BAHAYANYA MENCARI-CARI KEBURUKAN ORANG LAIN

Manusia tidak ada yang sempurna, tidak selamanya benar dan tidak juga  selamanya salah. Namun sering kali di antara sesama, kita mencari-cari kesalahan orang lain, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Dalam Al-Qur’an, mencari-cari kesalahan orang lain disebut dengan istilah “tajassasu” (tajassus). Perbuatan ini hampir sama dengan berburuk sangka. Keduanya tergolong sifat tercela yang sangat  dibenci Allah dan Rasul-Nya. Karena hal itu merupakan keburukan sosial yang dapat menyebabkan ketidak-serasian, pertentangan dan perselisihan yang akan membuat suatu masyarakat menjadi berkarat, rusak dan kotor. Hal itu juga bisa menggerogoti unsur pokok bagi terciptanya keserasian, keakraban, dan kerjasama yang baik diantara orang-orang Muslim baik secara perorangan atau golongan.

Orang-orang Muslim diharapkan supaya berjaga-jaga terhadap hal itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. ” (QS. Al-Hujurat: 12)

“Islam memberikan nasihat kepada umat manusia supaya membuang semua kebencian, permusuhan, dan dendam, sebaliknya Islam mengajarkan supaya bersatu di bawah panji cinta dan saling menghormati. Islam menganjurkan agar terciptanya perdamaian dan keadilan di semua tingkatan masyarakat dan diantara semua orang.” (Hazrat Mirza Masroor Ahmad aba.) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563)

Senada dengan itu, salah seorang Khalifah Rasyidah bersabda, “Di antara pendosa, yang paling buruk adalah dia yang meluangkan waktunya untuk membahas kesalahan orang lain.” (Hadrat Utsman bin Affan ra.) Dan bahkan Allah Ta‘ala memisalkan, orang yang  selalu mencari-cari kesalahan orang lain itu laksana manusia yang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu, jangankan memakan, membayangkannya saja sudah menjijikan. Dengan demikian, masih sudikah kita mencari-cari kesalahan orang lain?

Bagi seseorang yang sudah terbiasa dengan kejelekan tersebut, Rasulullah SAW. memberikan tips jitu agar keluar dari kebiasaannya. Asalkan disertai kemauan yang kuat, insya Allah kebiasaan buruk tersebut bisa diganti dengan amal shaleh yang menguntungkan. Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang melihat aib sendiri maka ia akan terpalingkan dari aib orang lain.” Hadis tersebut mengajarkan kita salah satu jurus jitu untuk tidak senang mencari kesalahan orang lain adalah dengan sibuk mengevaluasi diri sendiri. 

Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi rasa perdamaian. Bahkan bisa dikatakan bahwa Islam adalah agama damai. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam yang bertakwa sudah seharusnya hidup dalam kedamaian dengan tidak berusaha mencetus konflik dan memecah belah hubungan antar saudara-saudari kita yang ada di muka bumi ini. Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah dalam berakhlak karimah dan menjauhi sifat-sifat buruk dan sikap  yang merugikan diri sendiri. Aamiin

 

Views: 366

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *