Kekuatan Iman yang Mengalahkan Segalanya

Kekuatan pemuda terletak pada iman, bukan semata pada tenaga [1]. Jihad yang paling besar juga adalah jihad melawan hawa nafsu diri sendiri untuk tetap berada di dalam keimanan.

Terlebih pada era digital, semua sangat mudah didapatkan dari genggaman tangan melalui gawai, dan sangat banyak informasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Inilah kekuatan sejati seorang pemuda, bagaimana bisa menangkis semua godaan yang dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran akhlak. Sebagai seorang yang beriman harus berusaha agar berjalan dalam keridaan Allah Ta’ala.

Demi memperkuat iman, kita harus memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala, sebab tanpa karunia-Nya kita tidak dapat melakukan apa pun. Untuk memperkuat iman dan menyelamatkan diri dari kebengkokan pikiran, Allah Ta’ala telah mengajarkan doa berikut:

“Rabbana laa tuzigh quluubana ba’da idh hadaitana wa hab lana min ladunka rahmah, innaka antal wahhab” [2].

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”

Jadi, keselamatan iman juga dapat diperoleh melalui rahmat Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hamba yang lemah hendaknya senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala [3].

Iman tidak hanya menambah kekuatan kepada seseorang, tetapi juga mendatangkan kesuksesan. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna” (QS Al-Mu’minun: 2–3) [4].

Penting bagi setiap mukmin sejati bahwa kondisi hati sebelum salat dan setelah salat haruslah berbeda. Jika ada tanda kesombongan atau keangkuhan sebelum salat, maka ketika salat selesai hendaknya hati telah bersih dari hal-hal negatif tersebut. Pada setiap akhir ibadah, seorang hamba hendaklah menghilangkan kesombongan dari dirinya lalu menyatakan kerendahan hati di hadapan Allah Ta’ala [5].

Dalam urusan sehari-hari, seorang mukmin sejati hendaknya bersikap sopan kepada siapa pun, menerapkan kerendahan hati demi keridaan Allah Ta’ala, dan menjadikan ibadah sebagai jalan yang terus memalingkan dirinya kepada Allah. Dengan demikian, ia dapat menjadi penerima berkat-berkat rahmat-Nya. Hendaklah kita senantiasa melihat kelemahan diri serta berupaya agar Allah Ta’ala menurunkan karunia-Nya. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang senantiasa beristighfar. Semoga setiap kebaikan yang kita lakukan – jika itu pun dianggap kebaikan dalam pandangan-Nya – menjadi jalan untuk memperoleh keridaan Allah Ta’ala. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang meraih kesuksesan dalam pandangan Allah Ta’ala. Āmīn [6][7].

Teruslah berupaya, wahai pemuda dan pemudi, untuk meningkatkan standar keimanan sejati selama hayat masih dikandung badan.

 

Referensi

[1] Hasan al-Banna. Mawa’iz wa Rasail. Kairo: Dar al-Tiba’ah, tanpa tahun.

[2] Al-Qur’an. Surah Ali ‘Imran, 3:8.

[3] Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V atba, 4 Maret 2011, Masjid Baitul Futuh, London.

[4] Al-Qur’an. Surah Al-Mu’minun, 23:2–3.

[5] Muslim, Imam. Sahih Muslim, Hadits No. 1156. Beirut: Dar Ihya al-Turath al-Arabi.

[6] Khutbah Jumat Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ABA, 10 April 2015, Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.

[7] Ringkasan Khotbah Jumat oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Masjid Nusrat Jahan, Copenhagen, Denmark, 6 Mei 2016.

Views: 27

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *