AL-QUR’AN, BUKTI CINTA ABADI DARI TUHAN

Seorang gadis remaja tersedu-sedu mengadu kepada ibunya tentang kejadian tidak menyenangkan yang dialaminya di sekolah. Ia dipaksa mengakui bahwa kitab suci yang diyakininya dan sedang ia pelajari bukanlah Al-Qur’an, hanya karena ia berkata jujur bahwa dirinya adalah seorang Ahmadi. Meski saat itu ia tidak diam dan mencoba menjelaskan bahwa pernyataan sang pengajar tidak benar, namun sang oknum tetap bersikukuh akan membawa bukti yang dapat membenarkan tuduhannya. Dengan tenang, gadis itu pun menyetujui sembari menanti bukti yang dijanjikan.

Sesampainya di rumah, ia meluapkan kesedihan dan kekecewaannya kepada sang ibu. Dengan bijak, ibunya menasihati agar ia berdoa kepada Allah agar kebenaran ditunjukkan, serta memintanya untuk semakin giat mempelajari Al-Qur’an. Sebab, Al-Qur’an itu sendirilah yang akan menjadi bukti kebenaran atas izin Allah.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, namun sang pengajar yang dahulu berjanji membawa bukti tak kunjung menunjukkan kebenaran ucapannya. Hingga pada suatu hari, materi pelajaran di kelas membahas tentang hukum tajwid dan terjemahan Al-Qur’an secara kata demi kata. Kebetulan, pengajar yang pernah melontarkan tuduhan itu yang mengampu pelajaran dan menawarkan kepada para siswa untuk mempresentasikan kaidah tajwid serta terjemahan ayat yang sedang dipelajari di depan kelas.

Gadis remaja itu pun mengangkat tangan dan menawarkan diri. Dengan penuh percaya diri, ia maju ke depan kelas dan menyampaikan penjelasan yang diminta dengan lancar dan tepat. Sang pengajar terdiam, lalu bertanya kepadanya, “Kamu belajar di mana? Siapa yang mengajarkanmu?”

Dengan tenang dan penuh hormat, gadis itu menjawab, “Saya Islam, Pak. Al-Qur’an adalah kitab suci yang setiap hari saya baca dan pelajari bersama ibu dan keluarga saya. Kami tidak pernah mempelajari kitab suci selain Al-Qur’an.”

Jawaban itu membuat sang pengajar terdiam dan tidak mampu berkata-kata. Ia hanya bisa menyampaikan kepada para siswa lainnya agar mencontoh semangat dan ketekunan gadis tersebut dalam mempelajari Al-Qur’an.

Kisah nyata ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang, bahwa Allah Ta‘ala akan selalu menjaga siapa pun yang benar-benar mempelajari dan mencintai Al-Qur’an. Terlebih bagi seorang Ahmadi, yang dituntut untuk senantiasa mendalami dan mengamalkan isi Al-Qur’an sebagai bukti kecintaan kepada Allah Ta‘ala dan Rasulullah SAW.

Dalam salah satu kutipan sabda pendiri Jamaah Ahmadiyah, Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. beliau bersabda:

“Maka, bacalah Al-Qur’an dengan seksama dan hendaklah kamu sangat mencintainya dan sedemikian rupa cintanya sehingga kamu belum pernah mencintai sesuatu yang lain dari itu.” [1]

Al-Qur’an adalah petunjuk yang akan menyelamatkan manusia dari keburukan, karena Allah sendiri yang menurunkannya sebagai pegangan dan pedoman hidup terbaik bagi manusia (QS. Al-Baqarah: 3). Al-Qur’an adalah sahabat sejati seorang Muslim. Ketika semua akan pergi dan tiada, Al-Qur’an akan tetap ada—menemani dan menjadi syafaat bagi mereka yang sering membacanya. Inilah bukti cinta Tuhan yang abadi bagi umat-Nya.

Referensi :

[1] Bahtera Nuh, hal. 49, Bab: Ketinggian Al-Qur’an

Visits: 126

Aisyah Begum

3 thoughts on “AL-QUR’AN, BUKTI CINTA ABADI DARI TUHAN

    1. Sebuah karunia tak terhingga dari Allah saat kita mendapatkan petunjuk langsung dari do’a yang kita panjatkan ya Bu. Mubarak atas keteguhan iman yang ibu jalani sampai detik ini. Tetap menjadi Ahmadi yang mukhlis sampai Allah izinkan kita kembali bersatu di jannah-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *