
Menghidupkan Pikiran dan Amalan dengan Ilmu Pengetahuan
Malala Yousafzai tengah bergembira hati. Ia bercengkrama dengan teman-temannya di bis ketika dua orang anggota Taliban tiba-tiba masuk dan memanggil namanya. Ketika mereka mendapati anak perempuan yang mereka cari, mereka menembakkan beberapa peluru ke tubuh Malala, termasuk kepalanya.
Sebelum peristiwa penembakan tanggal 9 Oktober 2012 itu, Malala memang sudah sangat aktif dan lantang menyuarakan kebebasan pendidikan bagi perempuan. Karena itulah namanya telah dikenal bahkan oleh kelompok Taliban yang demikian keras menentang pendidikan bagi perempuan.
Namun, takdir Allah Ta’ala memang bukan milik satu kelompok atau golongan saja. Niat para anggota Taliban untuk membunuh Malala tak dikabulkan oleh-Nya. Walau harus melalui berbagai operasi dan proses penyembuhan yang panjang, Malala masih diperkenankan Allah Ta’ala untuk hidup di dunia. Bahkan, suaranya semakin lantang terdengar ke penjuru dunia.
Seperti yang dikatakannya, peluru memang telah menembus kepalanya. Tapi, peluru tak berhasil membunuh semangatnya dalam meraih ilmu setinggi-tingginya. Setelah kesehatannya dipandang sudah jauh lebih baik, Malala meneruskan pendidikannya. Bahkan, ia menjadi salah satu lulusan universitas terbaik dunia, Oxford University.
Semangat Malala tidak padam, keberaniannya tidak mati. Alih-alih, peluru yang sempat bersarang di tubuhnya seolah mengobarkan semangat Malala lebih besar lagi untuk meraih pendidikan dan menyuarakan betapa pendidikan adalah hak semua orang, termasuk perempuan. Karena Malala telah merasakan sendiri dampak pendidikan di dalam hidupnya.
Allah Ta’ala sendiri telah memerintahkan umat-Nya untuk berlomba-lomba mengejar ilmu. Dia bahkan menjanjikan kemuliaan beberapa derajat dengan berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 12)
Kepada sang Rasul yang dicintai-Nya, bahkan diajarkannya sendiri keilmuan di dalam Al-Qur’an. Rasulullah saw. pun begitu memuliakan ilmu dengan menyatakan, “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu.” (HR. Tirmidzi)
Dukungan kepada ilmu dan kaum berilmu juga terbukti dengan kemahsyuran salah seorang istri beliau saw., Hadhrat Aisyah r.a., yang dikenal sebagai salah seorang cendekiawan termuka hingga kini. Berbagai hadits telah mencantumkan sumbernya dari istri beliau saw. yang mulia.
Hadhrat Abu Bakar r.a. pernah bersabda, “Ilmu pengetahuan adalah kehidupan pikiran.” Otak yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala dalam kepala kita, hanya akan hidup, hanya akan berkembang bila diisi dan dipenuhi dengan ilmu pengetahuan. Keilmuanlah yang membuat pikiran kita padat dengan kualitas terbaik. Dan keilmuan yang didukung kelurusan niat, akan membantu manusia melahirkan kualitas amalan yang baik pula.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyampaikan, “Maksud sebenarnya semua ajaran ma’rifat yakni ilmu-ilmu, nasihat dan sarana-sarana lainnya ialah mengantarkan umat manusia dari keadaan-keadaan thabi’i (alami) yang memiliki corak biadab kepada keadaan-keadaan akhlaki hingga ke samudera kerohanian yang tiada bertepi.” (Filsafat Ajaran Islam, hlm. 28)
Karena bahkan, sesederhana untuk bisa bersikap sesuai dengan tempat dan kondisinya, kita memerlukan ilmu. Untuk bersikap sabar yang benar, beramal yang benar, lembut yang benar, baik yang benar, dan lain sebagainya, kita sangat memerlukan ilmu. Tanpa ilmu, kita akan memiliki kualitas karakter yang sama dengan binatang, yang tak dianugerahi akal seperti manusia.
Pada akhirnya, ilmu pengetahuan memiliki dampak tidak hanya untuk sekadar mengisi pikiran kita sendiri. Tetapi jauh daripada itu, ilmu pengetahuan akan menjadikan kita lebih beradab sebagai makhluk dan lebih berkualitas dalam akhlak sebagai manusia dan hamba Allah Ta’ala.
Kita perlu belajar dari Malala Yousafzai. Semangatnya untuk meraih keilmuan bahkan tak bisa dipadamkan oleh beberapa peluru sekaligus yang pernah bersarang di tubuhnya. Alih-alih padam, peluru-peluru itu justru menjadi bensin yang semakin membakar semangatnya untuk terus menghidupkan pikiran dengan ilmu pengetahuan.
Visits: 109