Jejak Langkah Sang Murabbi Menghadapi Para Penentang Kebenaran (Bagian 1)

Ayah saya, Alm. Abidin bin Ma’sum (Mualim/Mubaligh Daerah Cianjur dan sekitarnya) adalah seorang pencari kebenaran yang tak gentar menghadapi segala ancaman dan penentangan baik dari saudara, tetangga maupun tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal. Beliau pun adalah sosok yang sangat sederhana.

Di usia mudanya, beliau pernah menimba ilmu di sebuah pesantren di kota Cianjur-Jawa barat yang dipimpin oleh seorang Kyai terkenal. Selama menimba ilmu di pesantren, beliau sering mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh ketua pondok pesantren tersebut mengenai akan datangnya Imam Mahdi a.s. di akhir zaman.

Tentunya hal ini menjadi sebuah renungan bagi beliau, sehingga saking penasarannya beliau terus mencari sumber kebenaran mengenai kedatangan Imam Mahdi yang dijanjikan oleh Allah SWT pada akhir zaman. 

Pada suatu hari beliau berniat ingin mencukur rambut di sebuah *barbershop*, ternyata tempat cukur rambut tersebut adalah milik seorang anggota Jemaat Ahmadiyah. Pada saat sedang dicukur rambutnya, beliau berbincang-bincang dengan tukang cukur tersebut. 

Dari obrolan yang biasa saja akhirnya tukang cukur tersebut menyampaikan kepada ayah saya, bahwa Imam Mahdi sudah datang berdasarkan hadits yang disabdakan oleh Rasululloh Saw. “Maka kita harus percaya dan baiat kepada Imam Mahdi tersebut,” kata tukang cukur tersebut. 

Tentu saja ayah saya merasa penasaran akan cerita dan informasi yang disampaikan oleh sang tukang cukur. Beliau teringat pesan guru pesantrennya yang menyampaikan bahwa Imam Mahdi akan turun di akhir zaman. Didorong rasa penasaran, beliau banyak mengajukan beberapa pertanyaan kepada tukang cukur mengenai ajaran Jemaat Ahmadiyah dan kedatangan Imam mahdi a.s. 

Akhirnya, oleh tukang cukur, ayah saya dikenalkan dengan bapak Mubaligh Alm. Rd. Sulaeman. Singkat cerita, setelah ditablighi oleh Baak Mubaligh, akhirnya atas karunia dari Allah Swt, akhirnya beliau menyatakan baiat dan bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dari sinilah awal kisah beliau banyak mengalami provokasi, hinaan, bahkan ancaman yang dialamatkan kepadanya. 

Pada saat bekerja di sebuah pabrik karet, beliau menjadi anak buah kepercayaan pimpinan perusahaan karena kinerjanya yang baik dan rajin dalam melakukan semua tugas pekerjaan di tempat kerjanya. Namun setelah pimpinan perusahaan mengetahui ayah saya masuk ke dalam golongan Jemaat Ahmadiyah, dia sangat marah maka segera ayah dipanggil oleh pimpinan untuk menghadap dan diberi sanksi dengan mengatakan, “Kalau kamu masih ingin terus bekerja di perusahaan ini, maka kamu harus keluar dari Jemaat Ahmadiyah!” 

Namun dengan penuh kesabaran dan ketegaran, ayah saya menjawab, “Lebih baik saya keluar dari perusahaan ini daripada saya keluar dari Jemaat Ahmadiyah.” 

Mendengar jawaban dari Ayah saya yang tetap teguh dengan pendiriannya, akhirnya pimpinan tersebut marah dan keesokan harinya dia memanggil seorang tokoh masyarakat di daerah tersebut dan ketua keamanan yang pada saat itu disebut ‘Wabelu’. Dengan disaksikan oleh 15 orang, di antaranya 5 orang keamanan, beliau disidang sampai larut malam. Beliau diinterogasi mengapa sampai masuk dan menganut kepercayaan ajaran Ahmadiyah.

Lalu tokoh masyarakat tersebut memerintahkan kepada ayah saya untuk menunjukan ayat Al-Qur’an serta hadits mana yang menyatakan bahwa Imam Mahdi sudah datang. Namun Alhamdulillah karena Ayah juga pernah menimba ilmu di pesantren beliau dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh tokoh tersebut. Dan atas pertolongan dari Allah Swt, beliau dapat menjawab beberapa pertanyaan.

Akhirnya tokoh masyarakat tersebut menyampaikan kepada ayah saya, “Kamu sudah salah masuk ke dalam golongan Ahmadiyah, karena menurut sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadits bahwa di akhir zaman akan ada banyak golongan (Firqoh) dalam Islam yang mengaku paling benar, maka kamu harus berpegang pada golongan Islam yang besar, karena golongan tersebut yang paling benar.”

“Coba kamu renungkan! Golongan kamu adalah golongan sedikit yang bisa dihitung dengan jari tidak seperti golongan saya yang lebih banyak ada di mana-mana!” kata tokoh masyarakat tersebut, sambil meledek ke arah muka ayah saya. “Tapi kamu malah memilih golongan yang sedikit, berarti kamu sudah tidak menuruti perintah Rasulullah Saw dalam hadits!” tambahnya.

