Larangan Menjadi Bodoh

Ilmu merupakan kunci segala kebaikan dan pengetahuan. Mempunyai bekal ilmu yang cukup, bisa membuat seseorang lebih bijak dalam bersikap maupun bertindak. Tak hanya itu, dengan berilmu, seseorang juga akan lebih hati-hati dalam hidup bermasyarakat.

Al-Qur’an lebih dari 140 kali menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan merupakan keistimewaan orang-orang mukmin. Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.”
Maka artinya umat Islam dilarang bodoh. Umat Islam dilarang meninggalkan shalat, diwajibkan puasa, membayar zakat, dan jika mampu agar berhaji. Ada satu lagi larangan bagi umat Islam, yakni berdiam diri untuk mempertahankan kebodohannya. Umat Islam harus pintar, cerdas, kaya informasi, dan juga unggul dalam ilmu pengetahuaan.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani). Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tak berbuah. Dari pepatah tersebut bisa kita petik kesimpulan bahwa apa yang kita miliki, apa yang kita ketahui, apa yang kita pelajari, harus kita sampaikan agar bermanfaat bagi sesama. Bagaikan pohon yang berbuah, yang memberi banyak manfaat, kebaikan, serta kebahagiaan terhadap sekitar.

Allah menurunkan wahyu pertamanya yakni surat Al-Alaq ayat 1-5. Dalam ayat pertamanya bermakna “Bacalah”, artinya bahwa manusia harus selalu belajar agar tidak terjerumus dalam kebodohan. Karena kebodohan adalah binatang yang terburuk dan tidak pantas kita pelihara. Sebagaimana firman Allah Swt., “Sesungguhnya binatang yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang yang pekak, bisu, tidak berakal.” (Al-Anfal:23)

Kebodohan memiliki bahaya yang besar. Akan sangat rugi jika kita terperangkap dalam kebodohan tanpa mau berusaha belajar karena itu suatu keaniayaan. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Ingatlah, tersandung selalu orang yang dungu. Syaitan yang tergelincir bukanlah karena ilmu, bahkan karena kebodohan. Jika dia meraih kesempurnaan ilmu maka dia tidak akan tergelincir.” (Alhakam)

Manusia yang mau berusaha dengan sungguh-sungguh maka dia akan berhasil mencapai tujuannya. Ibnu Hajar adalah contoh seorang pekerja keras untuk mencapai kedudukan ahli dalam disiplin keilmuannya.

Nama Ibnu Hajar tentu sudah tak asing lagi bagi sebagian kita. Beliau adalah ulama besar dan masyhur dalam bidang hadits dan fiqh. Namun, tahukah Anda? Bahwa untuk mencapai level tersebut, ternyata banyak sekali hal yang harus dilewati olehnya, sebuah jalan yang tak mudah dan penuh liku harus diseberangi.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, begitulah ia dikenal banyak orang. Nama lengkapnya adalah Abul Fadl Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Asqalani al-Misri al-Qahiri. Nenek moyangnya berasal dari desa Asqalan, kota kuno yang terletak di pantai Suriah dan Palestina. Oleh karenanya, afiliasi namanya menggunakan al-Asqalani.

Ibnu Hajar al-Asqalani adalah seorang anak yatim, ibunya meninggal saat beliau masih balita dan ayahnya meninggal saat beliau berumur 4 tahun. Ibnu Hajar adalah sosok remaja yang sangat rajin, beliau memiliki semangat dan keinginan menjadi seseorang yang mempunyai pengetahuan luas.

Sayangnya semangat dan keinginan yang kuat saja tidak cukup untuk mewujudkan cita-citanya. Ibnu Hajar memiliki kelemahan dalam menghafal dan memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Akal pikirannya tak cukup baik dalam menerima pelajaran, sehingga hal tersebut membuat dia tertinggal dari teman-teman sekelasnya.

Ibnu Hajar muda dilabeli oleh teman-temannya sebagai anak bodoh. Namub, beliau tak menghiraukan cemoohan dan ejekan dari teman-temannya. Dalam beberapa riwayat beliau menghabiskan waktu dua puluh tahun (riwayat lain menyebutkan empat puluh tahun) untuk menimba ilmu dari gurunya. Hingga pada akhirnya, manusia mempunyai batasan dalam bersabar, beliau mulai gundah dan gusar karena merasa kesulitan dalam menerima pelajaran.

Pada suatu hari beliau meminta ijin kepada gurunya untuk pulang. Sang guru tak serta merta langsung memberikannya ijin. Ibnu Hajar terus menerus memohon kepada gurunya sampai akhirnya mendapat ijin pulang dari gurunya. Setelah mendapatkan restu dari sang guru, Ibnu Hajar segera pulang.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun cukup lebat dan memaksanya untuk berteduh di sebuah gua. Di dalam gua tersebut, beliau mendengar gemericik air hujan yang jatuh menetes menempa batu besar yang menyebabkan batu tersebut terkikis hingga berlubang.

Beliau merenungi fenomena tersebut dan berpikir, bahwa otak dan pikirannya tentu tak sekeras batu tersebut. Batu besar yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air yang lembut, maka tak mungkin ilmu yang menerpa otaknya tak akan membekas di pikiran.

Akhirnya Ibnu Hajar kembali ke sekolahnya. Di usianya yang sudah tak muda lagi, beliau tetap bersemangat untuk belajar dan mencari ilmu. Sejak saat itu, Ibnu Hajar yang dikenal giat namun bodoh, berubah menjadi murid yang paling cerdas hingga melampaui teman-temannya.

Pada akhirnya beliau tumbuh menjadi ulama yang terkenal dan memiliki karangan kitab, di antaranya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam dan lain-lain. Dari kisah inilah kemudian beliau dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar (bukan nama sebenarnya) yang artinya Anak Batu.

Kisah perjalanan dalam menuntut ilmu beliau patut kita contoh, bahwa dalam menuntut ilmu, kita tak boleh mudah putus asa meski sudah berkali-kali menghafal dan membaca, kita tak kunjung hafal dan faham. Karena pada hakikatnya kita tidak terlahir bodoh.

Hanya saja mungkin kita perlu usaha yang lebih dari biasanya, atau lebih daripada yang lain dalam meraih ilmu. Dan itu sama sekali tidak apa-apa. Karena pada akhirnya, segala keilmuan yang kita miliki dan kita ajarkan kepada orang lain adalah bekal kita di akhirat nanti.

Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua sehingga semakin menjadikan kita semangat dalam belajar dan menuntut ilmu. Aamiin Allaahumma Aamiin.

Sumber:
-Al-Qur’an terbitan Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia
-https://ump.ac.id/Hikmah-2809-Belajar.dari.Ibnu.Hajar.html

Views: 347

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *