Hukum Aksi Reaksi, Menuai Apa yang Ditanam

Bagi para ilmuwan sains dan mereka yang mempelajari fisika khususnya, pasti sudah tidak asing dengan Hukum Aksi-Reaksi atau dikenal sebagai Hukum 3 Newton. Hukum ini menyatakan bahwa jika suatu benda mendapatkan gaya, maka benda tersebut akan memberikan kekuatan yang sama besar terhadap sumber gaya tersebut secara berlawanan.

Dalam kehidupan keseharian, ada hikmah yang dapat dipetik dari berlakunya Hukum Aksi-Reaksi ini, yaitu bahwa apa yang diperoleh seseorang tidak lain merupakan efek terbalik (reaksi) dari apa yang diperbuat. Dengan kata lain, seseorang yang menanam, dia akan menuai apa yang ditanamnya. Sebagaimana di Jazirah Arab dikenal satu peribahasa “Man Yazro’ Yahsud”, artinya “Barang siapa menanam, maka dia akan menuai”.

Dengan demikian, jika seseorang mempertanyakan apa yang terjadi dalam kehidupannya, maka sesungguhnya jawaban atas tanya tersebut ada pada dirinya sendiri. Karena apa yang diperbuat seseorang di masa lalu dan saat ini, baik ataupun buruk, akan menghasilkan sebuah konsekuensi di kemudian hari.

Jika para ilmuwan dunia menemukan teori-teori dan hukum-hukum tersebut pada masa kini, sesungguhnya Islam sudah terlebih dahulu memberikan ajaran tentang hal ini. Dalam QS. An-Najm, 53 : 40-45, Allah SWT berfirman:

“Dan tidaklah bagi manusia melainkan apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya akan segera diketahui hasilnya. Kemudian ia akan diberi balasan dengan balasan yang paling sempurna. Dan bahwa pada Tuhan engkau terletak keputusan terakhir. Dan bahwasanya Dia-lah Yang membuat orang-orang tertawa dan membuat mereka menangis. Dan bahwasanya Dia-lah Yang mematikan dan menghidupkan.”

Dalam tafsir ayat-ayat tersebut diterangkan bahwa sesudah orang berjuang secara tangguh, terus-menerus, dan gigih disertai cita-cita mulia serta berpegang pada asas-asas luhur, barulah ia dapat mencapai tujuan perjuangannya. Ayat ini juga mengandung arti bahwa orang harus mencari nafkah dengan mencucurkan keringatnya sendiri.

Seluruh tatanan sebab dan akibat berakhir pada Tuhan. Dia adalah Sebab bagi segala sebab atau Sebab Pertama. Suatu tertib alam berkenaan dengan sebab dan akibat meliputi seluruh alam semesta. Tiap-tiap sebab, yang sendirinya bukan merupakan penyebab pertama, dapat dilacak sampai ke suatu sebab lainnya, dan sebab itu sampai pula kepada sebab lain, dan seterusnya.

Nah, dari ayat dan tafsir di atas sangat gamblang tergambarkan bahwa seseorang hanya akan menerima hasil dari apa yang ia usahakan. Cepat atau lambat, hasil dari apa yang diupayakannya akan segera terlihat nyata. Dan Allah Ta’ala yang Maha Pengasih menjanjikan balasan yang sempurna atas upaya yang dilakukan oleh seseorang. 

Maka, bagaimana cara yang mesti ditempuh agar upaya seseorang dapat menuai hasil yang sempurna? Jawabannya diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW  yang memberikan nasihat beberkat  kepada Ibnu ‘Abbas ra,  Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR Tirmidzi).

Yang dimaksud dengan kalimat “Jagalah Allah”  pada riwayat di atas adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah SWT. Dengan kata lain, seseorang hendaklah menjaga dirinya  dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas atas apa-apa yang telah Allah SWT tetapkan. Orang-orang yang melakukan hal  seperti ini, niscaya dialah yang akan berada dalam penjagaan Allah SWT, dan balasan paling sempurna atas dirinya. 

Oleh karena itu, penting artinya bagi seseorang untuk menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam memenuhi hak-hak Allah Ta’ala, menunaikan apa yang wajib atas dirinya dan menepati batasan-batasan yang seharusnya. Tentu upaya yang gigih tidak akan memberikan hasil yang sama dengan upaya yang biasa-biasa saja. 

Dikarenakan setiap usaha akan berbalas sebanding bahkan lebih sempurna, maka jika seseorang menghendaki kebaikan, tidak ada pilihan lain kecuali dia harus menanam kebaikan dalam hidupnya. Terlebih lagi jika seseorang mengharapkan Allah Ta’ala menganugerahkan apa-apa yang ia sukai, maka terlebih dahulu ia harus berikhtiar dengan teguh untuk melakukan apa yang Allah Ta’ala sukai. Sebagaimana Imam Hambali mengatakan, “Jika engkau ingin agar Allah tetap memberikan hal yang engkau sukai, maka gigihlah dalam mengerjakan apapun yang Allah sukai.”

Visits: 1576

Ai Yuliansah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *