
IMAN DAN KEIMANAN, APAKAH DUA HAL YANG BERBEDA?
Sebagai umat beragama tentunya kita memiliki keimanan dan iman. Keimanan dan iman ini berkaitan satu sama lain sama sama percaya kepada Allah, namun sebenarnya iman dan keimanan memiliki arti yang berbeda, lalu sebenarnya apa perbedaan antara keimanan dan iman?
Menurut KBBI, Keimanan merupakan keyakinan, ketetapan hati dan keteguhan hati. Sedangkan iman adalah kepercayaan(berkenaan dengan agama). [1]
Iman secara umum merujuk pada kepercayaan atau keyakinan hati terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah Allah SWT. Iman adalah fondasi dasar dalam beragama, yang mencakup kepercayaan terhadap Allah, malaikat, kitab suci, rasul, hari akhir, dan takdir.
Disisi lain keimanan lebih spesifik dan mencakup aspek tindakan atau praktik yang menunjukkan kepercayaan tersebut. Keimanan bukan hanya tentang percaya, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup berdasarkan keyakinan itu. Dalam Islam, keimanan mencakup enam rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, rasul, hari akhir, dan takdir) dan juga praktik ibadah serta perilaku sehari-hari yang mencerminkan keyakinan tersebut.
Meskipun iman dan keimanan terkait erat, iman lebih kepada keyakinan hati, sedangkan keimanan mencakup keyakinan dan bagaimana kita mencerminkan iman tersebut.
Seorang ulama mengatakan:
“Bukanlah keimanan itu dengan angan-angan dan hiasan, tetapi dengan apa yang tertanam di hati dan dibuktikan dengan amal dan akhlak.” [2]
Dari kutipan tersebut menekankan bahwa keimanan yang sebenarnya bukanlah hanya tentang ucapan yang bersifat sementara, tetapi tentang apa yang benar-benar tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan tindakan nyata (amal) dan perilaku yang baik (akhlak).
Keimanan yang sesungguhnta bukan hanya ucapan tetapi harus sesuai dengan perilaku kita, kita harus menjalani kehidupan ini dengan baik ,memperlakukanlah setiap orang dengan baik dan beribadah dengan benar agar hidup kita menjadi berkah dan mendapat rida Allah SWT.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda
“bahwa demi memiliki keimanan yang sejati, dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan adalah hal yang sangat sulit. Ketika keimanan semacam itu ada, banyak tanda-tanda terwujud. Tanda keimanan sejati terbesar dari mereka yaitu tatkala seseorang melenyapkan segala hasrat keduniawian, menjauhkan dirinya dari dunia, menjadikan keridhoan Allah sebagai tujuan utamanya, juga menerima hal-hal keduniawian.”
Hadhrat Masih Mau’ud as menjelaskan apa itu kebaikan hakiki,
“Takwa berarti menahan diri dari keburukan bahkan hingga ke aspek terkecilnya sekalipun. Namun, ketahuilah, bukanlah makna ketakwaan untuk mengatakan, ‘Saya orang bertakwa. Sebab, saya menahan diri dari keburukan atau kejahatan. Saya tidak pernah mengambil harta orang lain. Saya tidak pernah merampok di rumah orang lain. Saya tidak pernah mencuri. Saya tidak pernah berpandangan birahi. Saya tidak pernah berzina. Jenis kebaikan seperti ini akan menjadi bahan tertawaan orang-orang arif (yang berpemahaman mendalam). Sebab, jika keburukan dan kejahatan seperti itu dilakukan, yaitu mencuri, merampok dan lain-lain; tentu seseorang akan mendapatkan hukuman [dari pengadilan atau masyarakat]. Kebaikan seperti ini dalam pandangan orang-orang arif tidak diberi penghargaan istimewa melainkan kebaikan hakiki ialah seseorang mempersembahkan kegembiraan dan memperlihatkan kebenaran dan kesetiaan sempurna di jalan Allah; dan ia siap sedia memberikan pengorbanan jiwa mempersembahkan kegembiraan dan memperlihatkan kebenaran dan kesetiaan sempurna di jalan Allah; dan ia siap sedia memberikan pengorbanan”
Selanjutnya, beliau as bersabda,
“Ingatlah baik-baik! Hanya menjauhi keburukan-keburukan bukanlah perkara yang patut dipuji selama ia tidak menyertainya dengan kebaikan-kebaikan.”
Dari sabda tersebut dapat kita simpulkan bahwa keimanan itu tidak mudah, karena bukan soal kita melakukan sebuah kebaikan saja namun di atas di katakan bagaimana kita harus mempersembahkan kegembiraan dan memperlihatkan kebenaran dan kesetiaan sempurna di jalan Allah.
Referensi:
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] Hasan Al – Basri
Visits: 45