
Ikhtiar dan Doa Harus Seiring Sejalan
Dalam sejarah Islam pernah dituliskan bagaimana seseorang yang berikhtiar dan berdoa maka Allah s.w.t. akan datang menolongnya. Dia adalah Siti Hajar, seorang perempuan yang ditinggal Nabi Ibrahim a.s. bersama putranya di gurun pasir Mekkah. Dia ditinggal di padang tandus tanpa pohon, air, dan bahkan manusia lain.
Tatkala dia mengetahui ia ditinggalkan atas perintah Allah s.w.t. , dia pun meneguhkan hatinya dan tawakal pada Allah s.w.t. “Kalau begitu, Allah pasti akan mengurus kami. Berangkatlah! Semoga engkau dalam lindungan-Nya,” ujar Siti Hajar kepada Nabi Ibrahim a.s. yang berpamitan untuk kembali ke Palestina.
Seiring waktu, ketika perbekalan mereka habis dan bayi Ismail menangis kehausan, Siti Hajar yang kalut berlari-lari antara Bukit Safa dan Marwah hingga tujuh kali. Upaya Siti Hajar itu didengar oleh Allah dengan memancarnya mata air zamzam di kaki Nabi Ismail a.s. Tindakan Siti Hajar itu pun diabadikan dalam ritual sa’i yang diwajibkan bagi jamaah haji.
Mata air itu pun mengundang kabilah yang melewati daerah tersebut untuk bermukim atas izin Siti Hajar. Mereka kemudian mendirikan permukiman dan berkembang hingga menjadi cikal-bakal Kota Mekkah. Hal ini bermula dari ketawakalan Siti Hajar.
Dari kisah ini tergambar jelas bahwa doa dan ikhtiar haruslah saling beriringan. Tidak akan ada artinya doa tanpa ikhtiar (usaha). Begitupun sebaliknya, ikhtiar tanpa doa hasilnya tidak akan sempurna.
Ikhtiar merupakan bentuk usaha, bekerja keras bergerak untuk menggapai sesuatu yang diinginkan. Berikhtiar berarti kita melakukan sesuatu dengan segenap daya dan upaya untuk menggapai sesuatu yang akan di ridhoi oleh Allah Swt.
Bagaikan seseorang yang memiliki penyakit parah dan ingin mendapatkan kesembuhan, tapi ia tidak melakukan ikhtiar atau berusaha dan tidak juga memanjatkan doa, maka apa yang ia inginkan sampai kapanpun tidak mungkin terwujud. Malahan, dengan ia bersikap demikian itu artinya ia sedang menguji Allah Ta’ala. Karena doa tanpa usaha tidak akan ada hasilnya. Begitupun sebaliknya usaha tanpa dibarengi dengan doa merupakan suatu bentuk kesombongan.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda, “Ini adalah benar, bahwa seseorang yang tidak menempuh jalan ikhtiar, dia tidaklah memanjatkan doa, melainkan dia menguji Allah Ta‘ala. Oleh karena itu sebelum berdoa adalah perlu menggunakan seluruh kemampuan kita, dan itulah yang dimaksud dengan doa.”
Begitu pentingnya doa dalam kehidupan sehari-hari kita, maka kita diwajibkan untuk selalu berdoa. Hal ini bukanlah tanpa sebab tetapi, dengan doa maka kita selalu dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda:
Ada 4 sebab kenapa doa itu diwajibkan.
- Supaya mereka setiap saat dan setiap keadaan selalu menghadap kepada Allah, sehingga Tauhid akan selalu kokoh di hati mereka. Karena memohon kepada Allah Ta’ala berarti menyatakan bahwa hanya Allah Ta’ala lah yang dapat mengabulkan.
- Supaya iman mereka menjadi kokoh ketika doa-doa itu dikabulkan dan maksud-maksud mereka tercapai.
- Jika di satu segi pertolongan Allah itu ada, maka hikmah dan ilmu mereka akan bertambah.
- Jika pengabulan doa itu di janjikan dengan ilham dan ru’ya, lalu seperti itu juga sempurna nya, maka makrifat ilahi semakin bertambah. Dari makrifat itu akan timbul keyakinan. Dan dari keyakinan itu akan timbul kecintaan. Dsn dari kecintaan itu manusia akan terputus dari setiap dosa dan syirik — yang mana semua hal ini adalah buah dari najat (keselamatan) yang sebenarnya. (Ayaam-e-Sulh,h.12-13)
Sebagian orang menyangka doa itu merupakan suatu hal yang sia-sia dan tidak berguna. Padahal mereka tidak menyadari bahwa melalui doa lah Allah Ta’ala memperlihatkan kehebatan-Nya pada orang-orang yang mencari dan mendekatkan diri pada-Nya.
Semoga kita semua menjadi manusia-manusia yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui Doa dan usaha yang selalu kita lakukan dan panjatkan setiap harinya.
Views: 565