
Salat Bukan Sekadar Ritual Belaka
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Hadhrat Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Jika sholatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan merugi. Jika terdapat kekurangan dalam shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka sempurnakanlah kekurangan dalam shalat wajibnya dengan shalat sunnah. Kemudian, demikian pula dengan seluruh amalnya.” [1]
Hadist ini menekankan pentingnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim. Hadhrat Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shalat merupakan ibadah yang paling utama dan pertama kali diperiksa pada hari kiamat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya salat dalam Islam.
Shalat adalah ibadah yang langsung menghubungkan hamba dengan Allah Ta’ala. Oleh karena itu, salat harus dilakukan dengan penuh ketundukan dan penghambaan, bukan sekadar formalitas atau untuk pamer.
Shalat yang Hakiki
Shalat yang baik dan benar adalah salat hakiki, yaitu shalat yang memenuhi syarat dan rukun, dilakukan dengan khusyuk dan penuh penghayatan, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw., serta dikerjakan dengan ikhlas dan tepat waktu.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya.” [2]
Shalat tidak hanya sekedar gerakan fisik, tetapi juga harus disertai kekhusyukan hati dan penghayatan terhadap makna setiap bacaan serta gerakan shalat.
Sholat hakiki memberikan dampak positif bagi pelakunya, tidak hanya pada saat menjalankannya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Shalat yang benar akan membentuk pribadi yang lebih jujur, amanah, serta berakhlak mulia.
Salat disebut hakiki ketika seseorang mencapai hubungan yang tulus dan suci dengan Allah, di mana ia benar-benar mengabdi kepada kehendak-Nya dan menempatkan imannya di atas segala urusan duniawi. Pada tingkatan ini, salat menjadi cerminan ketulusan dan keimanan seseorang. [3] Jika seseorang belum mencapai kondisi ini dan tidak menjadi teladan bagi orang lain, maka doa-doanya dan ibadah lainnya akan kehilangan makna.
Shalat yang Rusak dan Cara Memperbaikinya
Jika shalat seseorang baik, maka ia dianggap beruntung dan berhasil. Sebaliknya, jika sholatnya rusak, ia dianggap gagal dan merugi.
Salat yang rusak adalah salat yang tidak memenuhi syarat, rukun, atau ketentuan syariat Islam. Untuk menghindarinya, seseorang harus memahami tata cara shalat yang benar dan melaksanakannya dengan penuh kesadaran serta kekhusyukan. Jika terdapat kesalahan dalam shalat, sebaiknya segera diperbaiki atau diulang agar ibadah tersebut diterima oleh Allah.
Jika terdapat kekurangan dalam salat wajib, Allah akan melihat apakah hamba tersebut memiliki shalat sunnah. Salat sunah dapat melengkapi kekurangan dalam shalat wajib.
Pentingnya Shalat Sunah
Dalam Islam, salat sunah berperan penting dalam menyempurnakan kekurangan dalam shalat wajib. Hal ini sesuai dengan hadis di awal yang menyatakan bahwa amalan sunah dapat menutupi kekurangan dalam amalan wajib.
Allah SWT. menilai amalan hamba-Nya secara keseluruhan, termasuk salat sunah yang dikerjakan. Jika dalam shalat wajib terdapat kekurangan, seperti kurang khusyuk atau tidak sempurna gerakannya, maka salat sunah dapat membantu menyempurnakan ibadah tersebut. Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya, dengan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri melalui amalan tambahan.
Beberapa contoh salat sunah yang dianjurkan antara lain:
- Shalat Rawatib, yaitu salat sunah yang dikerjakan sebelum atau setelah salat wajib.
- Shalat Tahajud, yaitu salat sunah yang dilakukan di malam hari setelah tidur.
- Shalat Dhuha, yaitu salat sunah yang dikerjakan pada pagi hari.
- Shalat Witir, yaitu salat sunah yang biasanya dikerjakan setelah salat Isya atau setelah Tahajud.
Dengan mengerjakan shalat sunnah, seorang Muslim tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga berusaha menyempurnakan ibadah wajibnya. Namun, perlu diingat bahwa shalat sunnah tidak menggantikan shalat wajib, melainkan hanya sebagai penyempurna. Oleh karena itu, shalat wajib tetap harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sementara salat sunah menjadi tambahan yang mendatangkan pahala serta rahmat dari Allah.
Shalat sebagai Penghalang Perbuatan Buruk
Shalat bukan sekedar ritual, tetapi juga sarana untuk membersihkan hati, mengingat Allah, dan mencegah diri dari perbuatan buruk. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” [4]
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salam menyatakan bahwa shalat harus mencerminkan ketulusan dan keimanan seseorang, sehingga dapat menjadi contoh bagi orang lain.
Janganlah menjadikan shalat sekadar ritual atau upacara belaka. Lakukanlah shalat dengan hati yang bersungguh-sungguh, serta berdoalah dengan penuh ketulusan. Shalat adalah kunci penyelesaian berbagai kesulitan hidup. Selain doa-doa dan pengagungan yang diwajibkan dalam shalat, ajukanlah juga doa-doa dalam bahasa sendiri agar hati lebih khusyuk dan terhubung dengan Allah. Teruslah berusaha sampai mencapai kondisi di mana salat benar-benar menjadi sarana pencapaian tujuan hakiki.
Setiap gerakan dalam shalat harus mencerminkan keadaan hati. Ketika seseorang berdiri tegak, hatinya juga harus tegak dalam kepatuhan kepada Allah. Saat ruku, hatinya harus tunduk, dan ketika sujud, hatinya pun harus bersujud dalam makna sejati, yakni merasa rendah di hadapan Allah dan tidak pernah melepaskan-Nya walau sekejap.
Ketika kondisi ini tercapai, seseorang akan mulai terbebas dari dosa dan mendekat kepada kesucian. [5]
Referensi:
[1] HR. Tirmidzi
[2] QS. Al-Mu’minun: 1-2
[3] Malfuzat, jilid VI, hal. 240
[4] QS. Al-Ankabut: 45
[5] Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Malfuzat , vol. VI, hal. 367-368
Views: 76