
KEPEMIMPINAN DALAM RUMAH TANGGA : KISAH PAK UMAR DAN IBU IDA
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah; salah satunya adalah pemimpin yang adil.” [1]
Dalam sebuah hadits, dijelaskan bahwa terdapat tujuh golongan orang beriman yang dijanjikan mendapatkan naungan dan perlindungan Allah swt di Hari Kiamat. Naungan tersebut menjadi penghargaan luar biasa bagi mereka, mengingat saat itu tidak akan ada naungan kecuali naungan Allah.
Golongan-golongan tersebut memiliki karakteristik khusus yang membuat mereka pantas mendapat naungan dari Allah SWT. Salah satunya adalah pemimpin yang adil. Kepemimpinan berlaku dalam berbagai tingkatan, baik dalam pemerintahan, organisasi, maupun dalam lingkup keluarga. Setiap aspek kehidupan pasti memiliki pemimpin, karena pemimpin adalah elemen penting yang menopang struktur dan fungsi sebuah entitas atau kelompok.
Pemimpin yang adil adalah contoh kepemimpinan yang baik, karena mereka mampu menjalankan amanah dan tanggung jawabnya dengan bijaksana dan tidak memihak. Mereka memahami bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab untuk melayani dan melindungi yang dipimpin.
Dalam konteks keluarga, pemimpin yang adil dapat diartikan sebagai ayah atau ibu yang mampu menyeimbangkan kebutuhan dan kepentingan anggota keluarganya, serta menjalankan peranannya dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Seperti dalam kisah mengenai seorang keluarga muda yang baru saja menikah dan dikaruniai satu orang anak, beliau bernama Pak Umar yang mana merupakan seorang suami dan ayah yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia memiliki seorang istri, Ibu Ida, dan seorang putra yang memasuki usia balita, anaknya sedang dalam masa banyak bercerita dan penuh keingintahuan bernama Kiky. Namun, kesibukan Pak Umar di kantor membuatnya sering kali meninggalkan keluarga tanpa banyak waktu untuk bersama mereka terutama seringkali disibukkan dengan handphonenya.
Ibu Ida, sebagai istri yang patuh sesekali juga marah, namun selalu berusaha memahami kesibukan suaminya. Namun, Kiky mulai merasa bahwa ayahnya tidak pernah ada waktu untuknya. Ia merasa terlantar dan kurang komunikasi dengan ayahnya. Ibu Ida juga seringkali merasa bahwa hubungan suaminya dengan anaknya mulai renggang.
Suatu hari, Pak Umar menyadari bahwa kesibukannya telah membuatnya tidak adil terhadap keluarganya. Ia mulai merasa bahwa waktu kerjanya lebih penting daripada waktu dengan keluarga. Namun, ia kemudian menyadari bahwa keluarganya adalah prioritas utama dalam hidupnya, bukan hanya untuk sekarang tapi untuk seumur hidupnya.
Pak Umar memutuskan untuk membuat perubahan. Ia mulai mengatur waktu kerjanya dengan lebih baik, sehingga ia dapat memiliki waktu yang cukup bersama dengan keluarga. Setelah sepulang kerja, ia juga tidak lagi fokus dengan handphonenya. Ia belajar dan memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih fleksibel, sehingga ia dapat membagi waktu dengan anak dan istrinya.
Perubahan ini tidak mudah, namun Pak Umar bersedia belajar dari kesalahannya. Ia mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan Kiky, bermain dengannya, dan mendengarkan cerita-ceritanya. Ia juga lebih banyak berkomunikasi dengan Ibu Ida, mendengarkan pendapatnya, dan memahami perasaannya.
Akhirnya, Pak Umar berhasil menjadi pemimpin yang lebih baik dalam rumah tangganya. Ia belajar untuk mengatur waktu dengan lebih baik, sehingga ia dapat membagi waktu dengan keluarga dan pekerjaan. Kiky merasa lebih dekat dengan ayahnya, dan Ibu Ida merasa bahwa hubungan suami dengan anaknya mulai membaik dan terus berproses hingga selalu ada interaksi dua arah.
Kisah Pak Umar dan Ibu Ida mengajarkan kita bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga memerlukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Dengan mengatur waktu yang lebih baik dan memprioritaskan apa perlu dan apa yang tidak, dapat menjadikan seorang pemimpin lebih baik terutama untuk membangun sebuah hubungan yang lebih harmonis dengan orang-orang yang kita cintai.
Dengan memahami konsep kepemimpinan yang adil, kita dapat membangun masyarakat dan keluarga yang harmonis, serta akan tercipta sebuah lingkungan dan rumah yang nyaman semata-mata Allah Ridho.
Referensi :
[1] (HR. Bukhari & Muslim)
Views: 20