AL-QUR’AN: PENAWAR UNTUK PENYAKIT RUHANI

Dalam ajaran Islam, hati memegang peranan yang sangat penting sebagai pusat kebaikan maupun keburukan dalam diri manusia. Oleh sebab itu, menjaga kebersihan hati menjadi hal yang sangat krusial untuk dilakukan. 

Penyakit hati dalam perspektif Islam merujuk pada gangguan yang mempengaruhi nurani manusia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang tidak terasa namun nyata adanya dan lebih berbahaya daripada penyakit jasmani. Mengapa demikian? 

Penyakit yang menyerang jasmani akan berakibat baik pada jiwa atau ruhani seseorang apabila ia mampu mengambil hikmah atau pelajaran darinya. Bahkan dengan adanya penyakit ini, rasa sakit akan menggerogoti dosa kita. Berbeda halnya dengan penyakit hati. Penyakit hati justru akan menyebabkan dosa yang mengakibatkan kemudharatan yang besar. Tidak hanya pada diri sendiri namun juga pada orang lain. 

Contoh dari penyakit hati adalah 𝘶𝘫𝘶𝘣, yaitu rasa bangga berlebihan terhadap ibadah sendiri hingga meremehkan amal orang lain. Selain itu, 𝘩𝘢𝘴𝘢𝘥 atau rasa iri terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Kemudian 𝘳𝘪’𝘺𝘢 (pamer) , yakni beribadah semata-mata untuk mendapat pujian dari orang lain, dan masih banyak lagi penyakit hati lainnya. 

Penyakit hati tentu saja membawa dampak negatif yang signifikan terhadap kehidupan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Beberapa dampak diantaranya yaitu dapat merusak ibadah, menghancurkan hubungan sosial, serta menjauhkan diri dari Allah Ta’ala. 

Sebagaimana sabda Hadhrat Rasulullah saw. kondisi hati menentukan baik atau buruknya anggota tubuh lainnya. Jika hati dalam keadaan baik, maka anggota tubuh akan berbuat kebaikan. Namun, jika hati rusak maka kerusakan akan merambat ke seluruh aspek kehidupan. 

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda,

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” [1]

Satu hal yang harus kita yakini bahwa setiap penyakit tentu ada obatnya dan untuk mengobati penyakit hati, Al-Qur’an hadir sebagai penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; tetapi tidaklah itu menambah kepada orang-orang yang aniaya melainkan kerugian.” [2]

Selaras dengan ayat di atas, Hadhrat Khalifatul Masih I ra. bersabda,

“Hanya ada satu penawar untuk penyakit ruhani dan itu adalah Al-Qur’an.” [3]

Ibnu Katsir menjelaskan ayat di atas bahwa Al-Qur’an dapat menghilangkan segala penyakit yang ada di dalam hati, seperti keragu-raguan, kemunafikan, penyekutuan terhadap Allah, penyimpangan dari kebenaran, dan kecenderungan pada keburukan. Al-Qur’an dapat menyembuhkan segala penyakit tersebut. 

Al-Qur’an juga menjadi rahmat, karena dapat menghasilkan atau mendatangkan keimanan, hikmah, dorongan pada kebaikan, dan kegemaran untuk berbuat baik. Semua hal tersebut hanya dapat diraih oleh orang-orang yang beriman pada Al-Qur’an, membenarkannya, serta mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya. Demikianlah Al-Qur’an menjadi 𝘴𝘺𝘪𝘧𝘢’ dan rahmat yang sebenar-benarnya.

Lantas seperti apa kita menjadikan Al-Qur’an sehingga menjadi obat bagi kehidupan kita terutama penyakit hati? 

Ada 4 interaksi dengan Al-Qur’an yang harus kita hadirkan:

  • 𝗦𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗻𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻

Al-Qur’an yang dibaca menjadi rahmat dan penenang bagi hati kita. Bahkan Nabi saw. punya kebiasaan yaitu mengistirahatkan hatinya dengan mendengarkan lantunan suci Al-Qur’an. Beliau sering kali meminta para sahabat untuk membacakan Al-Qur’an dan beliau menyimaknya. Ketika mendengarkan lantunan suci Al-Qur’an, hati beliau menjadi tenang dan damai.

  • 𝗠𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻

Setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca akan mendapatkan pahala, dan pahala tersebut akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan.” [4]

  • 𝗠𝗲𝗻𝘁𝗮𝗱𝗮𝗯𝗯𝘂𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻

Yakni merenungkan dan memahami isi kandungan Al-Qur’an, sehingga kita dapat merasakan kelezatan Al-Qur’an dan dapat mengamalkan isi kandungannya. 

  • 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻

Apa yang diperintahkan di dalam Al-Qur’an harus kita amalkan. Jika Al-Qur’an perintahkan kita untuk bersyukur, maka kita bersyukur kerana bersyukur adalah obat. Jika Al-Qur’an perintahkan kita untuk bersabar, maka kita bersabar karena sabar akan menjadi obat. Jika Al-Qur’an perintahkan kita untuk menahan marah, memaafkan orang lain, maka kita harus melakukannya karena akan menjadi obat bagi hati kita. 

Yuk, perbanyak interaksi kita dengan Al-Qur’an. Semoga setiap penyakit yang kita alami baik jasmani maupun rohani, dan apapun yang terjadi pada hidup kita bisa kita obati dengan Al-Qur’an. Aamiin

 

Referensi:

[1] HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599

[2] QS. Al-Isra’ 17: 83

[3] Haqiqatul Furqan, Vol. 4, Hal. 169

[4] HR. At-Tirmidzi

Visits: 50

Halima Ahmad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *