Konsekuensi Percaya Tukang Ramal

“Percayakan pada kami! Solusi ampuh mengatasi rezeki, asmara, karier, jodoh, penglaris usaha dan problem kehidupan lainnya.” Atau, “Bila Anda ingin mengetahui masa depan anda, ketik REG spasi xxx.” Itulah contoh tulisan yang sering muncul di layar gadget, yang merupakan iklan layanan tukang ramal/ dukun. 

Demi menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah ada atau karena mengalami kebuntuan dalam menghadapi himpitan hidup, entah itu masalah kekurangan keuangan, jodoh yang tak kunjung hadir, usaha yang kolaps, dan kehilangan sesuatu dan masalah lainnya. Alih-alih datang dan berkeluh kesah memohon petunjuk kepada Allah Ta’ala untuk mengatasi masalahnya, mereka malah nekat datang dan bertanya kepada dukun untuk diramal mengenai nasibnya agar mendapatkan solusi dalam waktu sekejap tanpa bersusah payah.

Allah berfirman dengan jelas, bahwa segala urusan yang gaib ataupun yang akan terjadi pada masa mendatang. Termasuk kematian, kelahiran, jodoh, rezeki, dan lain-lain, secara khusus hanyalah rahasia Allah Ta’ala semata. Sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an:  “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)

Bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?

Orang yang mendatangi peramal, disebabkan kurangnya pengetahuan tentang agama dan lemahnya keimanan. Larangan mendatangi tukang ramal, dikisahkan dalam hadis riwayat Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud. 

”Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang manusia untuk mengambil hasil jual beli anjing, mahar hasil zina, dan bualan manis para dukun peramal nasib. ‘Suatu ketika, Rasulullah saw. ditanya soal dukun peramal nasib. Kata beliau, ”Mereka tidak ada gunanya. ”Ya Rasulullah, bukankah apa yang mereka katakan terkadang menjadi kenyataan?” tanya beberapa sahabat lebih lanjut.

Rasulullah saw. menjawab, ”Itu sebetulnya berasal dari kabar berita jin yang sudah bercampur dengan ratusan kebohongan. Setelah itu, ia membisiki para dukun peramal nasib.” (HR Bukhari dari Aisyah).

Lantas, bagaimana konsekuensinya bagi orang yang datang dan mempercayai tukang ramal? Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan dia mempercayainya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR Muslim)

Dijelaskan pula oleh Imam Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang dia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.” (Syarh Sahih Muslim, 14: 227)

Sekali datang ke dukun, shalat kita tidak akan diterima, maksudnya tidak diterima pahala shalatnya. Jadi, salatnya selama empat puluh hari hanya sekedar memenuhi kewajiban saja, tanpa mendapat pahala.

Hadis lain Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad)

Mendatangi dukun, perbuatan tersebut menjadikan pelakunya kufur kepada Allah. Sebab dia telah membenarkan orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib. Karena hal tersebut salah satu perbuatan syirik dan merupakan dosa besar.

Kita ditakdirkan sebagai seorang muslim, seharusnya bersyukur, karena semua yang berada dalam genggaman kita saat ini hakikatnya milik Allah Ta’ala. Bersyukur menjadi upaya untuk tidak lagi meragukan kekuasaan Allah karena Allah bisa membolak-balikkan situasi yang sulit menjadi mudah dan sebaliknya. Maka hendaklah jangan khawatir terhadap nikmat dan segala keinginan yang belum datang kepada kita. 

Mari tinggalkan tukang ramal, agar terhindar dari perbuatan syirik dengan selalu membaca doa yang telah dinasihatkan Rasulullah saw. kepada sahabatnya : “Allaahumma inna na’uudzibaka min an nusyrika bika syai-aan na’lamhu wa nastaghfiruka lima laa na’lamu.” “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada Engkau dari mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon perlindungan (penjagaan) kepada Engkau dari apa saja [melakukan hal-hal syirk] yang kami tidak ketahui.”(Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khutbah Jum’at 19 Oktober 2010)

 

Views: 292

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *