
Hidayah-Nya Sesuai Kehendak-Nya
Dalam obrolan ringan sore itu di ruang tamu rumah misi Purwakarta, suami berkisah tentang baiatnya seorang pemuda. Kisahnya telah lama berlalu namun menjadi sebuah keyakinan akan hidayah-Nya yang selalu turun kepada hamba yang dikehendaki-Nya.
Kisahnya berawal dari sebuah kampung yang terletak di daerah Bagansinembah, Bengkalis, Riau.
Saat itu, suami bertugas sebagai Muballigh di daerah tersebut. Seperti biasa, kunjungan silaturahmi ke rumah anggota Ahmadi sering dilakukan. Dalam kesempatan tersebut, saat ngobrol asyik dengan tuan rumah, tiba tiba dari luar rumah terdengar suara nyanyian diiringi petikan gitar. Rupanya ada seorang pemuda yang sedang asyik memainkan gitar sambil bersenandung.
Sang tuan rumah yang sudah tidak asing dengan suara orang tersebut langsung memanggil, “Ayo, Zen, sini masuk!” Sambil malu-malu, sang pemuda tersebut masuk sambil mengucapkan salam.
“Ayo, sini masuk, Zen! Nih, kenalin ada bapak-bapak Muballigh ( suami dan Muballigh lainnya yaitu Mln. Muslim Permadi Barus ). Setelah bersalaman dan saling memperkenalkan diri, maka ikut duduklah pemuda Zen tersebut sambil tidak lupa meletakkan gitarnya terlebih dahulu.
Sambil menikmati hidangan wedang manis, larutlah mereka dalam obrolan-obrolan tentang tanda-tanda zaman dan wasiat Rasulullah saw. tentang Ratu Adil atau Imam Mahdi. Rupanya pemuda yang nama lengkapnya Muhammad Zen ini begitu asyik menyimak apa yang disampaikan oleh kedua Muballigh tersebut.
Sehingga, dalam kesempatan tersebut, semata-mata karena hidayah Allah Ta’ala yang sedang bekerja, tanpa dinyana pemuda Zen menyampaikan keinginannya untuk ruju’ atau baiat kepada sosok sang Imam Zaman Hadhrat Imam Mahdi as.
Benarlah apa yang memang tertulis dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui.” [QS. Ali Imran 3: 74] Juga, dalam surat lain ditegaskan bahwa Allah Ta’ala yang menurunkan hidayah dan kewajiban nabi hanya menyampaikan.
Dengan rasa syukur dan doa, pemuda Zen saat itu mengikrarkan ucapan baiat dengan lirih dan penuh haru. Pesan dari Muballigh saat itu kepadanya, “Perlihatkanlah perubahan yang lebih baik setelah baiat. Jangan sekali-kali meninggalkan shalat, bacalah Al-Qur’an dan perlakukan kedua orang tua dengan baik.”
Demikianlah kisah yang diceritakan suami dalam obrolan ringan saat itu. Di akhir ceritanya, suami mengatakan bahwa ternyata ada rangkaian hidayah selanjutnya yang menaungi keluarga pemuda Zen tersebut dalam menyambut seruan baiat kepada sang Imam Zaman. Subhanallah!
Visits: 71