
Hikmah Perjalanan Jalsah yang Tertunda
Seminggu sebelumnya segala persiapan telah dilakukan, yaitu persiapan keberangkatan untuk menghadiri Jalsah Salanah Nasional yang rencana pemberangkatannya pada Kamis malam, 5 Desember 2024. Persiapan bazar untuk berjualan pun sudah dikemas, semua siap sedia untuk meramaikan acara tersebut.
Hingga akhirnya cabang kami mendapat arahan untuk berangkat pada pukul 23:00 WIB. Akhirnya, kami akan menghadiri pertemuan tahunan Jemaat Ahmadiyah. Hati kami dipenuhi semangat dan juga perasaan haru.
Segala kerinduan bertemu saudara rohani juga siraman ilmu-ilmu rohani yang akan kami dapatkan nanti membuncah di hati. Sudah terbayang ceramah-ceramah yang menggugah serta narasi yang akan disampaikan nanti, yang senantiasa membuat kami berpikir lebih luas untuk mau memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Selang berapa lama, tibalah kami di hari itu sekira pukul 21.05 WIB. Kami sekeluarga berangkat menuju masjid. Sengaja kami berangkat lebih awal karena jarak rumah kami cukup jauh. Kami mengendarai roda dua dengan gegas dan sigap, rasanya ingin segera sampai, ingin segera hari esok.
Gerimis tak menjadikan kami gugur dalam tekad, seolah gerimis itu sudah berbaur menjadi rasa hangat yang penuh kerinduan. Namun, setelah kami menunggu beberapa saat, kami dikejutkan dengan kehadiran petugas panitia amir/ketua perjalanan. Beliau menyampaikan himbauan mengenai penundaan keberangkatan. Bersamaan dengan itu, segala macam informasi yang membuat kami sedikit khawatir juga terus berdatangan.
Seluruh peserta yang akan berangkat mendengar semua informasi tersebut. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk menunggu sampai menjelang malam. Sekadar berharap itu semua hanya sebuah kabar saja yang belum tentu kebenarannya, tentunya kami memiliki harapan besar untuk bisa berangkat. Do’a dan tangis berbaur, hati kecil terus mendoakan semoga semua baik-baik saja, semoga saudara-saudara kami yang sebagian sudah sampai diberikan keamanan dan keselamatan.
Kabar terus terus datang tumpang tindih menjadikan perasaan kami bercampur antara khawatir dan marah. Ingin rasanya mengatakan bahwa kami juga Islam, bersyahadat, nabi kami adalah Baginda Rasulullah Muhammad saw. dan kitab kami Al-Qur’an. Setelah menunggu hingga tengah malam, kabar pun menyatakan bahwa acara dibatalkan.
Kecewa, marah masih saja terasa. Namun, lagi-lagi himbauan disampaikan bahwa kita harus menghindari kekerasan, Ahmadiyah menjaga sikap cinta damai. Kami harus berupaya sekuat tenaga untuk tidak mencaci dan menghinakan. Ahmadiyah hidup untuk sebuah perdamaian, menjadi bagian yang hadir untuk mempersatukan.
Akhirnya kami memegang teguh kalimat “sami’na wa atha’na”, kami dengar dan kami taat. Ahmadiyah punya pemimpin, di bawah naungan Nizam Khilafat kami begitu yakin selalu ada hikmah di balik setiap kisah.
Selalu ada pelajaran di setiap perjalanan. Dan, luka yang kami rasakan akan membuat kami tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Perjalanan kami kemarin yang sempat tertunda adalah bahan introspeksi dan perbaikan diri. Insya Allah.
Visits: 55