Jangan Remehkan Siapapun, Jangan Rendahkan Siapapun

Merasa diri lebih hebat dan lebih baik dibanding makhluk lain merupakan perasaan yang tidak seharusnya terdapat dalam diri seorang Muslim. Perasaan seperti ini merupakan akar dari sebuah kesombongan dan keangkuhan. Padahal tidak ada yang dapat mengetahui siapa yang lebih baik di hadapan Allah kecuali Allah.

Sesungguhnya Islam melarang umatnya untuk saling menghina dan merendahkan. Terlarang bagi Muslim menghina sesamanya, begitu pun kepada penganut agama lain, sesama Muslim, atau pun dengan penganut agama lain. Terkait hal ini, Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa derajat seseorang bisa dilihat dari kebiasaannya. Kerendahan seseorang adalah ketika ia mudah merendahkan derajat orang lain. Sebaliknya, seseorang akan dinilai tinggi derajatnya jika menghormati sesama.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Cukuplah keburukan seseorang jika ia menghina saudaranya sesama Muslim.”” [1]

Selanjutnya Rasulullah saw. pernah berwasiat kepada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim ra. tentang jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Karena, boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.

Abu Jurayy Jabir bin Sulaim berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka.” Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah saw.” Aku berkata, “Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).” Beliau lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu ‘alaik (semoga keselamatan bagimu).”

Abu Jurayy bertanya, “Apakah Engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”

Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah saw., “Berilah wasiat kepadaku.” Rasul saw. pun bersabda, “Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”

Rasulullah saw. kembali bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”

“Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.”

“Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” [2]

Dari wasiat yang diajarkan oleh Nabi kita tercinta bahwasanya menghina dan meremehkan orang lain merupakan perbuatan yang sungguh tercela dan tidak semestinya kita lakukan. Untuk itu jangan pernah menghina dan meremehkan orang lain. Seperti seekor burung dapat hidup dengan memakan semut, tapi sebaliknya, saat burung itu mati, maka semut yang memakan burung. Maka, jangan remehkan siapa pun.

Ketahuilah! Waktu itu terus berputar. Zaman pun terus bergerak. Bahkan siklus kehidupan setiap orang akan terus berputar. Dari ada hingga tiada, begitu sebaliknya, dari tiada menjadi ada. Itulah hukum alam. Tidak ada yang tetap apalagi berhenti. Semua berputar sesuai kehendak-Nya. Jadi, jangan remehkan siapapun, jangan rendahkan siapapun.

Mengenai hal ini pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. (Masih Mau’ud as.) pernah bersabda, “Aku tidak ingin kalau warga Jemaatku satu sama lain saling menganggap hina atau menganggap lebih tinggi, atau bersikap angkuh terhadap satu sama lainnya maupun memandang rendah.”

Selaras dengan sabda Hadhrat Masih Mau’ud as. di atas, Hadhrat Khalifatul Masih aba. pernah bersabda dalam khutbahnya bahwa, “Selama manusia tidak menyucikan dirinya dari kesombongan, selama itu pula ia tidak dapat terpilih sebagai orang saleh dalam pandangan Allah Ta’ala.”

Untuk itu kita sebagai seorang Muslim patutlah untuk mulai memperbaiki diri ke arah kebaikan dan penyucian diri. Sebagaimana Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. sabdakan, “Inilah jalan yang terbaik untuk penyucian diri, dalam pandangan saya. Tidak ada jalan lain yang lebih baik dari seseorang mengosongkan dari dari keangkuhan dan kebanggaan diri di setiap jenisnya, (jika ia ingin menyucikan diri, wajib baginya untuk memfanakan diri dari keangkuhan) baik itu jenis keangkuhan karena ilmunya, keluarganya atau hartanya. Tatkala Allah Ta’ala mengaruniakan pada seseorang mata cemerlang maka itu yang membuatnya paham bahwa setiap cahaya yang menyelamatkan dari kegelapan-kegelapan itu datang dari Langit.” [3]

Semoga kita semua dapat menerapkan apa yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah saw. juga keinginan dari Hadhrat Masih Mau’ud as. Akhirnya semoga kita semua dapat terus melakukan perbaikan diri ke arah kebaikan setiap harinya.

Referensi:
[1] HR. Ibnu Majah
[2] https://rumaysho.com/7592-jangan-menghina-dan-meremehkan-orang-lain.html
[3] https://ahmadiyah.id/khotbah/menerapkan-kejujuran-menjauhi-kebohongan-dan-keangkuhan?amp

Editor: Erah Sahiba

Views: 85

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *