AJARAN RASULULLAH TENTANG MENIMBUN HARTA KEKAYAAN

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, banyak orang yang mengalami kesusahan ekonomi. Dan bila kita ingat kembali di awal masa pendemi covid 19 ini, banyak masyarakat, penjual dan lainnya, yang melakukan penimbunan atau penyembunyian harta atau barang.  Contoh nya masker dan barang-barang pangan lainnya, yang nantinya akan dijual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga semula. 

Padahal sebenarnya dalam Islam, yang namanya menimbun atau menyembunyikan hartanya yang dikumpulkan adalah perbuatan yang tidak baik dan termasuk dalam dosa. Dari Ma ‘ mar ia berkata, Rasul SAw bersabda, “Barang siapa yang menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa).” (HR Muslim)

Menyimpan atau menimbun harta  yang tidak ingin dijual atau diberikan kepada orang lain merupakan bentuk keserakahan atau ketamakan dalam diri. Hal seperti inilah yang dapat membuat kita selalu merasa kekurangan. Orang yang menimbun barang ini hanya ingin menuruti hawa nafsu mereka yang hanya ingin untung dan untung. 

Dalam Islam, Nabi Muhammad S.A.W. memberikan tuntunan dan panutan kepada seluruh umatnya, terutama berkaitan dengan masalah harta. Rasulullah S.A.W. sama sekali tidak pernah memikirkan harta-harta yang ia miliki. Bahkan beliau selalu berusaha untuk membagi-bagikan harta yang ia miliki kepada orang lain. 

Sebagaimana telah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Jangan membuat tempat timbunan kekayaan yang akan menyebabkan kamu cinta dunia.” (HR. Muslim)

Ada sebuah kisah yang patut kita teladani. Pernah suatu hari Rasulullah S.A.W. memiliki sepotong emas yang disimpan di rumahnya. Emas tersebut selalu teringat di kepala saat Nabi S.A.W. sedang menunaikan shalat. Akhirnya, setelah shalat, Rasulullah S.A.W. pulang ke rumah dan membagi-bagikan emas itu kepada orang lain. 

Ibnu Masud meriwayatkan, bahwa suatu hari tiba-tiba datang seorang anak laki-laki kepada Nabi S.A.W. Saat itu anak tersebut diminta oleh ibunya untuk menghadap Nabi S.A.W dan meminta sesuatu kepadanya. 

“Wahai Nabi, aku datang kemari membawa pesan dari ibuku. Ibuku meminta ini dan itu. “

“Maaf, hari ini aku tidak memiliki apa-apa,” jawab Rasulullah S.A.W.

Hal seperti ini sudah sering diketahui, karena Nabi S.A.W. tidak pernah menimbun atau menyimpan sesuatu untuk hari esok.

“Kata ibuku, baju yang sedang Engkau pakai juga boleh,”  pinta anak laki-laki itu kembali.

Rasulullah S.A.W. selalu memberikan apa yang diminta oleh para sahabatnya, walaupun itu baju yang dipakai. Tanpa berpikir panjang, Nabi S.A.W. melepas baju yang ia kenakan. Baju itu lalu diberikan kepada anak laki-laki yang memintanya. 

Anak itu akhirnya kembali tanpa tangan kosong. Wajahnya tergores senyum setelah permintaannya dikabulkan oleh Nabi S.A.W. Nabi S.A.W. kemudian masuk ke rumah dan tak keluar lagi, karena saat itu baju itulah satu-satunya baju yang dimiliki beliau. 

Ketika waktu shalat tiba, para sahabat mencari beliau S.A.W. Hz. Umar r.a. terheran-heran ketika melihat kondisi Nabi S.A.W. yang seperti itu. Hz. Umar r.a. kemudian menyempatkan bertanya, “Apakah ini perintah Allah?” 

Lalu turunlah firman Allah, ” Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena dengan begitu kamu jadi tercela dan menyesal.” (Q.S. Al-Isra: 29).

Dari Rasulullah S.A.W. kita dapat belajar bahwa tidak ada gunanya bagi kita untuk menyimpan atau menimbun kekayaan yang pada akhirnya akan menyebabkan kita lebih mencintai dunia. Mari kita mulai dari sekarang, dahulukanlah untuk memberi apa yang kita punya kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Karena itu jauh lebih bermanfaat daripada kita menumpuk dan menimbunnya untuk kepuasan diri kita sendiri.

 

Views: 942

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *