
Membangun Daya Juang Anak
“Orangtua yang memberikan semua kebutuhan dan keinginan anak-anak bahkan sebelum anak memintanya dapat membuat anak memiliki Adversity Quotient (AQ) yang rendah” (@laela S.)
Membaca atau mendengar kata ‘rendah’ terkadang membuat sebagian orang merasa alergi. Karena ‘rendah’ disini identik dengan kurangnya kemampuan. Kemudian apa yang dimaksud dengan Adversity Quotient?
Adversity Quotient (AQ) merupakan istilah baru kecerdasan manusia yang diperkenalkan oleh Paul G. Stolz pada tahun 1997. Menurut Stolz, AQ adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur.
AQ membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Kemudian apa yang salah bila seorang anak memiliki Adversity Quotient yang rendah? Dan bagaimana cara kita membangunnya?
Adversity Quotient secara singkat bisa dikatakan sebagai daya juang. Yang merupakan salah satu hal yang semestinya dimiliki anak atau siapapun untuk meraih keinginan-keinginannya.
Nah, apabila seseorang tidak mempunyai daya juang, bagaimana dia bisa melalui kehidupan ini dengan bahagia? Bagaimana dia mampu bersaing? Bagaimana dia bisa menerima kekalahan? Bagaimana dia bisa mengusahakan semaksimal mungkin apa yang menjadi cita-citanya? Tidak mungkin selamanya hanya menjadi penonton mengagumi keberhasilan orang lain.
Generasi orangtua dan generasi anak-anak sekarang sangat jelas berada pada situasi yang jauh berbeda. Saat ini, ketika kita ingin makan bisa dilakukan dengan duduk sambil memegang gadget, makanan datang seketika. Mengerjakan tugas tinggal Googling jawaban langsung tersedia. Hampir semua hal bisa datang secara instan. Tidak melalui proses yang panjang dan berlelah-lelah.
Kemudahan-kemudahan ini selain membawa dampak positif juga dapat menyebabkan semakin kurangnya kesabaran. Karena terbiasa semuanya berjalan dengan cepat. Sedangkan untuk menggapai cita-cita, apapun wujudnya sangat diperlukan proses yang panjang dan terkadang tidak mulus.
Di dalam Al Qur’an Surah Luqman ayat 18 dikatakan:
“Wahai anakku, dirikanlah sholat, suruhlah orang berbuat baik dan cegahlah dari berbuat munkar, dan sabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan perkara-perkara yang memerlukan tekad yang kuat.”
Berdasarkan Hadis Riwayat Tirmidzi dikatakan bahwa:
“Ketahuilah bahwasanya kemenangan itu ada bersama kesabaran, dan jalan keluar itu ada bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Quran maupun Hadits, di banyak tempat sering dijumpai perihal ujian, cobaan dan musibah. Dan nasehat yang mengikutinya adalah sabar, tabah, ikhlas, doa juga istiqamah di jalan-Nya.
Ada sebuah proses yang memang tak bisa dihindari untuk menuju kesuksesan. Dan proses itu tak bisa dilewati tanpa daya juang tinggi untuk bisa menghadapi dengan baik.
Dan poin utama dari semua itu adalah kita harus yakin bahwa Allah Ta’ala sebaik-baiknya penolong. Kehadiran kita di dunia ini adalah untuk memanifestasikan pertolongan-Nya. Karena kita hanyalah manusia yang penuh dengan kelemahan.
Sebuah buku yang sangat menarik untuk membangun daya juang anak berjudul “Minhajut Thalibin”, karya Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. Buku yang memberikan petunjuk untuk pendidikan dan akhlak ini dapat juga menjadi sandaran kita untuk membangun Adversity Questient anak.
Beberapa petunjuk yang bisa kita terapkan dalam kehidupan anak kita sehari-hari:
- Ketika anak tumbuh, ia hendaknya disuruh untuk melakukan tugas-tugas kecil dengan cara seperti permainan.
- Seorang anak hendaknya diizinkan untuk menampilkan kepercayaan diri sebagai suatu kebiasaan.
- Seorang anak hendaknya tidak diperlakukan secara berlebihan.
- Anak-anak seharusnya tidak diberikan dengan cerita-cerita horor.
- Seorang anak seharusnya ditetapkan tanggung jawab tugas-tugas yang sesuai dengan umurnya.
- Bicaralah dengan anak secara sopan dan santun.
- Seorang anak hendaknya tidak dibiarkan menjadi keras kepala.
- Seorang anak hendaknya diberi sedikit uang.
- Jika mengingatkan seorang anak, jangan lakukan hal itu di depan orang lain; lakukanlah hal itu secara pribadi.
- Jangan membohongi anak, jangan pula melukai perasaan atau menyombongkan diri dihadapannya.
- Seorang anak hendaknya terus-menerus diberi bimbingan mengenai akhlak.
Petunjuk-petunjuk di atas demikian berharga sebagai bahan ikhtiar kita untuk membangun daya juang anak-anak kita. Agar mereka bisa mengejar mimpi-mimpinya. Agar mereka juga bisa meneruskan misi yang sama, agar siklus kehidupan ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Penulis: Dewy Nur Afiyah
Editor: Muhammad Nurdin
Views: 193
Masya Allah Betul sekali bu Dewi
Jazakumullah atas ilmunya bu dewi
terima kasih teh Dewi ilmunya bermanfaat sekali..