Mampu Menahan Marah adalah Ciri Seorang Muslim

Marah adalah suatu luapan emosi yang dirasakan manusia ketika berhadapan dengan segala sesuatu yang bertentangan dengan dirinya, keadaan tersebut adalah hal yang manusiawi. Rasulullah s.a.w pun menyatakan bahwa dirinya pernah merasakan amarah terhadap suatu hal. “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah” (HR. Muslim no. 2603)

Namun Rasulullah tidak pernah marah akan perkara-perkara pribadi, tidak seperti halnya kita manusia biasa. Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah” (HR. Bukhari no. 3367 dan Muslim no. 2327)

Rasulullah s.a.w mampu mengesampingkan segala urusan pribadinya karena sejatinya amarah karena hal-hal sepele tidak akan menghasilkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah s.w.t pun memerintahkan kepada kita untuk senantiasa menjaga diri dari kehancuran karena amarah. 

Seperti yang tertera di dalam surah Ali – Imran ayat 134 – 135, “Dan bersegeralah kamu ke arah ampunan dari Tuhanmu dan surga yang nilainya seluruh langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan harta di waktu lapang dan di waktu sempit, yang menahan amarah dan yang memaafkan manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

Lalu bagaimana anjuran Rasulullah s.a.w dalam mengatasi marah?

1. Berlindung kepada Allah swt

Berlindung kepada Allah swt dari segala godaan dan pemicu yang mampu memunculkan amarah, karena sesungguhnya yang bisa menyelamatkan kita dari segala kesulitan apapun hanyalah kekuasaan Allah s.w.t.

Dari Sulaiman bin Shurad beliau berkata: “(Ketika) aku sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada dua orang laki-laki yang sedang (bertengkar dan) saling mencela, salah seorang dari keduanya telah memerah wajahnya dan mengembang urat lehernya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang seandainya dia mengucapkannya maka niscaya akan hilang kemarahan yang dirasakannya. Seandainya dia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, maka akan hilang kemarahan yang dirasakannya” (HR. Bukhari no. 5764 dan Muslim no. 2610)

2. Diam dan menjaga lisan

Seringkali pikiran kita ketika diselimuti oleh amarah hanya akan befikir bagaimana memuaskan nafsu sesaat. Dan kadang yang sering terjadi adalah melontarkan ucapan-ucapan yang akan disesali di kemudian hari, seperti yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib, “Kemarahan dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan.”

Maka untuk menghindari penyesalan di kemudian hari baiknya kita memilih untuk diam terlebih dahulu kemudian berfikir sebelum bertindak, “Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berfikir.” (Imam Syafi’i)

Diam dan menjaga lisan pun merupakan anjuran yang pernah di sampaikan oleh Rasulullah saw guna menghindarkan diri dari kerusakan yang lebih akibat dari perasaan marah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya dia diam” (HR Ahmad (1/239) dan Bukhari no. 245)

3. Duduk atau berbaring

Orang yang marah cenderung merasa dirinya tinggi dan tidak bisa dikalahkan, sehingga sering sekali ketika marah dan berdiri maka emosi kita semakin memuncak atau tidak mereda. Karena itulah Rasulullah saw menganjurkan kita mengambil posisi duduk atau berbaring, agar badan kita pun lebih rileks dan pikiran menjadi lebih jernih 

Dari Abu Dzar al-Gifari bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring” (HR Abu Dawud no. 4782, Ahmad (5/152) dan Ibnu Hibban no. 5688)

4. Mengingat ganjaran Allah swt

Jika amarah kita sudah sangat memuncak, salah satunya adalah mengingat segala kebaikan yang Allah swt janjikan di segala perintah – perintahNya. Dari Muadz bin Anas Al – Juhani, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Semoga menjadi pengingat bagi kita semua. Aamiin Allaahumma Aamiin. 

Views: 461

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *