SEPENGGAL KISAH DISUATU PERJALANAN

Dekitar dua tahun yang lalu, ketika ada kegiatan daerah, Aisha yang memegang amanah sebagai Tim Publikasi harus hadir selama acara berlangsung, untuk berkhidmat sebagai tim dokumentasi dan reportase nya.

Setiap rangkaian acara yang diikuti oleh Aisha, berharap mendapatkan dokumentasi yang baik serta bisa mengaplikasikannya dalam bentuk reportase.

Tak diduga, kegiatan itu bertepatan dengan kepulangan putra keduanya yang jauh di provinsi lain, yang berbulan-bulan tidak bertemu.

Namun dikarenakan tugas jemaat yang sudah lebih dulu terjadwal di jauh-jauh hari, maka mau tidak mau Aisha pergi ke mesjid dan menginap di mesjid.

Sambil memantau kepulangan putra nya, Aisha tetap berkhidmat dengan fokus. Dokumentasi didapat, reportase dikerjakan malam harinya menjelang tidur. Tak lupa Aisha pun meminta maaf kepada putra kedua nya, karena tidak bisa menyambut kedatangannya dengan alasan pengkhidmatan.

Saat itu, Aisha hanya memegang uang sepuluh ribu rupiah, untuk dua hari selama berkegiatan. Aisha tidak khawatir, karena bensin di motornya terisi, cukup untuk pergi dan pulang kembali ke rumah, serta berdoa berharap bahwa selama dalam perjalanan, semua lancar dan selamat agar tidak mengeluarkan biaya tambahan, misal jika ban motor kempes atau hal lain yang membutuhkan dana.

Setelah sampai di mesjid, ada salah seorang ibu yang meminjam uang kepada Aisha sebesar lima belas ribu rupiah untuk keperluan anaknya di mesjid. Aisha berkata: “maaf, saya hanya pegang uang sepuluh ribu saja.” Alhamdulillah uang tersebut diterima oleh ibu tersebut.

Saat itu Aisha sudah tidak lagi memegang uang karena dipinjam.

Tapi Aisha tidak sedih hanya membawa uang sebanyak itu, pun itu dipinjamkan juga. Aisha tetap bergembira karena bisa pergi ke mesjid untuk mengikuti rangkaian kegiatan serta menunaikan amanahnya sebagai Tim Publikasi.

Aisha bisa saja meminta uang bekal kepada ibu atau saudaranya. Tetapi itu tidak Aisha lakukan. Motor dengan bensin terisi saja sudah sangat disyukuri nya, di mana kendaraan tersebut dapat membawa Aisha sampai di mesjid untuk mengikuti kegiatan.

Aisha tidak khawatir kelaparan, karena di mesjid bisa makan bersama peserta lainnya.

Hanya Aisha tidak bisa berbelanja atau jajan, itu saja. Tidak masalah, karena Aisha terbiasa membawa bakal nasi ke mana pun, sehingga tidak banyak jajan di luar.

Aisha ingat atas satu kutipan dari buku Al-Wasiyat, yang berbunyi,

“Kesulitan yang karena nya Allah ridha, lebih baik dari kesenangan yang karena nya Allah murka.” 

Walau hanya berbekal sepuluh ribu rupiah, dan itupun habis dipinjamkan, semoga saja kedatangan Aisha di mesjid mendapat ridha Allah Taala, apalagi Aisha pun harus menunda bertemu dengan putranya yang telah beberapa bulan tidak berjumpa, karena amanah yang diemban nya.

Berharap walau tiada bekal jasmani yang dibawa, namun Aisha memperoleh asupan gizi secara ruhani dengan hadirnya pada rangkaian acara selama dua hari tersebut.

Esok harinya, Aisha memohon ijin kepada Ibu pimpinan daerah, untuk menemui anak yang sudah datang. Alhamdulillah ibu pimpinan mengijinkan, dengan pesan jika reportase telah selesai.

Ada satu penggalan kalimat dalam Al-Qur’an, di mana Allah Ta’ala berfirman,

“Sebaik-baik perbekalan adalah takwa.” [1]

Memang, butuh pegangan bekal untuk di jalan, untuk memenuhi kebutuhan selama di jalan dan selama dalam acara. Namun itu tidak menjadi pikiran, karena bagi Aisha, untuk dapat mengikuti sebuah kegiatan kerohanian, adalah karunia terbesar, walau dengan segala ke-hectican nya, walau dengan berbenturan jadwal lainnya, namun tetap bisa Aisha jalankan dengan baik.

Apalagi ada sebuah janji yang terus diikrarkan jika kegiatan berlangsung, dimana harus siap mengorbankan jiwa, harta, waktu serta anak-anak.

Janji haruslah ditepati, diamalkan, pelan-pelan namun tekad yang kuat. Insya Allah Ta’ala akan terpenuhi secara bertahap.

Perjalanan Aisha yang cukup menyita waktu, Alhamdulillah bisa terlaksana semuanya. “Ita’at me, Barkat he,” di dalam ketaatan ada keberkahan, dapat menjadi acuan yang berkelanjutan dalam menjalani kehidupan, sesuai dengan firman Allah Ta’ala.

Janganlah meminta agar beban kita dikurangi, tetapi kita harus selalu berdoa agar kita diberi keluasan kemampuan untuk dapat memenuhi segala pengkhidmatan. [2]

 

Referensi :

[1] QS. Al-Baqarah: 198

[2] Dikutip dari buku “Kiat-kiat Keberhasilan dalam Memimpin Jemaat”

 

 

Ina Mukminah-Samarang

Views: 47

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *