Kasih Sayang Tuhan, Bahkan Kepada Pendosa

Manusia tidak ada yang luput dari salah dan dosa. Sebab sudah menjadi fitrahnya bahwa manusia selalu berbuat kesalahan, namun sebaik-baik manusia adalah yang mampu menyesali kesalahannya dan memohon ampunan kepada-Nya.

Tidak sedikit ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Allah SWT Maha Penerima Taubat, diiringi dengan sifatnya yang Maha Penyayang. Salah satunya ada di dalam QS. Al-Maidah: 40 yang artinya,

“Tetapi barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kezaliman itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah akan kembali kepadanya dengan penuh kasih; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dari ayat di atas begitu jelas bahwa Tuhan selalu ada dengan kasih sayang-Nya yang meliputi, sebesar apapun dosa yang diperbuat manusia. Sebagaimana pernah terjadi dalam suatu kisah berikut ini.

Alkisah di zaman Hz. Nabi Ibrahim a.s., ada seorang pendosa yang enggan bertaubat. Lelaki ini beranggapan taubat tidak diperlukan, sebab dosa-dosanya sudah begitu besar. Ia merasa mustahil dirinya diampuni Allah SWT.

Hingga suatu hari, gempa bumi mengguncang kota tempat tinggalnya. Semua harta bendanya habis. Rumahnya rata dengan tanah. Dalam hati, si pendosa bertanya-tanya, mungkinkah ini peringatan dari Tuhan agar ia segera bertaubat?

Lama ia merenung. Namun, ia tolak teguran di hatinya itu. Lantas, ia memboyong seluruh anak istrinya untuk mengungsi. Sayangnya, musibah kembali menimpa. 

Perahunya tenggelam bersama seluruh isinya. Tak ada yang tersisa kecuali sebuah panah, dirinya sendiri, dan seorang anak lelakinya yang masih kecil.

“Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat?” pikir dia. Namun, ia bunuh lagi pikiran itu. Ia pun pamit pada anaknya untuk mencari hewan buruan. 

Seharian penuh ia gagal mencari buruan. Ketika petang hari, ketika hendak kembali, ia mendapati sesuatu bergerak-gerak di semak belukar. Segera ia melepaskan anak panahnya itu. 

Betapa terkejut ketika ia mengetahui, sasarannya ternyata anaknya sendiri. Bocah itu bersimbah darah. “Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat?” pikirnya lagi.

Setelah tak menggubris isi hatinya sendiri, ia meninggalkan jasad anaknya. Ketika ia sedang beristirahat, tiba-tiba serombongan pasukan kerajaan melintas. Mereka mencari seorang pembunuh. 

Begitu melihat dirinya memegang busur berlumuran darah, mereka pun menangkapnya karena mengira dialah yang buronan. Dipotonglah kedua tangan dan kakinya.

Tragedi terakhir ini membuat ia yakin harus bertaubat. Dengan kedua kaki dan tangan yang buntung, ia menghadap Hz. Nabi Ibrahim a.s. dan bertanya, “Wahai Nabi Ibrahim, jika sekarang saya bertaubat, masihkah Allah menerima pertaubatan saya?”

Hz. Nabi Ibrahim a.s. bingung, sampai Allah SWT memberikan wahyu bahwa sepanjang hidupnya Allah Ta’ala selalu menyayanginya. Berbagai tragedi yang menimpa dirinya adalah wujud kasih sayang-Nya.

Harta bendanya diambil karena dia tidak pernah bersedekah. Anak dan istrinya diambil karena mereka tak pernah dididik agama. Tangan dan kakinya diambil karena selalu digunakan untuk maksiat.

Semua yang diambil Allah Ta’ala itu kini tengah menunggu, asalkan dia tak terlambat bertaubat. Allah berfirman, “Katakan pada dia, Ibrahim, pintu taubat-Ku selalu terbuka untuknya, asalkan dia tidak terlambat.”

Hz. Nabi Ibrahim a.s. menceritakan wahyu tersebut dan sang pendosa pun menangis mendengarnya. Ia beristighfar dan bertaubat. Dan sejenak kemudian ia mati di pangkuan Hz. Nabi Ibrahim a.s.

Dari kisah di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Tuhan tidak ingin manusia terus berada dalam gelimangan dosa. Sehingga dengan cara-Nya, petunjuk demi petunjuk datang sampai ketika manusia menemukan jalannya yang pantas untuk dapat berjumpa dan menghadap-Nya.

Dan mesti diingat, bahwa akibat dari perbuatan dosa itu bukan hanya akan menimpa si pelaku, melainkan juga lingkungan dan orang di sekitar. Sebab, dosa merupakan sebuah penyakit yang dengan mudahnya manusia dapat terjangkiti. 

Namun hal ini hendaknya dipahami dengan jelas bahwa menurut Islam dosa akan timbul karena adanya kekotoran dalam hati, pikiran dan perilaku manusia. Seperti halnya sebuah penyakit yang timbul dalam badan/tubuh jasmani. 

Apabila badan/tubuh itu tidak dapat menjaga kebersihannya maka akan sangat mudah penyakit itu menjangkit. Maka dari itu, manusia hendaknya dapat menjaga kesucian/kebersihan hati dan pikiran.

Views: 1135

2 thoughts on “Kasih Sayang Tuhan, Bahkan Kepada Pendosa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *