KEBERSIHAN HATI SUMBER KEDAMAIAN HIDUP
Dalam kehidupan ini, manusia seringkali diuji dengan sikap orang lain yang tidak sesuai harapan. Ada kalanya kita dipandang sebelah mata, dijauhi tanpa alasan yang jelas, bahkan dituduh menjadi sumber masalah tanpa bukti. Namun, Islam mengajarkan kita untuk tidak larut dalam kebencian, melainkan menjaga hati agar tetap bersih, karena kebersihan hati adalah tanda kekuatan iman seseorang.
Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa; dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Suka kah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat 49:13)
Ayat ini menekankan bahwa fitnah, ghibah, dan prasangka buruk tidak hanya merusak persaudaraan, tapi juga merusak hati pelakunya sendiri. Sebaliknya, seorang mukmin diperintahkan untuk menjaga dan memelihara kehormatan saudaranya.
Hadhrat Rasulullah saw. bersabda :
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzoliminya dan tidak boleh pula membiarkannya dalam kesulitan. Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.” (Shahih Al-Bukhari).
Hadis ini memperlihatkan bahwa hakikat persaudaraan sejati bukan terletak pada ucapan manis belaka, tetapi pada sikap saling menjaga dan menguatkan. Maka, ketika ada seseorang yang justru merendahkan atau menyakiti tanpa alasan, jelaslah ia belum memahami makna sejati dari ukhuwah Islamiyah.
Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda:
“Kalian tidak akan dianggap beroleh kemenangan hanya karena kalian telah berbicara dengan kata-kata manis. Namun, Allah menghendaki agar hati kalian benar-benar suci, bersih dari setiap noda dan kebencian. Jika dalam hati kalian masih ada kedengkian terhadap saudara kalian, maka kalian belum mencapai kesucian sejati.” (Malfuzat, Jilid 1).
Sabda ini menegaskan bahwa kemenangan rohani tidak pernah diukur dari kepintaran berbicara, kepandaian menuduh, atau kemampuan membela diri, melainkan dari kebersihan hati yang terbebas dari iri dan benci.
Hadhrat Khalifatul Masih I ra. pernah memberikan nasihat :
“Janganlah engkau sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Seorang mukmin sejati selalu sibuk memperbaiki dirinya, bukan mencari aib saudaranya.”
Hadhrat Khalifatul Masih IV rh. pun pernah mengingatkan:
“Jika ada yang menyakiti hati kalian, jangan buru-buru membalas. Kadang-kadang Allah Ta’ala ingin memperlihatkan perbedaan antara akhlak seorang mukmin sejati dengan akhlak orang yang masih dikuasai nafsu.”
Dan Hadhrat Khalifatul Masih V atba berulang kali mengingatkan Jemaat bahwa:
“Kita harus menjadi teladan akhlak yang tinggi. Jika ada yang menyakiti kita, janganlah terbawa dalam kebencian, tetapi perlihatkanlah akhlak yang mulia, sehingga dunia melihat perbedaan nyata antara seorang mukmin dengan yang lain.” (Khutbah Jum’at, 2019).
Maka, bila ada seseorang yang dengan mudah melabeli orang lain sebagai ‘manusia tidak sehat’ atau menuduh tanpa tahu duduk perkaranya, sejatinya ia sedang menyingkap isi hatinya sendiri. Orang yang hatinya bersih tidak akan sibuk mencari kesalahan, apalagi menyebarkannya. Sebaliknya, ia akan berusaha memahami, memberi maaf, dan mendoakan kebaikan.
Kebersihan hati bukan tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan iman. Sebab, hanya hati yang kuat yang mampu menahan amarah, memaafkan, dan tetap menebar kebaikan meski disakiti.
Dengan demikian, ketika kita memilih untuk keluar dari sumber yang penuh prasangka dan kebencian, itu bukanlah tanda kita lemah, melainkan bentuk syukur atas nikmat Allah yang memberi kita kesempatan merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan.
Hidup ini singkat. Jangan biarkan hati kita kotor oleh balasan keburukan. Biarlah orang lain menunjukkan siapa dirinya melalui ucapannya, sementara kita menunjukkan siapa diri kita melalui doa, akhlak, dan kebersihan hati.
Semoga Allah Ta’ala selalu memberi kita kasih-Nya dan perlindungan-Nya selalu. Aamiin Allahumma Aamiin.
Referensi :
Q.S. Al-Hujurat 49:13
Shahih Al-Bukhari
Malfuzat, Jilid 1
Khutbah Jum’at, 2019
Views: 40