Namun dengan sikap tenang, pada saat itu Ayah seperti mendapatkan petunjuk dari Allah Swt, lalu beliau menjawab, “Betul itu menurut perintah dalam hadits, tapi yang pak Haji sampaikan tadi salah penafsiran.” 

“Salah penafsiran bagaimana?” tanya sang tokoh masyarakat sambil marah. 

Lalu Ayah melanjutkan bicaranya, “Dalam hadits tersebut diperintahkan kita harus berpegang pada golongan yang besar, bukan yang banyak. Beda artinya, Pak Haji. Kata besar lawannya kecil, kalau banyak lawannya sedikit. Jadi menurut hadits yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dari hadits tersebut, berpeganglah pada golongan yang besar, bukan golongan yang banyak. Maka menurut saya golongan Ahmadiyah-lah golongan yang besar karena ada di seluruh dunia dan dipimpin oleh seorang Khalifah. Itulah yang dikatakan golongan besar,” kata ayah.

“Golongan Pak Haji banyak, bukan besar. Seperti setumpuk pasir, orang akan mengatakan banyak sekali pasir itu, tapi apabila orang melihat batu sebesar kepala pun orang akan mengatakan besar sekali batu itu. Jadi hal tersebut mempunyai arti yang berbeda,” lanjut Ayah.

Merasa dirinya terdesak, sang tokoh masyarakat tersebut marah dan mengucapkan kata-kata hujatan kepada Ayah sambil melemparkan puntung rokok ke arahnya. Dia berkata, “Ah! Kamu memang pintar berkelit. Dasar, Ahmadi!” Lalu dia mengajak teman-temannya untuk bubar dari diskusi tersebut, seraya berkata, “Biarkan saja dia! Tidak usah *ditemenin*! Ayo kita pulang! Sudah tidak ada gunanya membujuk dia untuk keluar dari Ahmadiyah,” katanya sambil berlalu.

Karena tidak berhasil membujuk ayah saya untuk keluar dari Jemaat Ahmadiyah, maka pimpinan perusahaan tersebut besoknya mengundang seorang ulama dan kyai kharismatik. Tujuannya agar dapat membujuk ayah saya untuk keluar dari Ahmadiyah dan ingin mengadakan diskusi. Dengan disaksikan oleh aparat keamanan, diskusi berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 2 malam.

Dalam diskusi tersebut, sang kyai kharismatik berusaha membujuk ayah saya untuk meninggalkan keyakinannya dan berusaha mempengaruhi Ayah agar segera keluar dari ajaran Jemaat Ahmadiyah. Berbagai dalil beliau sampaikan dan diskusi pun berlangsung alot. Namun Alhamdulillah semua pertanyaan dan resume dari kyai tersebut dapat Ayah jawab dan terbantahkan argumennya. 

Akhirnya karena kyai tersebut merasa terus terdesak oleh bantahan dan pendapat Ayah dan merasa kelimpungan, dia mengutarakan kepada Ayah kata terakhirnya sebagai berikut, “Ya, sudah. Kalau kamu tetap bersiteguh dengan pendirian dan keimananmu, mari kita berjabat tangan agar disaksikan oleh Allah Swt. Jika memang golongan kamu benar, maka semoga diberikan kemajuan, tapi jika golonganmu salah, maka semoga diberikan kehinaan. Begitu juga sebaliknya, jika keyakinan saya benar, maka semoga Allah kasih keselamatan, tapi apabila keyakinan saya salah, maka Allah akan memberikan kehinaan.” Begitu ucapan terakhir yang disampaikan oleh kyai tersebut kepada Ayah.

Singkat cerita, setelah Ayah dipecat dari tempat kerjanya, sebulan kemudian perusahaan pabrik karet tempat dulu Ayah bekerja mengalami kebakaran yang sangat hebat, sehingga pabrik tersebut hancur berantakan tak tersisa sedikitpun bangunannya. Dan terdengar pula kabar bahwa sang kyai kharismatik yang pernah berdiskusi dengan Ayah, dituduh mencuri singkong di kebun saudaranya. Segala upaya untuk menebus dengan jaminan agar kyai tersebut tidak dipenjara gagal dan pemilik kebun tersebut tetap melaporkan kyai agar ditindaklanjuti dengan dihukum penjara. Hingga tidak terdengar lagi bagaimana kabar beritanya.

Kisah tersebut adalah suatu gambaran yang sesuai dengan Ilham yang di sampaikan oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s. “Aku (Allah) akan menghinakan orang yang ingin menghinakan Engkau dan Aku akan menolong orang yang hendak menolong Engkau.”

Keteguhan Ayah dalam keimanannya dan menyampaikan kebenaran telah menyentuh Langit sehingga Allah Ta’ala menolong Ayah dalam setiap ujian yang dihadapinya. Penghakiman dari siapapun tak menggetarkan hati dan keyakinan Ayah. Dia tetap berdiri teguh pada kebenaran yang diyakininya sebagaimana yang disampaikan Hadhrat Rasulullah Saw.

