Berpijak pada Kebenaran dan Keadilan, Bersikap Penuh Kebajikan

Sebuah tragedi ngeri, ulah segelintir ponggawa negeri, saat ini beritanya begitu liar beredar di hampir semua layar. Belum bisa disimpulkan dengan pasti apa yang menjadi motifnya. Sejumlah pemberitaan menyebut beragam motif dari berbagai sumber. Tentu saja hal ini barulah sebuah praduga yang masih perlu pembuktian.

Semua yang terjerat dalam kasus ini tiba-tiba saling tuding, saling bongkar atau bahkan  berupaya semakin rapat  menutupi kejadian sebenarnya. Manusiawi sebenarnya, karena siapapun pasti tidak ada yang ingin terjebak dalam masalah pelik ini. Namun, hal ini tentu menjadi tontonan yang tidak bijak bagi masyarakat awam yang hanya mengharapkan hadirnya kejujuran.

Santer tersiar kabar, tragedi ini dipicu oleh amarah tak terkendali karena terhinanya harga diri. Seorang berpangkat tinggi dalam institusinya konon tidak dapat menerima kejadian yang merusak harkat dan martabat keluarganya. Saking terhinanya, pembunuhan pun menjadi opsi untuk membayar harga diri.

Terlepas dari fakta ataukah rekayasa hal tersebut, kita bisa ambil satu kata kunci bahwa bagi seseorang ada hal-hal yang dianggap begitu berharga dalam hidupnya. Hingga orang tersebut akan berjuang untuk meraih dan menjaganya dengan segala cara.

Lantas, benarkah harga diri, harkat dan martabat keluarga menjadi satu-satunya hal paling berharga dalam hidup manusia? Jawabannya tentu akan beragam. Setiap individu akan memiliki aneka sudut pandang. 

Bisa saja, bagi individu tertentu, harta menjadi hal yang dianggap paling berharga, sementara bagi yang lainnya mungkin saja pangkat dan kedudukan menjadi pilihan, atau ada sekumpulan bijak cendekia yang menganggap cinta, kasih sayang dan keluarga sebagai hal paling berharga. 

Mari sejenak bergeser sangat jauh ke masa silam. Masa yang hanya bisa kita cermati dari rekam sejarah. Seorang Kaisar dari Bangsa Romawi yang juga seorang Filsuf bernama lengkap Marcus Aurelius Antoninus Augustus, yang terkenal juga sebagai 1 dari “Lima Kaisar Baik” Romawi menyampaikan satu prinsip hidupnya. 

Marcus Aurelius mengatakan, “Ada satu hal di dunia ini yang sangat berharga, yaitu, menjalani hidupmu dalam kebenaran dan keadilan, dengan sikap yang penuh kebajikan, bahkan kepada mereka yang berkata bohong atau bersikap tidak adil.”

Nah, ternyata bagi seorang Marcus Aurelius, seseorang yang sudah menempati tahta tertinggi dalam kekuasaan bangsa semasyhur Romawi, bukanlah harta, kedudukan atau martabat keluarga yang menjadi hal paling berharga dalam hidupnya. Melainkan kebenaran dan keadilan serta sikap penuh kebajikan kepada siapapun bahkan kepada mereka yang berkata bohong atau bersikap tidak adil.

Lihatlah, pemimpin tertinggi dari bangsa yang sangat banyak membentuk dan mempengaruhi peradaban dunia selama berabad lamanya telah mengajarkan satu prinsip hidup yang sangat berharga, yang jika saja boleh berandai-andai, peristiwa tragis itu tidak akan terjadi bila para eksekutor mengetahui prinsip hidup ini. 

Seandainya, sang Jenderal tetap berbuat bijak, meski walaupun benar harga dirinya terhinakan, mungkin satu nyawa akan selamat, mungkin karirnya akan semakin cemerlang, mungkin keluarganya dan banyak keluarga lain yang turut terseret dalam pusaran kasus tidak perlu mengalami kondisi penuh tekanan. 

Jika saja, sang Jenderal bersikap adil dalam menimbang informasi dari Istri tercinta, tentu emosi bisa reda. Dan andai dia pun bersikap adil pada bawahannya, maka cemburu dan antipati tidak akan terjadi.

Andai saja sang eksekutor, memegang teguh kebenaran, dia akan segera mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi, hingga publik dan keluarga korban tak terus-menerus melontarkan tanya penuh ketidakpercayaan. 

Namun, semua sudah terjadi. Para pelaku tentu menyesali dan jika saja bisa memutar waktu, pasti mereka akan berupaya agar tidak terjadi petaka. Kita pun yang menyimak, hanya bisa menerka dan seperti tadi, berandai-andai. Padahal tentu semuanya tidak semudah menuliskan kata-kata, tak sesederhana melontarkan komentar atas berita. 

Ada banyak faktor yang memicu perilaku ini terjadi. Yang kemudian perlu menjadi bahan renungan, apa sebenarnya yang paling berharga dan harus diperjuangkan dalam hidup kita.

 

Visits: 420

Ai Yuliansah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *