
Karena Mendahulukan Agama, Dunia Malah Mendekat
Saya ingin menceritakan satu segi kehidupan dari orang yang pertama berikrar bai’at masuk ke dalam bahtera Imam Mahdi di Pulau Numbing, daerah Kepulauan Riau. Namanya Pak Rojali.
Pak Rojali sehari-hari bekerja sebagai nelayan, mata pencaharian utama penduduk di pulau tersebut.
Saya mengenal beliau saat mendapingi suami tugas di pulau itu. Beliau pribadi yang baik dan teguh pada pendiriannya kepada Jemaat walau saat ia bai’at banyak yang menentang dan memusuhinya.
Tapi ia tetap teguh dan yakin bahwa ia telah berada di jalan yang benar yaitu jalan yang membawanya kepada Allah Ta’ala.
Sebagai nelayan yang ladang mendulang rezekinya adalah lautan, Pak Rojali juga nelayan lainnya bisa menghabiskan waktu berjam-jam dari pagi hingga sore bahkan malam di lautan, tergantung hasil tangkapan.
Mencari rezeki di laut yang dalam dan luas tak bisa dipastikan setiap hari bakal dapat tangkapan yang bagus dan stabil. Karena tak satupun nelayan yang dapat memastikan, di bawah perahunya apakah ada ribuan ikan yang siap menyambar mata kailnya?
Dan satu prinsip teguh yang patut dijadikan contoh dari Pak Rojali sebagai seorang nelayan adalah tidak pernah berprasangka atas takdir Allah atas rezekinya. Ia hanya menyandarkan diri pada kesabaran.
“Bersabarlah, karena kesabaran adalah sebuah pilar keimanan,” kata-kata ini bisa menjadi gambaran sosoknya yang giat dalam berikhtiar juga ikhlas dalam bertawakal kepada-Nya.
Pernah suatu hari Pak Rojali pulang dengan tangan hampa, tanpa seekor pun ikan yang ia dapat bahkan untuk memenuhi perut anak dan istrinya di rumah. Namun, mereka selalu sabar menghadapinya.
Dan benar saja. Kesabaran tersebut berbuah manis. Keesokan harinya, Dia memberikan hasil tangkapan ikan yang melimpah kepada mereka.
Istri Pak Rojali pernah bercerita ke saya. Saat suaminya berlaut di suatu hari. Dari pagi hingga sore umpan terus dilepas, tapi tak satupun ikan menyambarnya dan tersangkut di mata kailnya.
Ketika hari mulai gelap tiba-tiba ikan-ikan mulai menyambar mata kailnya. Ia mulai gembira karena ada yang bisa dibawa pulang. Kemudian ia teringat bahwa nanti malam ada pengajian di masjid. Ia langsung bergegas pulang tanpa menghiraukan hasil tangkapannya yang baru sedikit itu.
Baginya ada yang lebih penting dari sekedar mengisi perut keluarganya. Sebab, secara rohani pun mereka juga perlu asupan makanan samawi. Sehingga ia pun lebih mementingkan acara pengajian itu yang mengantarkannya menuju Allah Ta’ala daripada mengejar materi dengan memancing ikan.
Selama bulan puasa banyak nelayan makin giat mencari ikan. Mereka bahkan butuh waktu tambahan untuk mencari ikan lebih banyak lagi. Jangankan shalat tarawih, shalat lima waktu pun tak jarang ditinggalkan.
Tapi itu tak terjadi pada Pak Rojali. Ia memilih untuk pulang sebelum azan maghrib berkumandang, meski dengan hasil tangkapan yang apa adanya.
Pak Rojali lebih mengutamakan untuk shalat isya dan tarawih berjamaah di masjid. Ia memilih untuk menjadikan bulan ramadhan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Sambil terus berdoa untuk rezekinya esok.
Ia tidak menghiraukan omongan orang yang mengoloknya saat memilih untuk pulang dengan hasil tangkapan yang sedikit. Karena ia yakin bahwa yang ia dapat hari ini, itulah rezeki yang telah Allah berikan. Ia cukup mensyukurinya.
Dan Allah demikian senang dengan mereka yang terus bersyukur atas nikmat yang telah Dia beri dengan tetap menjaga iman dan amal shalehnya. Terhadap orang-orang seperti inilah Allah telah menyiapkan sebuah hadiah besar bagi mereka.
Dan benar saja. Keesokan harinya, Pak Rojali menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri penzahiran karunia-Nya berupa hasil tangkapan yang tak pernah ia bayangkan.
Begitu yakinnya beliau bahwa Allah Maha Kaya, Allahlah yang menentukan rezeki seseorang.
Beliau juga demikian yakin bahwa dengan bersyukur atas apa yang didapatnya hari ini, Allah akan melipat-gandakan rezekinya esok.
Dengan keyakinan itulah, Pak Rojali bisa mengantarkan anak-anaknya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Penulis: Mega Maharani Tasar
Editor: Muhammad Nurdin
Visits: 50
👍