KISAH BETIS PENGHUNI SURGA
Tahukah kamu bahwa Allah SWT menciptakan iris mata manusia berbeda satu sama lain? Bahkan pada anak kembar sekalipun, tekstur iris matanya tidak pernah sama. Seperti halnya sidik jari, iris merupakan bagian tubuh manusia yang dapat digunakan sebagai pengenal seseorang dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi. Iris bersifat unik, bahkan pada satu individu sekalipun terdapat perbedaan antara iris mata sebelah kanan dan kiri. Itulah kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya. Semua ini menjadi pengingat bahwa manusia tidak memiliki apa-apa di hadapan Tuhan. Karena itu, kita harus senantiasa merendahkan diri kepada-Nya sebagai makhluk yang selalu bergantung kepada-Nya dalam setiap hal.
Namun, adakalanya seseorang merasa lebih dibanding orang lain sehingga berani merendahkan orang lain ketika melihat perbedaan. Pada zaman Hadhrat Rasulullah saw, terdapat seorang sahabat mulia bernama Abdullah bin Mas‘ud ra. Beliau dikisahkan kerap mendapatkan ejekan karena kondisi fisiknya. Suatu hari, angin menerpa celana beliau sehingga tampak betisnya yang kecil. Beberapa sahabat lain pun tertawa melihatnya.
Hadhrat Rasulullah saw. kemudian bertanya alasan mereka tertawa. Setelah mendengar jawaban mereka, beliau bersabda, “Apa yang membuat kalian tertawa? Betisnya itu adalah penghuni surga.” [1]
Dengan sabda itu, Hadhrat Rasulullah saw. mengingatkan para sahabat untuk tidak merendahkan siapa pun, sebab setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karena kita semua adalah makhluk ciptaan Allah, maka pada hakikatnya kita sama di hadapan Sang Pencipta.
Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada.” [2]
Ayat ini menghancurkan rasa lebih unggul yang semu dan bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial maupun kesombongan duniawi. Karena umat manusia sama-sama berasal dari laki-laki dan perempuan, maka semua manusia telah dinyatakan setara di hadapan Allah SWT. (Tafsir Qs. Al-Hujurat, 49:13). Dengan demikian, kita harus memegang prinsip bahwa yang membedakan manusia hanyalah ketakwaan, bukan fisik atau status duniawi.
Hadhrat Rasulullah saw. pun bersabda: “Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa di antaramu.” [3] Bahkan seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. berkata: “Jangan memandang rendah setiap Muslim, karena bahkan orang yang paling lemah imannya sekalipun tetap besar di mata Allah SWT.” [4]
Sering kali kita tidak menyadari bahwa ucapan kita menyakiti perasaan orang lain, terutama ketika bercanda tentang fisik. Karena itu, mari mencintai sesama dengan kasih yang layak, tanpa perbedaan dan tanpa merendahkan siapa pun. Love for all, hatred for none.
Referensi:
[1] Sunan Tirmidzi, No. 2311
[2] Qs. Al-Hujurat, 49:13
[3] Syu‘abul Iman, Al-Baihaqi, No. 476
[4] Mawa‘izh Abu Bakar As-Shiddiq, (Ensiklopedia Nasihat Ulama), 2014, Hal. 52
Views: 20
