SEORANG MANUSIA HARUS BISA MENJAGA KEHIDUPAN MANUSIA LAINNYA
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya [1]. Manusia terlahir dengan fitrat bersih nan suci sehingga manusia memiliki kecenderungan alami untuk berbuat baik. Allah SWT telah menganugerahkan kemampuan-kemampuan yang luar biasa kepada manusia agar mereka mampu mencapai akhlak terpuji hingga mereka berhasil menjadi cerminan dari sifat-sifat Allah SWT.
Namun manusia juga bisa menjadi makhluk yang paling rendah [2] apabila mereka menyalahgunakan kemampuan-kemampuan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT itu dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan buruk hingga mereka menjadi cerminan dari sifat-sifat setan. Beberapa waktu terakhir ini, kita semua pasti telah melihat jika ada sebagian manusia di antara kita yang telah menyalahgunakan anugerah dari Allah SWT.
Misalnya perbuatan buruk dan amat jahat yang terus-menerus dilakukan oleh kaum Zionis Israel terhadap orang-orang di Palestina. Mereka yang telah dianugerahi kekuatan, kekuasaan, dan kecerdasan itu lebih memilih untuk menyakiti, menindas, hingga membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Padahal dengan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki, sebagai seorang manusia mereka tidak hanya mampu menjaga dirinya sendiri namun mereka juga sangat mampu untuk menjaga kehidupan manusia lainnya.
Mirisnya, membunuh seseorang seakan-akan menjadi hal yang sangat lumrah bagi mereka (nauzubillah) agar tujuan-tujuan duniawi mereka dapat tercapai. Menyakiti hingga membunuh sesama manusia adalah perbuatan buruk dan merupakan sebuah dosa besar sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Bukhari bahwasanya ada empat dosa yang paling besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh orang, dan bersumpah palsu. [3]
Selain itu, Allah SWT pun berfirman “Oleh sebab itu Kami tetapkan bagi Bani Israil bahwa siapa pun yang membunuh seseorang, padahal orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah melakukan kerusuhan di bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh kehidupan manusia seluruhnya.” [4]
Ayat tersebut bahkan secara khusus ditujukan kepada kaum Bani Israil yang sejak dahulu sampai dengan saat ini belum berhenti berbuat kerusakan dan melampaui batas. Meski begitu jauh lebih luas lagi, ayat tersebut secara umum juga ditujukan untuk seluruh umat manusia bahwa membunuh adalah perbuatan keji yang dapat merusak tatanan kehidupan manusia di dunia ini.
Sehingga, mengapa seorang manusia harus bisa saling menjaga kehidupan manusia lainnya? Karena menjaga kehidupan seorang manusia adalah salah satu akhlak terpuji yang nilainya setara dengan menjaga seluruh kehidupan umat manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman “Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” [5]
Lantas, bagaimanakah caranya agar kita sebagai manusia dapat menjaga diri sendiri juga dapat menjaga kehidupan manusia lainnya? Yakni, tinggalkanlah dan jauhkanlah diri kita dari perbuatan-perbuatan buruk yang mengarah kepada kejahatan seperti zina, tidak amanah, jahil, tidak dapat dipercaya, berkata buruk dan tidak sopan [6] karena perbuatan-perbuatan buruk seperti itu seringkali menjadi pemicu terjadinya pertengkaran, permusuhan hingga terenggutnya nyawa seseorang.
Kemudian agar kita bisa saling menjaga kehidupan manusia lainnya maka kita harus memiliki sikap memaafkan, sikap adil, sikap suka berbuat kebaikan juga suka memberi karena sikap-sikap seperti itu akan membawa kita pada kebaikan.
Sehingga seorang manusia yang mampu menjaga kehidupan manusia lainnya akan membawa umat manusia itu sendiri pada keselamatan dan terhindar dari kekerasan serta kejahatan. Untuk itu, sebagai manusia kita harus mempergunakan kemampuan-kemampuan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya agar kita tidak menjadi makhluk yang paling rendah dihadapan Allah SWT.
Referensi :
[1] Qs. At-Tin, 95:4.
[2] Qs. At-Tin, 95:5
[3] Nibrasul Mukminin, Pelita Untuk Para Mukmin, 100 Sabda Nabi Muhammad Saw, Lajnah Ilmaillah Indonesia, 2000.
[4] Qs. Al-Maidah, 5:32.
[5] Qs. Al-Maidah, 5:32.
[6] Filsafat Ajaran Islam, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, 2016, hal 45.
Views: 22