Semoga kita sebagai anggota muslim Ahmadi yang sudah mengakui kebenaran dan kedatangan Hadhrat Imam Mahdi a.s. di akhir zaman akan semakin yakin dan teguh dalam keimanan dan mempertahankan ajaran Jemaat Ahmadiyah. Walaupun berbagai cobaan dan rintangan menghalangi langkah kita dalam meneguhkan keimanan, semoga Allah Swt selalu memberikan pertolongan-Nya kepada kita murid-murid Imam Mahdi a.s. Aamiin.

Editor: Lisa Aviatun Nahar 

Visits: 182

Dede Nurhasanah

6 thoughts on “Jejak Langkah Sang Murabbi Menghadapi Para Penentang Kebenaran (Bagian 1)

  1. Assalamualaikum warahmatullahi wb, saya mengenal sosok almarhum Bpk Mln Abidin dari dekat ketika diajak ayah saya almarhum Bpk Drs S.A Djuwaeni ke pengajian Siratun Nabi SAW di kampung Leuwi Lieur Cianjur Selatan. Berangkat dari Bandung bersama almarhum Bpk Mln Muhyiddin Syah SHD. Bapak Abidin menjadi penunjuk jalan perjalanan mulai dari kota Cianjur menuju Kampung Leuwi Lieur Cianjur Selatan. Perjalanan panjang berangkat pagi tiba sore hari. Mobil yang dikendarai tidak dapat menjangkau tujuan sehingga diparkir di satu kampung dan melanjutkan perjalanan melewati pesawahan dan sungai yang sedang surut, perjalanan jalan kaki ditempuh sekitar 2 jam tiba di lokasi Kampung Leuwi Lieur dimana beberapa keluarga jemaat mukim.

    Peristiwa lain bersama Bpk Abidin, ketika ayah saya ( almarhum Bpk Drs S A Djuwaeni) mengisi acara pengajian di Kampung Maniis(Jemaat Maniis) Cianjur Kulon(Sekarang masuk wilayah kabupaten Purwakarta). Perjalanan dari Cianjur Kulon terdiri dari Bapak , saya dan Bpk Abidin ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 – 2,5 jam berangkat sekitar jam 3 sampai menjelang maghrib, perjalanan melewati kampung dan perkebunan kopi( sekarang kampung dan perkebunan kopi sudah tidak nampak menjadi hamparan air bendungan Cirata yang memisahkan Jemaat Maniis masuk menjadi wilayah kabupaten Purwakarta. Kedatangan kami disambut oleh alm Bapak Sukra yang ketika itu sebagai ketua jemaat.

    Bapak Mln Abidin sosok pengkhidmat jemaat yang sederhana, semoga arwah almarhum pendahulu kita mendapatkan tempat yang mulia disisi Allah SWT.
    Demikian dzikir khaer bersama Bapak Mln Abidin khususnya.

    Note: 1.Bapak Mln Muhyiddin Syah SHD sebagai Mubaligh Jawa Barat. 2. Bpk Drs SA Djuwaeni sebagai Inspektorat Daerah Jabar, 3. Bapak Abidin Mualim/Mubaligh yang ditugaskan di daerah Cianjur.
    4. Saya Rikrik Mubarik Ahmad ketika itu mendapat amanah sebagai Qaid MKAI cabang Bandung.

  2. Alhamdulillah dan Mubarak , kisah inspiratif ini , semoga banyak orang yg bisa mengambil pelajaran, dan ditunggu kisah lanjutan nya.

  3. Saya mengenal alm.Mln.Abidin , dulu pernah tugas d jemaat Banjaran, beliau seorang yang muhlis , terpancar dari dari auranya . Semoga Alm.ditempatkan di syurga keridhaannya aamiin

  4. Jazakumullah atas zikir khaer dan doanya kepada Alm.Ayah saya bapak Mualim Abidin, semoga kebaikan bapak dan ibu mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT..saya mewakili keluarga besar Abidin, menghaturkan Jazakumullah ahsanal Jaza.,Insya Allah kisah selanjutnya akan saya susun terlebih dahulu .🙏

  5. Masya Allah… semoga Alm.bpk. Mualim Abidin ditempatkan di syurga KeridhoanNya Allah SWT. Dan semoga anak keturunannya diberikan kesehatan serta perlindungan yg khas dlm mengkhidmati jemaatNya di masa skrg ini.
    Alhamdulillah alm. Papa saya bpk. Mahiruddin dpt bersilahturahim dan mrk saling bertatap muka walau disorot matanya byk yg ingin mrk berdua bicarakan ttg pertablighan dimasanya….begitu terharu n bersyukurnya kami sbg anak2nya memiliki orang tua begitu gigihnya menyebarkan kebenaran ajaran Illahi. Jazakumullah kpd penulis salah satu dr putri alm. Bpk mualim Abidin… kisah alm sangat memotivasi dlm pertablighan n rabtah.

  6. Masya Allah, kisah hidup yang sangat menggugah. Teladan untuk generasi penerus. Menanamkan keyakinan akan kebenaran jemaat ahmadiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *