
Dzikir Khair Mln. Qomaruddin, Shd.
Pada tahun 2002 saya berumur 21 tahun dan baru 4 tahun baiat masuk Jemaat Ahmadiyah. Setelah satu kali tidak lulus pendaftaran Jamiah (Pendidikan Mubaligh) Ahmadiyah Indonesia pada 2001, saya diterima masuk Jamiah Ahmadiyah Indonesia pada 2002 dan lulus lima tahun kemudian pada 2007.
Salah seorang pengajar kami ialah Mln. Qomaruddin, Syahid. Beliau kami kenal sebagai pecinta Al-Qur’an, pecinta shalat berjamaah, dan layaknya Sufi. Beliau mendapat tugas dari pimpinan untuk mengimami shalat berjamaah. Yang saya ingat dari beliau ialah hapalan surah-surah al-Qur’an yang cukup panjang seperti Surah Ad-Dahr (Al-Insan). Walaupun lama membacakan surah-surah itu dalam beberapa shalat berjamaah saya tidak merasa bosan.
Hal kedua terkait kenangan yang saya ingat tentang beliau ialah kerajinan beliau menasehati saya dan menyemangati saya untuk mencintai Khilafat, Jemaat, dan jalan hidup waqaf. Beliau mempunyai sifat jarang berbicara yang sekiranya sia-sia atau bukan bersifat keagamaan atau kejemaatan. Sifat ini persis yang dimiliki teman seangkatan saya di Jamiah, Almarhum Mudzakkir Masih. Sifat beliau yang hampir tidak pernah saya lihat ialah mengeluh baik tentang kejemaatan maupun kehidupan.
Pada tahun 2005, saat saya masih kuliah di Jamiah Ahmadiyah Indonesia, markas kami di Kemang-Bogor diserang pihak penentang pada waktu Jalsah Salanah dan beberapa hari setelah Jalsah Salanah. Beberapa rumah di sekitar markas pun rusak. Sebagian warga Jemaat mengungsi bahkan pihak aparat pemerintahan mengungsikan warga Jemaat yang berada di masjid ke kantor pemerintahan Kabupaten Bogor lalu mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Sementara itu, mahasiswa Jamiah tinggal di Masjid Kota Bogor atau di rumah Jemaat. Jamiah Ahmadiyah Indonesia pun pindah ke Kota Tangerang dan berada di dua tempat yaitu di jemaat lokal Kenanga dan di Peninggilan. Keduanya merupakan jemaat lokal yang cukup banyak anggotanya dengan fasilitas masjid yang luas, besar, dan kantor yang memadai.
Dalam masa pendidikan Jamiah di Tangerang, Mln. Qomaruddin adalah salah seorang pengajar kami. Beliau terus menyemangati kami dalam pelajaran bahasa Arab, ilmu kalam, dan tasawuf. Demi mengajar kami, beliau menempuh perjalanan dengan angkutan umum berganti beberapa kali dari Kemang-Bogor ke Tangerang.
Sejak tahun-tahun akhir Khilafat keempat hingga tahun 2011, Mln. Qomaruddin, Shd. adalah petugas yang ditunjuk pimpinan Jemaat Indonesia untuk menerjemahkan Khotbah Jumat baik lisan langsung lewat MTA yang kami tonton bersama-sama maupun terjemahan tertulis kemudian. Sekitar tahun 2011-2012, saya mendapat tugas dari Amir Shb menggantikan Mln. Qomaruddin, Shd. untuk mengurusi terjemahan khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih ayyadahullahu ta’ala bi nashrihil ‘aziz.
Karena kurangnya SDM, mengurusi terjemahan khotbah Jumat pada masa itu berarti mencakup penerjemahan, proofreading dan editor sekaligus. Karena merangkap tiga bidang itu, di masa-masa awal itu (2011-2014), saya banyak bertanya berbagai hal terkait bahasa Urdu yang musykil kepada beliau. Selain dibantu proofreading oleh Bpk. Ruhdiyat Ayyubi Ahmad, saya juga mencari bantuan teman baru, baik tingkat akhir Jamiah, lulusan Jamiah, atau mereka yang paham bahasa asing dengan target per bulan semua khotbah Jumat Khalifah dapat diterjemahkan dan ada naskah tertulisnya.
Suatu hari di komputer Jemaat, saya menemukan beberapa naskah terjemahan khotbah Jumat dari tahun 2003 dalam bahasa Indonesia karya Almarhum Mln. Qomaruddin, Shd. bersama tim proofreader yang membantunya, Bpk. Ruhdiyat Ayyubi Ahmad. Sejak itu saya berpikir bagaimana menjaganya agar tidak hilang. Karena saya sering membaca website alislam.org akhirnya timbul ide mengirimkannya ke pengelola alislam.org. Dengan pengantar surat dari Amir Sahib ke Add. Vakilut Tabshir di London, kami berhasil menghubungi pengelola alislam.org bidang uploading Friday sermons.
Alhamdulillah, akhirnya naskah terjemahan tersebut dapat diupload di alislam.org. Dan, yang membanggakan kami ialah satu-satunya terjemahan beberapa khotbah Jumat yang menemani teks lengkap dalam bahasa asli Hudhur (atba) di tahun 2003 ialah bahasa Indonesia. Beberapa tahun terakhir tim penerjemahan khotbah Jumat semakin kokoh dengan ditugasinya Mln. Mahmud Ahmad, Shd. di Indonesian Desk di Inggris Raya ditambah Mln. Fazli Umar Faruq, Shd. bin Qomaruddin, Shd. dan Mln. Hasyim. Alhamdulillah.
Visits: 105