
KESEMPURNAAN AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagimu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu”[1].
Hudhur aba. bersabda bahwa merupakan karunia Allah Ta’ala yang sangat besar kepada umat Islam karena agama mereka telah sempurna, dan hanya Islam-lah yang membuat klaim demikian. Agama terakhir yang diturunkan oleh Allah Ta’ala adalah Islam. Jika seseorang ingin meraih keridhaan Allah Ta’ala, maka hanya dengan mengikuti ajaran Islamlah hal itu dapat diperoleh. Hudhur aba. juga mengutip sabda Hadhrat Masih Mau’ud as. yang menyatakan bahwa ajaran Nabi Muhammad saw telah membawa umat manusia dari kondisi seperti binatang buas yang tenggelam dalam jurang kemaksiatan serta tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, menuju keadaan moralitas dan tingkat kerohanian yang tinggi. Semua ini dapat tercapai melalui ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Saat ini, Al-Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dan sumber kemajuan kerohanian yang sejati. Bahkan karena kesempurnaannya, Al-Qur’an juga menjadi sumber kemajuan duniawi yang hakiki. Kelangsungan hidup umat manusia sekarang bergantung pada ajaran ini, yakni ajaran Al-Qur’an.
Hal ini menunjukkan bahwa firman Allah Ta’ala yang diwahyukan tidak dapat dibandingkan dengan buku atau tulisan duniawi mana pun, karena khazanah ilmu pengetahuan Allah Ta’ala tidak tertandingi dan tidak dapat disamakan dengan pengetahuan siapa pun. Karunia yang dilimpahkan kepada para pengikut Al-Qur’an serta berkat khusus yang mereka terima amat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ketika seseorang mematuhi sepenuhnya petunjuk Al-Qur’an, mengikat dirinya kepada perintah-perintahnya, mencamkan ajarannya dengan kecintaan yang tulus dan sempurna serta tidak mengurangi sedikit pun ketaatannya, maka pengamatan dan perenungan hatinya akan memperoleh Nur dari Al-Qur’an yang tidak mungkin dicapai hanya dengan logika manusia yang lemah.
Rasulullah saw bersabda: “Bacalah Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat bagi para pembacanya”[2]. Membaca Al-Qur’an di dunia mendatangkan pahala dan kebaikan, sementara pada hari kiamat Al-Qur’an akan menjadi pembela bagi pembacanya di hadapan Allah Ta’ala dengan memohonkan ampunan dan keringanan.
Karunia lain yang diberikan kepada para penganut sempurna Al-Qur’an adalah keadaan tanpa dosa yang merupakan bentuk penjagaan Ilahi. Karunia ini menjaga mereka dari kebiasaan, pemikiran, akhlak, dan perbuatan buruk dalam hubungan sehari-hari. Jika pun mereka terpeleset, rahmat Allah segera memperbaiki keadaan mereka. Dengan rahmat-Nya yang sempurna, Allah menjaga mereka dari keadaan yang merugikan karena mereka merupakan Nur dunia, dan dalam keselamatan mereka terletak keselamatan dunia. Jika mereka celaka, maka celaka pula dunia ini. Mereka selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Perkasa yang menutupi kekurangan mereka di segala bidang.
Hudhur aba. kembali mengutip sabda Hadhrat Masih Mau’ud as. bahwa Al-Qur’an memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memanifestasikan sifat-sifat Allah Ta’ala. Namun, hanya membaca atau mengikuti Al-Qur’an saja tidaklah cukup. Seorang mukmin harus mencapai standar kecintaan dan kesetiaan tertinggi, yakni mengabdikan diri sepenuhnya untuk melaksanakan ajaran-ajarannya. Dengan sungguh-sungguh mengikuti Al-Qur’an, seseorang akan dapat menjadi sahabat Allah. Inilah keutamaan yang tidak akan ditemukan dalam kitab suci lain mana pun. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mampu mengamalkan seluruh ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
Referensi:
[1] Al-Qur’an. Surah Al-Maidah, 5:3.
[2] Muslim, Imam. Sahih Muslim, Hadits No. 804. Beirut: Dar Ihya al-Turath al-Arabi.
Views: 56