
Dari Tukang Becak Jadi Pengusaha Sukses, Shalat dan Sedekah Mengubah Hidupmu
Sutrisno namanya, tetapi kini orang-orang lebih sering memanggilnya Pak Haji Sutrisno. Lelaki berkulit hitam yang berusia sekitar 50 tahun ini, di masa mudanya, bekerja sebagai tukang becak di salah satu kota di Jawa Timur. Sementara itu, istrinya berjualan sosis goreng di sekolah. Setiap pagi, setelah mengantarkan istrinya ke tempat berjualan, ia kembali ke pangkalan becaknya, menanti penumpang dengan penuh harapan.
Hingga suatu hari, seorang pelanggan yang sudah tua memberi nasihat yang mengubah hidupnya, “Kalau kamu ingin kaya, shalatlah berjamaah di masjid dan bersedekahlah setiap pagi setelah shalat Subuh. Insyaallah, Allah akan memberimu kekayaan.”
Pesan itu terus terngiang dalam benaknya. Awalnya Sutrisno ragu, tapi ia memutuskan untuk mencobanya. Ia mulai rutin shalat berjamaah di masjid, meskipun pada awalnya terasa sangat berat. Setiap Subuh, ia juga bersedekah walau tak banyak, hanya seribu atau dua ribu rupiah. Tapi sedikit demi sedikit, jumlahnya bertambah.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Sutrisno tetap bekerja sebagai tukang becak, sedangkan istrinya berjualan sosis keliling. Modal awal mereka hanya sekitar 30 ribu rupiah. Namun dengan berjalannya waktu, modalnya bertambah, disertai ketekunan dan kedisiplinan dalam menabung, mereka berhasil membeli freezer untuk berjualan sosis di rumah. Seiring waktu, jumlah kulakan mereka pun berkembang. Dikenal sebagai sosok yang pemberani, Sutrisno dulunya masih percaya pada benda-benda keramat, seperti jimat di batu akik atau pusaka tertentu.
Meskipun demikian, keyakinannya terhadap nasihat bapak tua yang pernah ia antar semakin kuat. Ia semakin rajin datang ke masjid dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Hingga akhirnya, ia dan istrinya diberi rezeki oleh Allah SWT. Untuk menunaikan ibadah haji.
Tak disangka, usahanya berkembang pesat. Ia menambah jumlah freezer, hingga akhirnya mampu membangun gerai atau toko frozen food di kampungnya. Ia juga mulai bekerja sama langsung dengan perusahaan frozen food, membeli dalam jumlah besar. Sales dari berbagai perusahaan mulai berdatangan ke tokonya.
Keuntungan demi keuntungan ia dapatkan, termasuk berbagai bonus dari perusahaan. Dengan izin Allah SWT., ia bisa membuka gerai baru di kota dan memperoleh keberhasilan yang luar biasa. Namun, kesuksesan itu tidak membuatnya Jumawa atau melupakan Tuhannya. Sebaliknya, ia semakin rajin datang ke masjid dan aktif menghadiri pengajian. Ia bahkan bersedia menjadi takmir masjid, agar semakin dekat dengan Allah SWT.
Anak-anaknya ia sekolahkan di pesantren dan dibiasakan untuk bersedekah Subuh setiap hari. Ia juga menanamkan kepada mereka pentingnya menghafalkan Al-Qur’an.
Perubahan terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia membuang seluruh jimat yang pernah ia beli dan percayai. Ia menyadari bahwa keyakinannya selama ini keliru. Ia kemudian berkonsultasi dengan seorang ustaz yang ia percayai untuk membersihkan dirinya dari segala bentuk kesyirikan.
Kisah di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak bukti bagaimana shalat dan sedekah dapat mengubah hidup seseorang. Sebagaimana diketahui, shalat dan zakat merupakan dua ibadah yang selalu berjalan beriringan. Bahkan, dalam Islam, shalat dan zakat termasuk dalam rukun Islam, yang merupakan pilar utama dalam ajaran agama ini. Dalam Al-Qur’an, perintah shalat hampir selalu disertai dengan perintah zakat. Kata zakat disebutkan sebanyak 30 kali dalam Al-Qur’an, dan 27 kali di antaranya disandingkan dengan kata shalat, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut: “Dan dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” [1]
Shalat adalah bentuk ibadah yang menghubungkan langsung seorang hamba dengan Allah SWT. Sementara itu, zakat adalah wujud rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Islam menekankan pentingnya menjaga shalat. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang Mengingatkan umat Islam agar tidak lalai dalam menjalankannya, Salah satu ayat yang menegaskan hal ini berbunyi, “Peliharalah shalat-shalat dan khususnya shalat yang tengah-p – tengah, dan berdirilah semata-mata bagi Allah dengan patuh.” [2]
Menjaga shalat berarti menghindari sikap malas atau lalai dalam menunaikannya. Ayat ini juga mengajarkan agar kita berdiri di hadapan Allah dengan penuh kepatuhan dan ketundukan, serta sebisa mungkin melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Pemimpin Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih atba, dalam salah satu khutbahnya pernah bersabda:
“Ingatlah sabda Rasulullah saw. Bahwa pahala mengerjakan shalat berjamaah adalah 27 kali lipat lebih besar dibandingkan shalat sendiri. Nasihat ini menyadarkan kita betapa besarnya rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala.
Jika hukuman untuk keburukan diberikan secara setimpal, maka untuk shalat dan perbuatan baik, Allah Ta’ala memberikan ganjaran yang berlipat-lipat. Oleh karena itu, tugas kita adalah meraih karunia dari pertolongan agung Tuhan Yang Maha Pengasih dengan melaksanakan shalat berjamaah di masjid-masjid kita. Bersujudlah di hadapan -Nya agar kita mendapat ampunan Allah atas dosa-dosa dan kelemahan kita.” [3]
Dari semua ini, semakin jelaslah bahwa menjaga shalat dan berzakat atau bersedekah adalah hal yang sangat penting. Dengan menjaga shalat, kita akan mendapatkan kasih sayang Allah Ta’ala. Jika kita menomorsatukan Allah dalam hidup, maka Allah pun akan memprioritaskan kita dalam setiap urusan.
Semoga kita semua termasuk dalam hamba-hamba-Nya yang taat kepada perintah-Nya. Semoga kita dapat mengamalkan ajaran pemimpin kita, Hadhrat Khalifatul Masih atba, dan menjadi bagian dari orang-orang yang mendapat ampunan Allah atas dosa-dosa dan kelemahan kita, terutama di bulan suci yang penuh berkah ini. Aamiin.
Referensi:
[1] Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 44
[2] Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 239
[3] https://ahmadiyah.id/jadikan-shalat-sebagai-prioritas-utama.html?amp
Views: 106