KEMULIAAN ULAMA SEBAGAI PEWARIS NABI 

Sejarah islam mencatat diutusnya para nabi bukan hanya pembawa wahyu, tetapi juga pembimbing umat manusia. Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, tugas besar membimbing umat dilanjutkan oleh para Khalifah dan ulama. Mereka bukan sekadar penghafal kitab, tetapi penjaga warisan kenabian yang agung yakni ilmu yang menghidupkan hati dan membimbing manusia kepada jalan Allah Swt.

Ilmu merupakan cahaya yang menerangi jalan hidup manusia, menjadi lentera dari kegelapan menuju petunjuk. Dalam Islam, kedudukan ilmu sangat mulia, bahkan para ulama disebut sebagai pewaris para nabi, karena merekalah yang mewarisi misi kenabian untuk menyampaikan kebenaran, membimbing umat manusia, dan menegakkan agama dengan ilmu hakiki yang suci.

Rasulullah saw bersabda: “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Hadits ini menegaskan bahwa warisan utama para nabi bukanlah harta benda duniawi, melainkan ilmu yang menghidupkan hati dan menyelamatkan jiwa. Ulama, sebagai orang yang mendalami dan mengamalkan ilmu tersebut, memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikannya kepada umat manusia dan ulama sejati adalah mereka yang menyambung risalah ini dengan penuh amanah.

Selain itu, sesuai dengan Firman Allah Swt tentang keutamaan ilmu, Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujādilah: 12)

Ayat ini menunjukkan bahwa kedudukan orang yang berilmu lebih tinggi di sisi Allah Swt. Ilmu yang dimaksud bukan sekadar pengetahuan dunia, melainkan ilmu ruhani yang mendekatkan diri kepada Allah Swt dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun syaratnya, selama ilmu tersebut digunakan untuk menegakkan kebenaran dan mengajak kepada jalan ketakwaan, ulama yang beriman dan berilmu adalah bagian dari pilar tegaknya umat.

Sebagaimana juga sabda Hadhrat Masih Mau’ud as tentang ilmu hakiki adalah warisan nabi. Beliau bersabda : “Ilmu hakiki adalah ilmu yang menjadikan seseorang tunduk kepada Allah, memperbaiki akhlaknya, dan menjauhkan dari kecintaan duniawi. Inilah warisan para nabi, dan barang siapa memilikinya, ia akan menjadi cermin dari para nabi.” (Malfuzat, Jilid 3, hlm. 206)

Ulama bukanlah sekadar gelar, melainkan amanah suci yang mengharuskan ketulusan, kedalaman ilmu, dan kekuatan ruhani. Mereka adalah pewaris nabi, bukan karena posisi sosial, tetapi karena peran mereka dalam menyambung misi kenabian. Dalam dunia yang penuh kebingungan dan fitnah, keberadaan ulama sejati menjadi karunia besar. Maka, sudah sepatutnya kita menghormati mereka, mengambil ilmu dari mereka, dan mendoakan agar mereka senantiasa dibimbing Allah SWT dalam misi menyinari umat manusia.

Views: 23

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *