:
“Meskipun kita mengurusi urusan dunia, namun utamakanlah agama. Inilah ciri khas seorang mukmin sejati; dia mengurus urusan duniawinya, tetapi itu tidak pernah menjadi tujuan utamanya.”
Kegigihan kita mengejar dunia akan sangat lebih bermanfaat bila dunia yang kita cari semata-mata untuk membantu penyebaran dan kemajuan agama Allah SWT. Sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat beliau di awal berdirinya agama Islam.
Siapa yang memanfaatkan dunia ini dengan berkhidmat untuk kemajuan dan kemaslahatan agama Allah Ta’ala, maka dialah orang yang beruntung memiliki bekal untuk kehidupan akhiratnya. Dan siapa yang sibuk dengan urusan dunia dan menjadikan dunia sebagai tujuannya semata, maka akan menjadi kemalangan besar baginya karena dunia yang dikejar hanyalah tipu daya semu yang tidak akan ada habisnya dikejar.
Karena Allah SWT. telah menjelaskan dalam firmanNya, “Sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia sampai memperdayakanmu.” (Luqman: 34)
Jadi sekarang mana yang kita pilih? Ingin menjalani hidup di dunia ini dengan niat meraih ridha Allah SWT. atau mengejar dunia hanya untuk kesenangan nafsu namun jauh dari keridhaan Allah SWT.?
Visits: 321