CINTA SEJATI : SAAT HATI BELAJAR DARI HADHRAT RASULULLAH SAW.

Cinta kepada Hadhrat Rasulullah saw. bukan sekadar untaian kata di bibir atau air mata yang jatuh kala bershalawat. Cinta sejati adalah sesuatu yang hidup dan menetap dalam hati, mengalir dalam perilaku, dan mewujud nyata dalam sikap dan perbuatan. Ia bukan sekadar nostalgia atau kekaguman, tetapi sebuah komitmen untuk meneladani dan menghidupkan akhlak beliau dalam keseharian.

 

Hadhrat Rasulullah saw. adalah manusia paling agung dalam sejarah, namun juga pribadi yang paling rendah hati. Beliau saw. tidak pernah diselimuti iri ataupun dengki, bahkan kepada mereka yang memusuhinya. Beliau menjauhi prasangka, tidak menyimpan dendam walau disakiti, dan menolak pertikaian meski dalam posisi menang. Ego tak pernah mencengkram dirinya, dan kesombongan rohani pun tak menyentuh jiwanya, padahal beliau adalah Kekasih Allah, Rahmat bagi seluruh alam, dan pemimpin seluruh umat manusia.

 

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, 

  “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” [1]

 

Ayat ini menjadi poros utama bagi siapa pun yang mengaku mencintai beliau, Hadhrat saw. Karena akhlaknya bukan hanya memikat kawan, tetapi juga meluluhkan lawan. Cinta kepada beliau bukan sekadar mengenang kisahnya, tapi menghidupkan jejaknya, di hati, dalam tutur kata, dan di tiap perbuatan.

 

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, 

 “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” [2]

 

Misi beliau bukan semata menyampaikan wahyu, tapi juga membentuk manusia yang bersih secara lahir dan batin. Cinta kepada Hadhrat Rasulullah saw., sejatinya adalah jalan panjang penyucian jiwa, menjauhi penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, dan kesombongan, serta membentuk diri menjadi pribadi yang lembut dan pemaaf.

 

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda, 

 

“Janganlah kalian menyimpan permusuhan dan kebencian dalam hati kalian. Jadilah seperti Rasulullah Saw yang memaafkan bahkan musuh yang telah berusaha membunuhnya.” [3]

 

Betapa mulianya jalan ini, jalan cinta sejati. Namun ia bukan jalan yang mudah. Menahan amarah saat disakiti, memaafkan saat dikhianati, dan tetap berprasangka baik di tengah fitnah, itu adalah ujian cinta sejati kepada Nabi. Cinta bukanlah sekadar kata manis, melainkan perjuangan dalam diam.

 

Hadhrat Khalifatul Masih V atba. pun dalam khutbahnya bersabda:

 “Penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan dendam sangatlah berbahaya. Penyakit-penyakit ini menghancurkan ukhuwah, dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah.” [4]

 

Seorang muslim sejati senantiasa bercermin kepada akhlak Rasulullah saw. Ia memilih untuk diam saat dihina, memaafkan saat disakiti, dan berdoa saat dicurigai. Ia paham bahwa cinta sejati bukan tentang membalas, melainkan tentang menahan diri, mengasihi, dan menyucikan hati.

 

Hadhrat Rasulullah saw. pernah memanjatkan doa yang sangat indah, 

 “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku, maka perindahlah juga akhlakku.” [5]

 

Doa ini seharusnya menjadi bagian dari wirid harian kita. Karena akhlak adalah cermin dari hati, dan hati yang bersih adalah persembahan terindah bagi Allah dan Rasul-Nya. Seorang yang benar-benar mencintai Rasulullah Saw tidak akan rela menyakiti orang lain, sebab ia tahu bahwa setiap luka yang ia torehkan, akan menjadi noda pada bukti cintanya kepada sang Nabi.

 

Allah Ta’ala pun berfirman, 

“Sesungguhnya bagi kamu terdapat suri teladan yang baik pada diri Rasulullah…” [6]

 

Beliau saw. adalah panutan utama. Akhlaknya adalah peta bagi hati yang rindu keselamatan, dan tindak-tanduknya adalah kompas bagi jiwa yang ingin kembali kepada Tuhannya dengan wajah bercahaya.

 

Cinta sejati kepada Hadhrat Rasulullah saw. tidak berhenti di lisan, tapi hidup di dada yang sabar, di jiwa yang lembut, dan di tangan yang tak pernah menebar kebencian. Karena cinta kepada beliau adalah tentang membentuk hati yang menjadi cermin bagi cahaya-Nya.

 

Referensi:

[1] QS. Al-Qalam: 5

[2] HR. Ahmad, Musnad

[3] Malfuzat, Jilid II

[4] Khutbah Jumat, Hadhrat Khalifatul Masih V, 18 Januari 2008)

[5] HR. Ahmad

[6] QS. Al-Ahzab: 22

Visits: 8

1 thought on “CINTA SEJATI : SAAT HATI BELAJAR DARI HADHRAT RASULULLAH SAW.

  1. Masya Allah, adeeeemmm banget hati ketika membaca kalimat demi kalimat dari tulisan ini. Jakillaah untuk penulis yang sudah mempersembahkan alarm pengingat diri lewat tulisan yang menenangkan hati.

    Senantiasa berdoa kita bisa berkumpul sebagai saudara seiman yang telah saling mengingatkan di jannah-Nya kelak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *