
Shalat sebagai Sarana Menghindarkan Diri dari Dosa dan Perbuatan Buruk
Dahulu kala, ada seseorang yang datang kepada Nabi saw., kemudian meminta pendapat tentang seseorang yang shalat di malam hari, tetapi di pagi hari ia mencuri.
Dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi saw. Ia mengatakan,
“Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari, tetapi di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?”
Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia lakukan.” [1]
Kisah ini menunjukkan bahwa konsistensi dalam shalat dapat membawa seseorang untuk meninggalkan perbuatan dosa. Shalat merupakan ibadah utama dalam Islam yang tidak hanya menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, tetapi juga memiliki manfaat besar bagi kehidupan rohani dan moral seseorang.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mauud as. menegaskan,
“Shalat pun merupakan alat untuk menghindarkan diri dari dosa-dosa. Shalat memiliki khasiat untuk menjauhkan manusia dari dosa dan perbuatan buruk. Oleh sebab itu, carilah oleh kalian shalat yang demikian. Berusahalah untuk menjadikan shalat-shalat kalian seperti itu. Shalat merupakan ruh atau jiwa segala kenikmatan. Karunia Allah Ta’ala datang melalui shalat yang seperti itu. Jadi, kerjakanlah shalat dengan khusyuk supaya kalian menjadi pewaris nikmat atau anugerah Allah Ta’ala.” [2]
Pernyataan ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
اُتۡلُ مَاۤ اُوۡحِیَ اِلَیۡکَ مِنَ الۡکِتٰبِ وَ اَقِمِ الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّ الصَّلٰوۃَ تَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لَذِکۡرُ اللّٰہِ اَکۡبَرُ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُوۡنَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (dalam shalat) adalah lebih besar (keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [3]
Ayat ini menegaskan bahwa shalat yang dilakukan dengan benar dan khusyuk dapat menjadi pelindung dari perbuatan dosa dan kemaksiatan. Shalat bukan sekadar ritual, melainkan sarana transformasi spiritual yang dapat mengendalikan hawa nafsu serta menjadikan seseorang lebih dekat kepada Allah.
Hadhrat Rasulullah saw. juga bersabda:
“Bagaimana pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu rumah seseorang, di mana ia mandi di dalamnya lima kali sehari? Apakah akan tersisa kotoran pada dirinya?”
Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa kotoran sedikit pun.”
Nabi bersabda, “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, dengan shalat itu Allah menghapus dosa-dosa.” [4]
Hadis ini menggambarkan bahwa shalat yang rutin dan benar-benar dilakukan dengan kesungguhan akan membersihkan jiwa dari kotoran dosa.
Shalat bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga sarana untuk membersihkan hati, menjauhkan diri dari perbuatan buruk, serta mendatangkan karunia Allah. Dengan shalat yang khusyuk dan penuh kesadaran, seseorang akan lebih mudah menghindari dosa dan mendapatkan kehidupan yang penuh berkah.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha menjadikan shalat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ketenangan serta kebahagiaan sejati.
Referensi:
[1] HR. Ahmad 2: 447
[2] Malfuzhat, Add. Nazir Isyaat, London, 1984, jld. V, hal. 126
[3] QS. Al-‘Ankabut: 46
[4] HR. Bukhari dan Muslim
Visits: 66