JANGAN BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ALLAH

Setiap manusia yang ada di muka bumi ini, tak satupun luput dari ujian dan cobaan. Cobaan itu banyak jenisnya, ada yang bisa membuat kita menangis atau bahkan bahagia. Semua adalah cobaan dari Allah. Dengan adanya cobaan dan ujian inilah Allah ingin melihat apa yang akan kita lakukan jika Dia memberikan cobaan pada kita.

Namun, terkadang banyak orang yang jika ditimpa cobaan berupa kesusahan, kemalangan, ataupun kedukaan, yang pertama disalahkan adalah Allah Ta’ala. Orang-orang yang sedang ditimpa cobaan dan ujian seringkali berpikir negatif/buruk sangka kepada Allah, Tuhannya sendiri, Penciptanya sendiri, Pemberi rezekinya sendiri. Juga tidak jarang kita mengeluh, meratap, bahkan diam-diam memprotes akan “keputusan” Tuhan. Menuduh Tuhan tidak adil, tidak memperhatikan kita, membiarkan kita, padahal klaim kita ribuan doa sudah dipanjatkan dan aneka ibadah sudah ditegakkan. 

Mungkin pernah kita mendengar keluhan dari orang-orang, misalnya dengan mengatakan “Seharusnya kejadiannya begini dan begitu.” Atau ucapan, “Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang…” serta bentuk ucapan-ucapan yang lain yang tanpa kita sadari itu merupakan bentuk prasangka buruk kita terhadap Allah SWT. 

Kalimat-kalimat seperti inilah yang seringkali kita dengar dari orang-orang yang tidak terima dengan ujian dan cobaan yang Allah Ta’ala timpakan pada mereka. Atau mungkin kita sendiri pernah berucap seperti itu di kala kita tidak terima dengan keadaan yang telah Allah SWT. berikan. Astagfirullah hal adzim. 

Sikap berprasangka buruk terhadap Allah adalah sikap yang sangat tercela dan bahkan sikap seperti ini merupakan sikap orang-orang Jahiliyah dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Alloh.’ Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’ Katakanlah: ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada mu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Ali-Imran: 154)

Pernahkah kita berpikir bahwa kata-kata yang menunjukan sikap suudzon terhadap Allah SWT. seperti itu dapat melukai perasaan Allah Ta’ala? Pernahkah kita berpikir bahwa Allah Ta’ala juga bisa marah ataupun kecewa dengan kalimat-kalimat yang kita lontarkan pada-Nya?

Dalam Islam kita selalu diajarkan untuk selalu berdoa untuk setiap apapun yang akan kita lakukan. Allah Ta’ala telah mengajarkan kita tata krama yang baik dengan adanya doa-doa itu. Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Hendaknya kita harus menjaga dan memelihara perasaan Allah Ta‘ala. Di dalam agama kita tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan tata-krama.” 

Islam telah mengajarkan kita untuk selalu berdoa dan berprasangka baik terhadap siapapun. Begitu juga sebaiknya kita bisa menjaga dan memelihara perasaan Allah Ta’ala. Karena jika kita renungkan kembali setiap ujian dan cobaan yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita itu merupakan suatu bentuk kasih sayang-Nya kepada kita hamba-hamba-Nya. 

Seperti telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi, ”Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya.” (HR. At-Tirmidzi) 

Kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah juga bisa berbentuk musibah yang harus kita hadapi dengan terus berdoa kepada Allah SWT.

Views: 409