Berkumpul dengan Orang Saleh: Mendekatkan Diri kepada Allah
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” HR. Bukhari dan Muslim (1)
Tentunya kita semua sudah lama mendengar hadits yang disampaikan oleh Bukhari dan Muslim tersebut. Tersirat makna yang sangat dalam bahwa kita harus pandai memilih teman. Teman dan lingkungan akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Teman juga merupakan cerminan diri kita.
Dalam Islam pun sangat ditekankan agar kita berkumpul dengan orang-orang saleh, karena orang-orang saleh akan mempengaruhi kita untuk lebih baik dalam perilaku, ibadah, dan cara berpikir. Orang-orang saleh selalu saling mendoakan dalam kebaikan, dan doa mereka yang saleh akan dikabulkan oleh Allah swt. Hindari berkumpul bersama orang-orang yang selalu bergunjing dan melakukan hal yang sia-sia.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 115:
“Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan permusyawaratan mereka, kecuali permusyawaratan orang yang menyuruh bersedekah atau menyuruh berbuat baik atau perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa berbuat demikian untuk mencari keridhaan Allah maka Kami segera akan memberikan ganjaran yang besar kepadanya.”
Bentuk permusyawaratan yang sesuai dengan isi ayat tersebut adalah seperti yang ditunjukkan oleh komunitas Jemaat Ahmadiyah. Setiap kegiatan para anggota Jemaat Ahmadiyah hanya ditujukan untuk kebaikan. Seluruh anggota jemaat ini menyebarkan ajaran Islam yang murni dan menyebarkan perdamaian.
Dewasa ini, hanya jemaat Ahmadiyah satu-satunya Jemaat Islam yang paling terorganisasi. Walaupun tampaknya kecil, namun ia merupakan suatu jemaat yang tekun dan gigih berjuang dengan mengenyampingkan urusan keduniaan untuk mendahulukan urusan agama dan untuk merintis kemajuan kerohanian daripada Islam, serta menegakkan “kerajaan” rohani dari Yang Mulia Nabi Muhammad, Rasulullah saw. (2)
Saat para anggota jemaat Ahmadiyah berkumpul, mereka menunjukkan tindakan nyata yakni melaksanakan ibadah bersama, menyebarkan ajaran Islam yang hakiki dan melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan. Permusyawaratan dalam jemaat Ahmadiyah adalah permusyawaratan yang hanya mengharapkan ridha Allah Ta’ala.
Sekarang, di seluruh dunia ini, Jemaat Ahmadiyah lah satu-satunya jemaat yang kendatipun telah tersebar di 213 negeri, mereka tetap merupakan satu jemaat yang terpusat. Kalbu para Ahmadi yang tersebar hingga pelosok dunia bertaut satu sama lain seolah merupakan satu tubuh yang memiliki bagian-bagian yang berbeda.
Di negara manapun di dunia ini, tatkala seorang Ahmadi tertimpa kezaliman dan kabar pilunya tersebar di seluruh dunia, maka segenap jemaat ikut dalam kepiluan itu; dan dibawah petunjuk imamnya, mereka pun bergerak demi mengatasinya. Kecintaan, belas kasih, dan persaudaraan yang semata demi Tuhan ini, telah Allah Ta’ala masukkan ke dalam kalbu mereka. Ini adalah khazanah yang tidak dapat diraih meski dengan segenap perbendaharaan langit dan bumi.
Hubungan cinta kasih ini pun merupakan satu modal yang dimiliki jemaat, dan satu kekuatan jemaat yang tidak sanggup diremehkan. Nizam Jemaat Ahmadiyah tidaklah dibatasi oleh wilayah, suku, atau bangsa. Jemaat ini bukanlah untuk timur maupun barat. Tetapi ini adalah satu jemaat sedunia yang telah berdiri atas keberkatan sosok Rahmatan lil ‘alamin (saw.) dan atas kabar suka-kabar suka yang telah beliau (saw.) berikan. Lingkup upaya dan lingkup keberkahannya adalah untuk semua negara, semua bangsa, dan semua zaman.
Nizam Jemaat Ahmadiyah berdiri pada asas persamaan hakiki di dalam Islam, yaitu bersih dari segala macam fanatisme kesukuan, keturunan, bahasa, dan status kaya atau miskin. Disini, tidak ada seorangpun yang dianggap lebih utama dalam hal kebangsaan, bahasa, warna kulit, atau keturunan; baik arab terhadap non-arab atau non-arab terhadap arab, baik kulit hitam terhadap kulit putih, atau kulit putih terhadap kulit hitam; karena di dalam nizam ini, yang melebihkan satu dengan yang lain hanyalah ketakwaan. (3)
Berkumpullah dengan orang-orang saleh, yang didalamnya kebaikan selalu diutamakan, yang pengaruhnya akan membawa kita pada jalan yang diridhai Allah Ta’ala.
Rasulullah saw bersabda:
“Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Referensi:
1.https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html
2. Buku: Apakah Ahmadiyah Itu?
3.https://ahmadiyah.id/keberkatan-keberkatan-nizam-jemaat-dan-kewajiban-kita.html?amp
Views: 190
