KEHIDUPAN DUNIA INI SEPERTI HUJAN
Sering kali kita terjebak dalam kesibukan dunia. Pekerjaan, sekolah, usaha, hingga berbagai impian duniawi kadang menyita seluruh perhatian kita. Bagi sebagian besar orang, harta, jabatan, popularitas, hingga kemewahan sering menjadi tujuan utama dalam hidup. Mereka berlomba-lomba memamerkan pencapaiannya melalui media sosial. Karenanya, timbul persaingan dan banyak yang memaksakan diri untuk menyamai atau melebihi pencapaian orang lain.
Allah SWT menciptakan dunia sebagai tempat ujian. Manusia diberikan waktu yang sangat singkat untuk membuktikan ketaatan dan mengumpulkan bekal menuju akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah permainan, pengisi waktu, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu dan bersaing dalam banyaknya harta dan anak. Kehidupan ini seperti hujan, tanaman-tanamannya mengagumkan para penanamnya, kemudian tanaman itu mengering dan engkau melihatnya menjadi kuning lalu menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang sangat keras, ampunan dan keridaan dari Allah. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara yang menipu.” [1]
Ayat ini mengingatkan bahwa dunia hanyalah fana, penuh tipu daya, dan sering kali melalaikan manusia dari tujuan hakiki: beribadah kepada Allah dan mempersiapkan kehidupan abadi.
Ketika seseorang terlalu sibuk mengejar dunia dan lalai dari kewajiban agama, sesungguhnya ia telah terkena penyakit hati. Salat sering ditunda atau ditinggalkan, Al-Qur’an jarang dibaca, sedekah dianggap beban, dan dosa dilakukan tanpa rasa bersalah. Hati pun menjadi keras karena lebih mencintai dunia daripada Allah dan akhirat.
Rasulullah saw. Bersabda:
“Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah ketika dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akhirnya dunia membinasakan kalian sebagaimana ia membinasakan mereka.” [2]
Jangan sampai kehidupan dunia ini menutup mata dan hati kita.
Barang siapa tergila-gila oleh pesona keduniaan, tak ubahnya seperti ulah seekor anjing, atau semut, atau burung elang tatkala melihat bangkai—hanya mengejar-ngejar kemewahan serta kesenangan di dunia semata. Mereka tidak akan dapat memperoleh qurub-Nya. [2]
Islam tidak melarang umatnya mencari rezeki, bekerja keras, atau menikmati nikmat dunia. Namun, semuanya harus ditempatkan pada porsi yang benar. Dunia hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Rezeki yang kita cari, ilmu yang kita pelajari, dan waktu yang kita habiskan seharusnya diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru menjauhkan. Maka, jadikan dunia sebagai ladang amal untuk menanam kebaikan, agar kelak di akhirat kita menuai pahala dan keberkahan.
Jangan mengharapkan pengakuan dan penilaian dari sesama manusia. Kejarlah penilaian dari Allah Ta’ala. Ajak dan didiklah keluarga kita agar mengisi kehidupan ini dengan pengkhidmatan pada agama. Setiap orang tidak ada yang mengetahui kapan ia akan berpulang. Jangan sampai kita menyesal ketika ajal datang, baru sadar bahwa kita terlalu sibuk dengan dunia, sementara bekal akhirat kosong.
“Jangan sibuk mencari dunia, hingga engkau lupa jalan pulang menuju Allah.” [3]
Referensi:
[1] (QS. Al-Hadid: 21)
[2] (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Hasan al-Bashri
Views: 16
