
Cara Menghindari Perbuatan Dosa
Sungguh, menuliskan topik tentang dosa membuat diri berulang kali tertegun. Jari-jemari tak mampu menyentuh huruf dalam bilah-bilah keyboard dengan benar. Setiap kata dosa muncul, lembaran-lembaran perjalanan hidup yang tak luput dari dosa seolah membayang.
Berlomba-lomba dengan kalimat “Manusia adalah makhluk yang tak luput dari dosa,” kalimat yang terkadang malah dijadikan tameng untuk sedikit melakukan pembelaan atas kesalahan yang dilakukan. Padahal kesalahan tersebut tak jarang adalah sesuatu yang disadari sebagai sebuah dosa.
Lantas, mengapa manusia tunduk kepada dosa? Hazrat Masih Mau’ud as. bersabda, “Jawabannya adalah sebagai berikut. Secara umum tampak bahwa manusia melakukan dosa selama dia tidak/belum mengenal Tuhan. Apakah seseorang yang melakukan pencurian, melakukannya pada waktu pemilik rumah sedang terbangun dan lampu masih hidup? Ataukah dia melakukannya ketika pemilik rumah sudah tertidur dan sudah gelap sedemikian rupa sehingga tidak kelihatan sedikit pun?”
“Jelaslah bahwa dia melakukan pencurian ketika dia yakin bahwa pemilik rumah sedang tidak tahu menahu dan tidak ada cahaya lampu. Seperti itulah seseorang yang melakukan dosa. Dia melakukannya ketika dia tidak tahu menahu tentang Tuhan dan sedikit pun tidak yakin terhadap-Nya. Dan tidak pula hal itu dia lakukan ketika dia yakin bahwa Tuhan itu ada; Tuhan menyaksikan amal perbuatannya; dan dapat menjatuhkan hukuman kepadanya.” (Malfuzhat, Add. Nazir Isyaat, London, 1984, jilid IV, h.308-313)
Di dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa, 4 : 112, Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa berbuat dosa maka sesungguhnya apa yang diperbuatnya itu akan menimpa dirinya sendiri, dan Allah itu Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” Dari ayat tersebut rasanya jelas bahwa ada kaitan yang nyata antara kesadaran akan wujud Tuhan Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dengan terhindarnya manusia dari dosa.
Dengan menyadari Wujud-Nya dan bahwa segala perbuatan dosa akan kembali kepada dirinya, maka tentu manusia akan sekuat tenaga menghindari dosa. Dengan demikian, jika manusia tidak menyadari wujud Tuhan, maka untuk dapat mengenali dosa juga merupakan pekerjaan yang sangat sulit.
Meski manusia adalah makhluk yang tak luput dari dosa, namun manusia juga dibekali dengan akal pikiran yang akan menuntunnya dalam memilah dan memilih setiap perbuatan yang dilakukannya. Hati nurani manusia biasanya akan memberi sinyal akan sesuatu yang tidak benar dan tidak sepantasnya dilakukan.
Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang melakukan dosa akan dihantui oleh pikiran yang tidak tenang dan hati yang gelisah. Karena jauh di bawah alam sadar tersimpan sebuah catatan atas kesalahan tersebut dan fitrat baiknya terus menolak perbuatan dosa. Namun, ada kalanya manusia yang karena kelemahannya sering tidak dapat menyadari hal tersebut.
Dalam hadits riwayat Bukhari Abu Hurairah ra berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertobat kepada Allah tiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” Jika manusia paling paripurna di jagat raya ini memohon ampunan lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari, maka berapa banyak taubat yang harus kita ucap?
Dan sungguh tidak ada lagi helah untuk terus berdiam dalam kelemahan dan kesalahan. Jika tidak, maka kita akan masuk dalam kategori orang-orang yang melakukan dosa terburuk, sebagaimana sabda Hazrat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, “Salah satu dosa terburuk adalah seseorang yang menganggap remeh dosanya.”
Astaghfirullaaha Rabbii min kulli dzanbin wa atuubu ilaihi. Semoga Allah Ta’ala mengampuni segala dosa serta menuntun kita dalam mengobati segala kelemahan. Aamiin.
Daftar Literasi :
Dewan Naskah Jemaat Ahmadiyah Indonesia. 2014. Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Singkat Bahasa Indonesia, Edisi Kelima. Bandung: Neratja Press.
Bahreisy, Salim. 1976. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid II. Bandung: PT Al-Maarif.
Malfuzhat, Lembar Malfuzhat No. 01-75 dan No. 76-101, Penerjemah MI/1992-1997
Visits: 491