
AL-QUR’AN: KA’BAH HATI DAN SUMBER KEHIDUPAN
“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab-Mu dan melaksanakan tawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Ka’bahku. Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya.” [1]
Al-Quran adalah kompilasi wahyu lisan yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. selama kurun waktu 23 tahun. Merupakan kitab suci umat Islam. Al-Quran berisi hukum, perintah, aturan untuk perilaku sosial dan moral umat Islam. Dan juga berisi filsafat agama yang komprehensif. Bahasa asli Al-Quran adalah Bahasa Arab.
Allah swt. telah menjelaskan secara tegas di dalam Al-Quran bahwa petunjuk dari wahyu Ilahi tidak ditujukan kepada segala macam jenis manusia, melainkan hanya kepada mereka yang bertabiat suci dan memiliki sifat-sifat ketakwaan. Hanya jenis manusia seperti itu yang akan dapat memanfaatkan petunjuk agung dari suatu wahyu Ilahi.
Sebagaimana tertera dalam Surah Al-Baqarah (1–3): “Akulah Allah Yang lebih mengetahui. Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa.” [2]
Maksud atau arti takwa adalah melindungi diri atau jiwa dari bahaya; dan dalam istilah syariat, maksud takwa adalah melindungi diri dari segenap benda atau sesuatu yang membuat manusia menjadi pelaku tindakan dosa.
Hadhrat Rasulullah saw. secara khusus mengajarkan kepada kita. Tertera dalam hadits-hadits bahwa Rasulullah saw. senantiasa membaca doa ini:
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Wahai Allah, anugerahilah jiwaku ketakwaannya dan bersihkanlah ia sebersih-bersihnya, dan Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya.” (HR. Muslim, Kitabudz-Dzikr wad-Du’a) [3]
Untuk memenuhi hati dengan cahaya Allah, untuk melihat hal-hal apa saja yang Allah telah larang dan hal-hal apa saja yang Allah perintahkan untuk diamalkan, kita seyogyanya harus belajar Al-Quran dan membacanya secara rutin.
Bagi mereka yang mengerti terjemahan Al-Quran, ajarkanlah kepada orang lain. Galakkanlah menyampaikan daras-daras Al-Quran di Cabang-cabang, kendatipun hanya beberapa menit sekalipun, supaya mereka yang tidak dapat membaca dan memahami sendiri ajaran yang cantik ini pun dapat sampai dengan terang dan jelas kepada mereka juga. Adapun membaca Al-Quran bagaimanapun juga seyogianya setiap Ahmadi harus melakukannya setiap hari, supaya berkat-berkat Al-Quran turun dan hati sanubari terus menerus penuh dengan ketakwaan dan nur Ilahi.
Untuk mendorong pembelajaran Al-Quran secara lebih luas, organisasi keagamaan Ahmadiyah di Indonesia berpartisipasi dalam program International Ta’limul Quran Academy (ITQA) yang berbasis di Inggris. Program ini menyediakan kursus Al-Quran dalam berbagai bahasa dan terbuka untuk semua usia, mulai dari tingkat pemula hingga mahir. Di Indonesia, program ini telah berjalan hingga angkatan keenam dan diikuti oleh lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah. Program ini merupakan salah satu bentuk upaya edukatif yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang ingin memperdalam pemahaman mereka terhadap Al-Quran.
Dalam memperingati 100 tahun Lajnah Imaillah, salah satu nasihat Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ABA adalah membaca dan mengamalkan Al-Quran, juga dalam rangka memperingati Tasyakur 100 tahun Jemaat Ahmadiyah Indonesia, beliau menekankan 4 poin, yang salah satunya adalah membaca Al-Quran setiap hari.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah mengungkapkan betapa Al-Quran sangat dicintainya. Beliau bersabda: “Kitab Suci Al-Quran merupakan mutiara yang langka. Bagian luarnya adalah Nur, bagian dalamnya juga Nur, begitu pula bagian atas dan bawahnya adalah Nur semata serta Nur di setiap kata di dalamnya. Kitab ini merupakan taman ruhani yang rangkaian buahnya mudah dijangkau dan melalui mana mengalir banyak sungai. Semua bentuk kemaslahatan bisa ditemukan di dalamnya dan setiap obor penunjuk jalan dinyalakan daripadanya. Nur Kitab ini telah menembus hatiku dan aku tidak akan mungkin memperolehnya dengan cara lain. Jika tidak ada Al-Quran maka aku tidak akan menemukan kegembiraan hidup. Keindahannya jauh melampaui kecantikan seratus ribu Nabi Yusuf. Aku amat cenderung kepadanya dan meresapkan rahmatnya ke dalam hati. Kitab ini telah menghidupkan aku. Barangsiapa yang meminum daripadanya akan menjadi hidup dan membawa kehidupan kepada manusia lainnya.” [4]
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Khalifah Rasulullah saw., yaitu: “Kitab Allah adalah cahaya yang tak akan pernah padam, tali yang kokoh, dan obat yang bermanfaat. Siapa yang berbicara dengannya, ia benar. Siapa yang mengamalkannya, ia diberi pahala.” (Hadhrat Ali bin Abi Thalib r.a.) [5]
Semoga kita semua dapat mencintai Al-Quran dan menjadikannya bagian dalam kehidupan keseharian kita. Aamiin Allahumma Aamiin.
Referensi:
[1] Hz. Mirza Ghulam Ahmad. Inti Pokok Ajaran Islam. Terj. A. Q. Khalid. Peny. Ekky O.
Sabandi. Jakarta: Neratja Press, 2014.
[2] Al-Qur’an. Surah An-Nisa, 4:70.
[3] Muslim, Imam. Shahih Muslim, Kitabudz-Dzikr wad-Du’a.
[4] Hz. Mirza Ghulam Ahmad. Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Ruhani
Khazain, vol. 5, hal. 545–546, London, 1984
[5] Tirmidzi, Imam. Sunan at-Tirmidzi, no. 2906. Kitab Fadha’il al-Qur’an, Bab Maa Ja’a fi Fadhlil
Qur’an.
Visits: 83
Assalamu’alaikum Wr Wb MasyaAllah terimakasih banyak dapat hikmah dan Ilmu Jazakallah Ashanal Jaza Neng Nuri sayang Karyanya luar bisa mengali hikmah Al- Quran yang Agung