
SIFAT KASIH UNTUK RIDHA ALLAH SWT
Menjadi seorang yang beriman kepada Allah SWT. Adalah sebuah karunia yang harus kita syukuri sebagai umat manusia. Adanya penggolongan umat manusia seperti yang dijelaskan dalam 17 ayat pertama surat Al-Baqarah, yakni orang-orang yang beriman, orang kafir dan orang munafik merupakan penggolongan umat manusia yang dibedakan berdasarkan keyakinan dan perilaku mereka terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Ciri-ciri utama yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Orang beriman
Mereka yang beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan segala yang gaib. Mereka juga mendirikan salat, menunaikan zakat, dan beramal saleh. Mereka akan mendapatkan petunjuk, rahmat, dan keberuntungan di dunia dan akhirat.
2. Orang Kafir
Mereka yang menolak kebenaran, mengingkari Allah dan Rasul-Nya, serta enggan mengikuti ajaran Islam. Mereka akan mendapatkan azab yang pedih di akhirat.
3. Orang Munafik
Mereka yang secara lahiriah menunjukkan keimanan, tetapi hatinya menyembunyikan kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Mereka seringkali mengucapkan kata-kata yang baik tetapi bertolak belakang dengan perbuatan mereka.Mereka akan mendapatkan siksaan yang paling pedih di akhirat, karena mereka menipu Allah dan orang-orang beriman. [1]
Oleh karena itu, kita sebaiknya berusaha untuk memperbaiki diri agar kita termasuk orang-orang yang beriman dan mendapatkan ridha Allah SWT. Atas segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak contoh kisah para sahabat nabi mengenai keimanan seperti Hadhrat Bilal bin Rabah ra., meskipun mengalami berbagai siksaan karena keimanan yang beliau miliki, namun beliau tidak gentar dan berhasil menjaga keimanannya sehingga akhirnya beliau menjadi mu’azin pertama dalam sejarah Islam di masa lampau.
Selain Hadhrat Bilal bin Rabah ra., ada pula Hadhrat Abu Bakar Siddiq ra. Yang terkenal kedermawanannya, beliau rela berkorban apapun termasuk harta yang ia miliki untuk membiayai kegiatan dalam penyebaran agama Islam. Mudah-mudahan teladan para sahabat nabi terdahulu, akan terus diwariskan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Untuk mencapai keridhaan Allah SWT., tentu bukan hal yang mudah namun harus kita upayakan sebagaimana Hadhrat Rasulullah saw. Bersabda,
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مِثْلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ (رواه البخاري ومسلم عن النعمان بن بشير)
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling menyantuni dan saling membantu seperti satu jasad, apabila salah satu anggota menderita, seluruh anggota jasad itu merasakan demam dan tidak tidur. [2]
Hadits di atas dengan jelas mengumpamakan orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu jasad sehingga apa yang dirasakan salah satunya akan dirasakan pula oleh yang lainnya . Maka dari itu, kita harus senantiasa saling mengasihi satu sama lain agar solidaritas sesama manusia selalu terjaga.
Sifat kasih yang dimiliki oleh seorang yang beriman adalah sifat kasih yang berlaku kepada seluruh makhluk ciptaan Allah SWT.
Banyaknya kisah yang terjadi di masa kini, perselisihan bahkan dengan saudara dekat sekalipun membuktikan bahwa sifat kasih itu harus dipupuk agar tak layu di makan jaman. Mari kita pererat persaudaraan, silaturahmi terjaga agar ridha Allah SWT. Dapat diraih. Semoga dengan ridha-Nya menjadi pembuka pintu kemenangan kita di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, “Dan keridhaan Allah-lah yang paling besar. Hal yang demikian itu kemenangan yang besar.” [3]
Salah satu organisasi Islam yang konsisten dalam upaya perdamaian dunia adalah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Jamaah ini dipimpin oleh seorang Khalifah yang sekarang memasuki era Khalifah yang ke-5 yakni, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. Beliau adalah sosok pemimpin Muslim dunia yang mendorong perdamaian dan kerukunan antar agama. Dalam khutbah, pidato, buku dan pertemuan-pertemuan pribadinya, beliau selalu memberikan nasihat tentang ibadah kepada Allah Ta’ala dan pengkhidmatan kepada kemanusiaan. Sejak terpilih menjadi Khalifah, beliau telah memimpin kampanye di seluruh dunia untuk menyampaikan pesan Islam yang damai, baik melalui media cetak maupun digital.
Tahun 2004, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. Meluncurkan program ‘Simposium Perdamaian Nasional’ yang diadakan tiap tahun. Di dalam acara ini para tamu dari berbagai lapisan berkumpul untuk bertukar pikiran untuk mewujudkan perdamaian dan kerukunan. Tiap tahunnya acara simposium ini menarik minat para menteri, anggota parlemen, politisi, pemimpin agama dan pejabat tinggi lainnya.
11 Februari 2014, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. Menjadi pembicara utama pada ‘Konferensi Agama-agama Dunia’ yang diselenggarakan di Guildhall, London. Dalam pidatonya beliau menjelaskan komitmen Islam untuk mendorong sikap saling pengertian, toleransi dan saling menghargai sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan teladan Hadhrat Nabi Muhammad saw. Di bawah kepemimpinan beliau, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah mendirikan banyak sekolah dan rumah sakit dengan fasilitas kelas satu di daerah-daerah terpencil dunia. Dan melalui berbagai skema Jamaah Muslim Ahmadiyah, beliau telah mendanai biaya sekolah dan pendidikan para pelajar kurang mampu di seluruh dunia, tanpa melihat latar belakang agama mereka. Dari tahun 1977 sampai 1985, beliau berkhidmat di Ghana dan terlibat dalam proyek pengembangan sosial, pendidikan dan pertanian. Beliau diakui keahliannya atas keberhasilan penanaman gandum di tanah Ghana untuk pertama kalinya dalam sejarah negara tersebut. [4]
Semoga keteladanan beliau bisa memberikan semangat kepada kita semua agar selalu berbuat kasih kepada seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang mereka.
Referensi:
[1] QS. Al-Baqarah 2: 1-17)
[2] HR. Bukhari Muslim
[3] QS. At-Taubah 9: 72
[4] https://ahmadiyah.id/khilafat/masroor-ahmad?amp
Views: 24