
Tatkala Sifat Tamak Mendominasi Diri
Setiap manusia memiliki dua sifat yang saling berkompetisi dan mendominasi perjalanan hidupnya. Seorang muslim yang baik, misi hidupnya akan selalu berbuat kebaikan untuk mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya di kehidupan akhiratnya. Namun yang menjadi persoalan bagi tipe kedua, tujuan hidupnya hanya sebatas meraih kesenangan dan kenikmatan dunia. Bagi tipe ini mereka akan menggunakan berbagai cara bahkan tak jarang menghalalkan segala cara untuk mencapai target hidupnya.
Ego cinta dunia lebih mendominasi. Ingin begini, ingin begitu. Ingin ini itu banyak sekali. Begitulah kira-kira kondisi umat manusia pada umumnya. Mereka selalu terobsesi untuk memiliki segalanya. Dalam logika manusia, semakin banyak yang didapat dari apa yang kita inginkan, tentu semakin baik. Namun sebaliknya, hal ini akan berakibat pada tumbuh angan-angan, hawa nafsu dan hasrat yang tidak terkendali terhadap dunia. Hal inilah yang akan memicu adanya penyakit hati yaitu Tamak.
Hadhrat Utsman bin Affan ra. bersabda, “Tamak merupakan penyakit bagi orang yang tidak mampu kendalikan dirinya.” Ketamakan manusia terhadap harta dan jabatan akan memicu kezaliman, kebohongan dan perbuatan keji lainya. Mereka tidak akan merasa puas terhadap yang sedikit. Bahkan ibarat meminum air garam, dahaga mereka tidak hilang, justru selalu merasa kehausan.
Orang yang tamak lupa bahwa dia adalah hamba Allah. Bahkan dengan ketamakannya, mereka menjadi budak dunia yang akan mengantarkan mereka menghalalkan segala cara. Tak sedikit sifat tamak yang mengantarkan manusia pada sebuah kehancuran.
Sebuah kisah pada zaman Nabi Isa as., dimana terdapat tiga pejalan kaki yang menemukan timbunan harta. Karena lapar, mereka sepakat menyuruh salah seorang dari mereka membeli makanan.
Di tengah perjalanan, terpikir oleh orang yang disuruh ke pasar itu untuk membunuh kedua rekannya dengan menaruh racun pada makanan. Dengan begitu, dia dapat lebih leluasa mengambil timbunan kekayaan itu hanya untuk dirinya sendiri. Niat jahat itu kemudian dia kerjakan.
Sementara itu, dua rekan yang lain pun sepakat untuk membunuh rekan yang diperintah membeli makanan, dengan harapan timbunan kekayaan itu hanya mereka bagi berdua. Setelah rekan yang membeli makanan sampai di tempat, kedua rekannya langsung menerkam dan membunuhnya, setelah itu mereka menyantap makanan beracun yang dibawa korban kejahatan mereka. Apa hendak dikata, kedua lelaki ini tewas.
Kisah ini memperlihatkan bagaimana dunia telah memperdaya ketiga pejalan kaki itu. Keserakahan dan sifat tamak telah merasuk dalam diri mereka sehingga tak seorang pun mendapat timbunan harta yang mereka temukan. Kita harus berhati-hati agar tidak tergelincir fatamorgana dunia, seperti kisah di atas.
Sifat tamak akan dunia adalah sifat yang paling merusak akidah. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR. Tirmidzi)
Ketika rambut memutih, gigi menjadi longgar, mata dan telinga berhenti berfungsi dengan baik. Tapi keserakahan tetap belia selama-lamanya. Melalui sifat tamak inilah akan timbul penyakit hati lainnya.
Beruntunglah setiap orang yang mampu mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dan hadits Nabi. Hendaknya kita senantiasa melihat kehidupan orang-orang yang ada di bawah kita agar kita senantiasa menjadi orang yang bersyukur dan Qonaah. Ingatlah bahwa harta hanya titipan semata yang pada akhirnya akan diambil kembali oleh pemiliknya, yaitu Allah Ta’ala.
Views: 235