Buah Penuh Kelezatan dan Bergizi

Seorang manusia pada dasarnya tidak bisa meminta atau memilih akan dilahirkan dari rahim siapa atau bahkan di belahan bumi mana. Namun, hal ini tidak akan ditanyakan ketika sudah meninggalkan dunia, hanya amalan setelah kita terlahir ke dunia yang akan diminta pertanggungjawabannya. Mencetak diri ini seperti apa? Menjadi manusia yang menjalani kehidupan sesuai dengan peraturan Allah atau malah sebaliknya, menjadi manusia penentang-Nya?

Mereka yang terlahir dari keluarga terbaik pun belum tentu dapat mempertahankan keimanannya, begitu sebaliknya. Masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manusia pilihan atau justru manusia pembangkang.

Manusia hidup tentunya pernah mengalami karunia terbesar pada masa kehidupannya. Bagi Sasa, karunia terbesar dalam hidupnya adalah dapat menjadi bagian dari organisasi Jemaat Ahmadiyah. Sebuah organisasi Islam yang bertujuan untuk menghidupkan agama dan menegakkan syariat Islam. Jemaat Ahmadiyah memiliki Khalifah sebagai pemimpin rohani. Beliaulah yang senantiasa membimbing kami untuk selalu dapat berjalan sesuai kehendak Tuhannya.

Tentu saja hanya sekedar bangga dan bahagia saja tidaklah cukup. Banyak ujian keimanan yang dialami oleh Sasa ketika masuk ke dalam bahtera Imam Mahdi. Kejadian dikucilkan, diasingkan, dianggap sesat dan kafir, bahkan yang terparah Sasa harus merasakan didemo masa untuk berpindah tempat tugas. Ratusan orang datang ke rumah dengan kata-kata yang menyayat hati karena keberadaannya sebagai warga Ahmadi. Mereka khawatir keberadaannya akan mempengaruhi warga lain untuk ikut bergabung ke dalam Jemaat.

Tentunya bukan hal yang mudah ketika berada di posisi demikian. Ketenangan batin, mental dan fisik banyak terkuras. Namun, Sasa selalu yakin ada Allah sebagai penolong. Jiwanya kadang rapuh, akan tetapi di lubuk hati yang terdalam dia begitu merasakan pertolongan Allah benar adanya. Allah masih melindungi dirinya dan keluarga, terlepas dari kondisi yang paling mengenaskan. Seolah-oleh nyawa pun rasanya berada di ujung tanduk. Sasa menyadari betul bahwa hidup adalah ujian. Masing-masing sibuk menghadapi soal ujian yang pasti tidak sama.

Desember, bulan yang dinantikan karena ada acara tahunan, Jalsah Salanah sebagai acara pertemuan rutin anggota Jemaat Ahmadiyah. Grup WhatsApp sudah ramai, mempersiapkan keberangkatan, ianjian untuk saling melepas kangen. Bisa dibayangkan betapa bahagia mereka, para peserta jalsah, yang akan berjumpa dengan keluarga seiman untuk men-charged rohani, juga sebagai ajang silaturahmi.

Namun, harapan mereka harus terhempas karena adanya ultimatum bahwa acara jalsah tidak boleh dilaksanakan. Tidak terbayang bagaimana perasaan mereka, bahkan Sasa pun siang malam menangis. Seolah luka lama terulang kembali. Bahkan, doa pun belum mampu meredakan kesedihan yang dirasakannya.

Waktu sudah menunjukkan malam hari, tapi rasa gundah belum juga mereda. Istighfar, salawat yang terucap belum mampu menenangkan rasa di hatinya. Rasa lelah dan hati yang tidak menentu membuat Sasa akhirnya tertidur.

Dalam tidurnya Sasa bermimpi. Dia melihat banyak orang. Mereka sedang bondong- bondong berusaha memetik buah. Kata orang-orang di situ, buah yang akan dipetik rasanya enak, manis, harum, dan menenangkan. Mereka menyampaikan itu buah paling enak rasanya (rumor yang beredar) sehingga jadi rebutan. Padahal mereka yang mengantri pun belum pernah merasakan buah itu secara langsung, hanya mendengar kata orang.

Anehnya, untuk memetik buah itu butuh perjuangan luar biasa. Jalannya susah serta terjal seperti pegunungan yang menjulang dan mereka tidak memiliki petunjuk arah. Mereka berjalan, asal jalan saja. Tantangannya untuk memetik buah ini bisa terjatuh dan tersesat. Sasa penasaran juga melihat apa gerangan yang membuat mereka begitu tertarik sama buah itu. Saat itu ada yang menghampiri Sasa dan memberinya sebuah tumpukan buku. Buku kecil yang kalau diperhatikan adalah hard copy Program Rohani.

Di antara kerumunan antrian orang, Sasa melihat juga ibu Ketua LI di cabangnya. Beliau menegur dengan raut muka yang begitu kaget. “MasyaAllah! Ibu, kok, sudah dapat buah yang orang-orang antri untuk memetiknya. Dapat dari mana?” Sasa pun bingung dengan pertanyaan yang ibu ketua LI sampaikan.

“Buah? Buah apa, Mbak? Yang mana?” tanya Sasa.

“Ya, Allah! Itu, loh, Bu, yang di pegang Ibu. Itu buah yang semua orang berusaha memetiknya. Kok, Ibu malah sudah dapat duluan. Saya lihat Ibu tidak ikut mengantri, bahkan di belakang kerumunan,” terang Ibu Ketua LI.

Sasa baru menyadari kalau ternyata buah yang di maksud adalah buku Program Rohani. Mungkin rasa manis dan lezat yang tiada banding adalah simbol makna yang terkandung di dalamnya. Sarat dengan gizi bagi kerohanian.

Sasa terbangun dari tidurnya lalu mengingat mimpi yang dialaminya. Hal itu membuat air matanya semakin deras mengalir. Dia merasa begitu besar karunia yang dirasakan ketika berada dalam Jemaat Ahmadiyah. Banyak mereka di luar sana yang memimpikan seorang petunjuk jalan untuk memetik buah rohani yang tertuang dalam doa, tapi banyak yang tersesat karena tidak ada petunjuk.

Jemaat Ahmadiyah memiliki Khalifah yang selalu membimbing, mengarahkan untuk memetik buah air rohani yang sarat akan kenikmatan. Namun, ada konsekuensi yang harus kita lalui. Ditentang, difitnah, diintimidasi, dan lainnya. Namun, percayalah, selama dalam diri kita masih tertanam ketaatan, maka Allah sendirilah yang akan menolong.

Sasa mulai menambah intensitas pembacaan doa program rohani. Tadinya mungkin hanya sekedar rutinitas, namun karena mimpi, maka setiap kata yang dilafalkan mampu mengucurkan air mata.

Dalam buku Bahtera Nuh, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. menyampaikan, “Janganlah cemas akan kutukan dunia, sebab kutukan itu lama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya laksana asap menipis dan hilang di udara. Kutukan itu tidak dapat mengubah siang menjadi malam. Tiap-tiap orang yang tinggal di dalam rumahku akan Kuselamatkan.”

Kita selalu ada doa yang ampuh dan mujarab salah satunya Program Rohani. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk agar kita senantiasa berada dalam naungan Jemaat-Nya.

Visits: 65

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *