BERKAT PENGKHIDMATAN ORANG TUA KEPADA BAPAK MUBALIGH
(Ini adalah kisah dari salah satu sahabat saya yang merupakan istri dari seorang Wakaf Zindagi)
Maka, berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan, karena walau hanya sebesar biji zarrah sekalipun, namun semua itu tetap akan diperhitungkan. Janganlah khawatir akan rezeki masa depan, karena semua itu telah tertakar dan tidak akan pernah tertukar.
Masih teringat dalam pikiran Rembulan, dimana peristiwa-peristiwa di masa kecil dahulu, jika memanggil bapak Mubaligh itu dengan sebutan “Bapak Utusan.”
Dan setiap Bapak Utusan datang ke cabang dimana Rembulan berdomisili, selalu menginap di rumah neneknya, dan yang mengkhidmati Bapak Utusan adalah nenek dan ibunya Rembulan.
Mereka berdua begitu ikhlas mengkhidmati Bapak Utusan yang datang, tidak peduli rasa lelah ketika pulang dari kebun ataupun dari sawah. Bagi ibunda Rembulan, mungkin ini hal yang biasa, menyambut Bapak Utusan dengan penuh keikhlasan. Tapi ternyata hal yang biasa ini bisa menjadi luar biasa dampaknya bagi masa depan putra-putrinya. Masya Allah.
Ibu Rembulan pernah bercerita, dulu sewaktu sang ibu akan melahirkan anak pertamanya, ibunya meminta nama untuk putra pertamanya kepada sang Bapak Utusan, dan beliau menyarankan kalau anak yang akan dilahirkannya bertubuh besar, maka diberi nama “Basir Ahmad”. Tetapi jika tubuhnya kecil maka beri nama “Nasir Ahmad.”
Namun karena kakak Rembulan bertubuh kecil, maka orang tuanya memberikan nama; “Nasir Ahmad”. Dan beliau menyampaikan agar kelak anak ini menjadi seorang pengkhidmat, yakni seorang Mubaligh.
Rembulan mengenal beberapa Bapak Utusan yang bertugas ke cabangnya, dan beliau pun sering bercengkrama dengan Bapak Utusan seraya menghangatkan diri di tungku kayu bakar, karena cuaca yang sangat dingin di daerah Cianjur.
Rembulan masih mengingat, ketika itu ada salah seorang Bapak Utusan yang bertanya kepada beliau,
“Apa cita-citamu setelah dewasa?”
Akan tetapi waktu itu Rembulan bingung untuk menjawabnya, namun Bapak Utusan tersebut sambil mengelus kepala Rembulan dan mengatakan seperti ini,
“Semoga kelak, kamu menjadi istri dari seorang Mubaligh.” Masya Allah.
Setelah besar, Rembulan pun masih mengingat pesan itu, namun tidak sedikitpun terlintas dalam pikiran nya, dan tidak ada sedikitpun keberanian dalam diri Rembulan untuk menjadi istri dari seorang Mubaligh, karena Rembulan merasa dan menyadari, bahwa keadaannya, kemampuan serta ilmu yang dimilikinya, tak sepantasnya lah beliau menjadi seorang istri Mubaligh.
Pesimis, itulah istilah singkatnya dalam benak sang Rembulan.
Namun takdir berkata lain, Rembulan dipertemukan dengan jodohnya, yang Alhamdulillah, doa Bapak Utusan tersebut terkabulkan. Rembulan pun akhirnya menikah dengan seorang Mubaligh. Otomatis, Rembulan pun kini menjadi seorang istri Waqafin Zindagi. Masya Allah.
Namun lagi-lagi, Rembulan selalu saja memiliki sifat yang kurang percaya diri akan kemampuannya. Padahal, Rembulan memiliki kerendahan hati yang luar biasa serta mengkhidmati suami dan keempat putra-putrinya, juga mengkhidmati jemaat dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
Takdir yang saat ini dijalaninya, tak lepas dari doa dan peran serta dari kedua orang tuanya, dan juga peran doa dari para Bapak Utusan serta ketulusan ibundanya dalam mengkhidmati tamu-tamu Imam Mahdi. Masya Allah, Alhamdulillah.
Alhamdulillah kakak Rembulan pun menjadi seorang Mubaligh. Awalnya adik perempuan Rembulan pun akan menjadi seorang istri mubaligh, namun karena bukan jodohnya, tetapi Alhamdulillah mendapatkan pemuda yang mukhlis, Masya Allah.
Masya Allah, luar biasa berkat-berkat yang didapatkan oleh Rembulan dan keluarganya, ketika mengkhidmati Bapak Utusan (mubaligh). Dimana berkatnya tidak hanya dirasakan oleh para pengkhidmat itu sendiri, namun juga banyak berdampak bagi anak keturunannya.
Janganlah khawatir akan kehidupan, karena Allah Ta’ala telah menjaminnya. Tentunya dengan segala usaha dan doa kita. Tuhan pun tidak akan menurunkan Rahmat dan Karunia-Nya, jika kita hanya berpangku tangan (berdiam diri) tanpa berusaha menuju jalan yang akan diusahakan itu.
Dalam mengarungi sebuah perjalanan menaiki suatu jenis kendaraan, kita senantiasa tenang duduk manis, bahkan tidur dengan nyenyak, padahal kita tidak tahu siapa yang mengemudikan kendaraan tersebut. Apakah kita kenal dengan sang sopir, masinis, nahkoda atau bahkan sang pilotnya? Tidak bukan? Kita tidak mengenalnya.
Lalu, mengapakah kita selalu khawatir menjalani kehidupan di dunia ini, jika kita sudah sangat mengetahui bahwa ada Allah Ta’ala yang mengatur segalanya? Tentunya ada yang namanya takdir mubram dan takdir mu’allaq.
Kekhawatiran akan sebuah perjalanan dalam hidup dapat diredakan dengan selalu mengingat bahwa Allah Ta’ala adalah pengatur kehidupan dunia menuju akhirat.
Pun sama halnya seperti; jika kita percaya kepada pilot dan nakhoda yang tidak kita kenal saat naik pesawat atau kapal. Meskipun para penumpang tidak mengenal pilot pesawat atau nakhoda kapal, mereka merasa tenang karena percaya pada kemampuan profesional pengemudi yang berlisensi untuk mengantar para penumpangnya selamat sampai tujuan.
Begitu juga halnya dengan kita, yang seharusnya pun lebih tenang menjalani kehidupan, walaupun mengalami sebuah kegagalan. Katakanlah jika kegagalan adalah ujian dan cobaan bagi makhluk Allah Ta’ala. Karena kita mengenal dan percaya kepada Allah Ta’ala yang mengatur segalanya.
Manusia senantiasa membuat drama-drama melankolisnya. Namun ketahuilah bahwa ada Allah Ta’ala yang menjadi sutradara atau pembuat skenario terbaik atas semua perjalanan hidup makhluknya.
Satu hal penting lainnya adalah bahwa; mengkhidmati tamu merupakan tabligh secara diam-diam, dan juga merupakan tarbiyat yang sangat penting bagi keluarga di rumah.
Views: 10
