BAHAYA MEDIA SOSIAL : MARI BERHENTI BERGHIBAH

Media sosial memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari, bagaikan 2 sisi mata uang. Media sosial memiliki sisi positif dan negatif, adapun dampak negatifnya adalah memfasilitasi gibah atau menggunjing. Dengan adanya media sosial, kita dapat dengan mudah membicarakan keburukan atau kejelekan orang lain tanpa harus bertemu langsung, baik dengan cara chat jalur pribadi maupun lewat grup media sosial/akun gosip.

Mudahnya terjerumus dan terjebak dalam bahaya gibah merupakan keburukan yang halus. Kecepatan dan keluasan audiens penerima pesan memudahkan konten bergulir sangat cepat.

Kata-kata “Eh, tau ga?” atau “Kamu, tau ga?” sering kali menjadi awal dari suatu percakapan yang mengarah pada gibah. Kata-kata ini dapat membuat orang lain penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang sedang dibicarakan. Sering kali tidak disadari bahwa kita sedang memulai percakapan yang dapat merusak hubungan dengan orang lain atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya.

Hadhrat Masih Mau’ud as. mengingatkan dalam sabdanya, “Nama Allah Ta’ala adalah Sattaar (Maha Menutupi/Menyelubungi). Kalian hendaknya ‘Takhallaquu biakhlaaqillaah — terapkanlah akhlak-akhlak Allah.’ Bukanlah maksud saya supaya kalian menjadi pendukung aib, melainkan jangan kalian sebar-luaskan dan jangan lakukan ghibat, sebab sebagaimana tertera dalam Kitabullaah, menyebarkannya dan menggunjingkannya merupakan dosa. Jemaat ini tidak akan dapat berjalan selama di antara sesama belum ada rasa kasih, doa, sikap sattaar, menutup-nutupi, dan sikap marhamah (kasih-sayang).” [1]

Allah SWT. dalam firman-Nya mengingatkan, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” [2]

Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. pun menasehati, “Untuk mempertahankan limpahan keberkatan Ramadan, metode yang diajarkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. adalah dengan tetap mempertahankan akhlak mulia pada sesama yang telah ditegakkan selama Ramadan, meningkatkan rasa cinta dan persaudaraan antar sesama dan memenuhi hak dan kewajiban satu sama lain.” 

Ketika mendapati keburukan pada seseorang hendaknya didoakan, dicintai serta dinasehati dengan kelembutan bukannya dipandang dengan penuh kebencian dan rasa jijik. Jangan sampai mereka bertambah dalam keburukan. Kembangkanlah rasa simpati dan menutupi kelemahan sehingga tercipta satu wujud yang menopang satu sama lain, bahkan menganggap utama sehingga kecintaannya lebih dari saudara kandung. [3]

Salah satu hadits yang mengingatkan bahaya ghibah yaitu, Dari Abu Hurairah ra. Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi saw., “Jika sesuai kenyataan, berarti engkau telah meng-ghibah-nya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” [4]

Paparan di atas memberikan penekanan pada kita bahwa ghibah adalah perbuatan yang sangat tercela dan harus dihindari. Yuk! Berhenti ghibah.

Referensi:

[1] Malfuzat, jld VII, hlm. 78-79

[2] QS. Al-Hujurat 49: 12

[3] Khutbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih V aba., tanggal 29 April 2022

[4] HR. Muslim, no. 2589

Visits: 67

Marfuatunnisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *