KETAMAKAN SUMBER PETAKA

“Kebenaran selalu menjadi penghalang dalam hidupku, Raja Angga. Bisakah kau mengabaikan kebenaran itu, bisakah kau mengabaikan sebuah kebenaran?”

Demikian satu permintaan yang dilontarkan Duryudhana kepada Karna, Raja Angga saat ia merasa telah kehilangan jalan untuk dapat menjadi penguasa tahta Kerajaan Astinapura.

Ketamakan putra Raja Destrarasta akan tahta dan kekuasaan dalam kisah pewayangan Mahabharata ini telah membuatnya buta hingga ia mengingakari segala kebenaran yang pernah ia pelajari dari Sang Guru.

Bahkan sikap tamak dan iri hati yang telah menutupi jiwanya itu pulalah yang akhirnya memicu pecahnya peperangan yang dikenal dengan sebutan Perang Bharatayuda, perang besar antara dua kubu bersaudara, sehingga menimbulkan kekacauan, bahkan korban jiwa dari pertumpahan darah yang tak dapat dihindari.

Kisah fenomenal ini dapat menjadi cermin bagaimana buruknya dampak dari ketamakan, saat manusia dikuasai oleh hasrat akan berbagai kenikmatan dunia baik berupa kekuasaan, kedudukan, harta benda dan kenikmatan dunia lainnya yang tak mampu ia kendalikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Hadhrat Utsman bin Affan ra., “Tamak penyakit bagi orang yang tidak mampu kendalikan dirinya.”

Betapa malangnya jiwa manusia yang telah dikuasai oleh ketamakan.

Kecintaan dan ketamakan manusia akan kehidupan dunia fana ini tertuang pula dalam Surah At-Takasur ayat 1-2, dimana Allah Ta’ala berfirman:

“Persaingan satu sama lain dalam mengumpulkan harta telah menjadikanmu lalai. Sampai kamu masuk ke kuburan.”

Mengenai ayat ini Hazrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra, Khalifatul Masih II Jamaah Ahmadiyah menjelaskan dalam tafsir yang beliau tulis:

“Ketamakan dan hasrat berlebihan pada manusia untuk mengungguli orang lain dalam jumlah kekayaan, kedudukan dan gengsi merupakan penyebab utama segala kesulitan manusia dan merupakan penyebab kelalaian manusia terhadap nilai-nilai hidup yang lebih tinggi.”

Beliau ra melanjutkan, “Merupakan kemalangan manusia yang sangat besar bahwa nafsunya untuk memperoleh barang-barang duniawi tidak mengenal batas dan tidak menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan Tuhan dan alam akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga maut merenggutnya, dan baru pada saat itulah ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada gunanya itu.”

Dari sini dapat kita simpulkan dengan sangat jelas bahwa, dalam pandangan Islam sendiri semua kenikmatan yang ada di dunia ini sama sekali tak bernilai di sisi Allah Ta’ala. Namun, manusia yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu membiarkan jiwanya terjerumus dalam penyakit tamak.

Demi keinginannya itu, manusia menghalalkan segala cara, mengabaikan kebenaran, menjauhkan dari Allah ta’ala, tenggelam dalam ketamakan yang membinasakan dirinya, hingga maut menjemput.

Penyakit tamak sejatinya sangat merugikan diri sendiri, karena waktu kita yang berharga di dunia untuk mempersiapkan kehidupan kekal di akhirat telah terbuang sia-sia karenanya.

Beruntunglah setiap orang yang mau mengambil pelajaran dari A- Quran yang telah Allah Ta’ala turunkan sebagai tuntunan hidup. Sehingga atas Karunia-Nya manusia diajarkan untuk bersifat qanaah agar terhindar dari ketamakan dan mampu mengendalikan diri dari segala keburukan hawa nafsunya.

Views: 318

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *