
Kesetaraan Gender untuk Pondasi Negara yang Kuat
Seorang anak perempuan dibesarkan dalam sebuah keluarga yang penuh kasih sayang dan keadilan. Kedua orangtuanya menerapkan pola yang terbuka dalam kesehariannya, di mana semua anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat. Tidak pernah ada perbedaan dalam mendidik anak laki-laki dan perempuan di keluarga itu, pekerjaan rumah pun dikerjakan bersama-sama. Sang anak perempuan lalu tumbuh menjadi anak yang cerdas, pintar bersosialisasi dan pintar mengambil keputusan.
Lalu ada keluarga lain yang menerapkan pola pendidikan yang berbeda. Anak laki-laki lebih diutamakan daripada saudara perempuannya. Selain sekolah formal, anak laki-lakinya mendapatkan les tambahan pelajaran serta disiapkan asuransi pendidikan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semuanya disiapkan karena anak laki-laki dianggap akan menjadi pemimpin dan juga tulang punggung keluarga. Sementara saudara perempuannya direncanakan akan segera menikah setelah lulus SMA, karena pemahaman bahwa perempuan nantinya hanya akan berkutat dengan urusan anak dan dapur. Jadilah anak perempuan ini hidup sesuka hati tanpa mempunyai target apapun untuk masa depannya. Bahkan ia cenderung berusaha hidup sebebas-bebasnya sebelum nanti diharuskan menikah.
Perbedaan pola dalam mendidik anak laki-laki dan perempuan disebabkan persepsi tentang gender yang terlanjur dianut sebagian besar masyarakat.
Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berusaha menciptakan perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, perempuan terkenal dengan sifat lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan, sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. (1)
Timbul anggapan bahwa laki-laki lebih mampu melakukan berbagai hal, sementara perempuan hanya menjadi sosok yang hanya menerima perintah, tanpa diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Pola pengasuhan dalam keluarga akan menghasilkan anak-anak dengan karakter yang berbeda pula. Disinilah pentingnya peran orangtua dalam mendidik dan memperlakukan anak-anak mereka. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam kehidupan yang menjadi dasar pembentukan karakter seseorang. Dari keluarga-keluarga inilah kelak akan muncul orang-orang yang akan mempengaruhi suatu negara bahkan dunia.
Sebuah pohon dapat tumbuh besar dan kuat bila akarnya kuat mencengkeram tanah, lalu lapisan kayu mengantarkan nutrisi ke seluruh pohon, kemudian daun-daun menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan. Ketika semua bagian pohon berfungsi sebagaimana mestinya, maka pohon itu mampu tegak berdiri dan melindungi tanah sekitarnya dari banjir.
Demikian pula dalam keluarga, bagaimana mungkin sebuah keluarga dapat menjadi keluarga yang tangguh bila tidak ada keadilan dan kerjasama didalamnya? Mungkinkah satu keluarga dapat mencapai keharmonisan bila semuanya hanya diatur dan dijalankan laki-laki saja?
Dari keluarga yang harmonis dan kuatlah kelak akan muncul generasi-generasi yang akan menentukan kemajuan bangsa. Laki-laki dan perempuan harus berkontribusi sesuai dengan kedudukannya. Tidak ada yang boleh merasa lebih tinggi satu sama lain. Laki-laki dan perempuan harus mendapatkan perlakuan yang sama.
Peran perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata. Perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anaknya. Perempuan tidak boleh dibiarkan memilih mentalitas yang lemah.
Kesetaraan gender bukan hanya untuk kepentingan perempuan. Tujuannya adalah untuk menjamin kesamaan hak-hak manusia antara laki-laki dan perempuan, mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, juga menjamin kesamaan kesempatan dalam berpartisipasi di berbagai bidang.
Perbaikan kaum perempuan dan kaum laki-laki mutlak wajib dilakukan. Semua umat manusia harus mengeluarkan versi terbaiknya dalam bermasyarakat. Semua harus totalitas melakukan perbaikan akhlak, tidak ada yang merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Saat semuanya dapat bekerja sama dengan baik dan adil, maka kemakmuran akan tercapai.
Satu benang merah dalam Islam adalah asas persamaan atau keadilan. Islam menekankan bahwa di mata Allah Ta’ala semua orang adalah sama.
Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran ayat 196:
“Maka Tuhan mereka mengabulkan doa mereka seraya berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amalan orang-orang yang beramal dari antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain.”
Negara bertanggung jawab untuk memastikan keadilan bagi seluruh rakyatnya baik laki-laki maupun perempuan. Karena:
“Bangsa yang tidak peduli terhadap perbaikan kaum perempuan, perbaikan kaum laki-laki bangsa itu pun tidak terwujud.”
Referensi:
1. https://jakarta.nu.or.id/opini/konsep-keadilan-gender-dalam-perspektif-islam-sACpS
2. Khotbah Jumat 3 Februari 1939
Views: 47